Tampilkan postingan dengan label Kisahku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisahku. Tampilkan semua postingan

15.1.16

Saya, Kopi Instan, dan Kopi Terasi


Teman-teman suka kopi? Sama dong, saya juga. Tapi meskipun suka, saya tidak masuk ke dalam kategori pencandu. Sebab sehari, saya paling hanya minum sekali. Itu pun cuma white coffee, cappuccino, atau semacamnya. Alasannya karena rasanya yang enak. Penginnya sih iya minum banyak. Tapi apa daya, tubuh saya gak kuat dengan efek kopi. Bikin perut perih, gemeteran, dan gampang lapar. Apalagi kalo kopi hitam. Udah deh, setengah gelas aja udah mampu bikin asam lambung saya melambung-lambung dan makan jadi lebih rakus 5 kali lipat. Hehehehehe…

Perkenalan saya dengan kopi sebenernya sudah sejak kecil. Zaman SD, saya sering curi-curi minum kopi hitam dari gelas almarhum bapak. Dan berlanjut serius minum saat hidup saya mengenal kata begadang semasa kuliah. Iya, tugas yang banyak, laporan praktikum, hingga belajar SKS (sistem kebut semalem) di kala mau ujian, bikin saya kenal akrab dengan kopi. Punya suami yang doyan kopi jelas membuat kebiasaan minum kopi menjadi susah hilang. Buntutnya, sampai sekarang, kebiasaan itu gak pernah bisa dihilangkan. Sekali pun sudah berusaha untuk melupakannya.

26.12.15

Year in Review: Berkah Ngeblog di Tahun 2015


Tahun 2015 sebentar lagi akan meninggalkan kita. Gak terasa ya, rasanya baru aja kemaren lihat kembang api gemerlapan di langit. Dan dalam hitungan hari, kembang-kembang api pertanda pergantian tahun itu akan kembali dinyalakan. Beuh… nambah tua lagi deh sayah. :D

Teman-teman, setiap akhir tahun, saya sering galau, lho. Iyalah, gimana gak galau, resolusi yang dibuat di tahun-tahun sebelumnya kan banyak yang gak tercapai dan terwujud. Tapi, walopun begitu, saya gak kapok dalam membuat resolusi di tahun yang akan datangnya. Yah, anggap aja seperti menggantungkan cita-cita di langit ketujuh. Jadi kalau gak kecapai, anggap aja kita jatuh di langit ke enam. Atau langit kelima. Atau langit keempat. Dan seterusnya. *Hehehe… ngasal pisan, nya? :)))

Begitu juga di tahun ini, banyak banget resolusi yang saya buat di akhir tahun 2014 lalu yang tidak tercapai. Dari mulai resolusi karier *beuh karier*, resolusi diri sendiri, resolusi kesehatan, resolusi keluarga, dan resolusi-resolusi lainnya. Semuanya, adaaaaa aja yang gak tercapai. Entah karena terlalu muluk atau mungkin karena gak disiplin. Yang terakhir deh kayaknya.

19.12.15

Ini Lho 6 Manfaat Ngeblog Buat Saya


Beberapa waktu yang lalu, seorang teman saya semasa di SMA mengirim pesan via inbox Facebook. Meski pada akhirnya kami mengobrol ngalor ngidul, di awal percakapan, dia heran dengan apdetan-apdetan Facebook saya yang berisi tautan-tautan link blog. 

“Ni, kamu rajin ngeblog, ya,” ucap si teman.
“Gak juga. Kalo mood aja,” jawab saya.
“Kenapa ngeblog? Bukannya dulu nulis buku?” tanyanya.
“Hehehe… jadi lebih cinta ngeblog. Nulis buku gak kekejar DL-nya. Punya 2 balita susah bagi waktu,” jawab saya lagi.
“Tapi kan ngeblog gak ngasilin duit. Gak kayak nulis buku,” ujarnya.
“Siapa bilang? Ngeblog juga bisa ngasilin duit. Ya, walopun gak sebesar nulis buku, tapi lumayanlah dilakuinnya bisa sambil ngasuh bocah,” 

Seperti itulah kira-kira awal percakapan saya dengan si teman. Dia heran dengan saya yang kini lebih banyak nulis di blog ketimbang nulis buku. Ya, memang begitu adanya. Nulis di blog menjadi pilihan saya sekarang. Menyalurkan hobi menulis, mengisi waktu di antara mengurus empat anak, dan juga sedikit mengais rezeki. Meski tidak besar (banget), lumayanlah buat nambah-nambah beli tas Hermes. *Halah* Hehehehe….

15.12.15

CLBK dengan Gizi Super Cream


Iya, seperti itulah saya terhadap Gizi Super Cream. CLBK alias Cinta Lama Bersemi Kembali. Kenapa demikian, sebab dulu, saat saya SMP dan SMA, di tahun 1990-an, saya adalah pengguna setia Gizi Super Cream. Khasiatnya yang bikin kulit saya lebih cerah padahal saya adalah tukang panas-panasan; khasiatnya yang bikin kulit saya lebih lembut padahal saya jarang mengurus wajah; serta wanginya yang alami dan tidak bikin saya pusing karena saya gak suka parfum, adalah sekian alasan dari jatuhnya pilihan saya pada Gizi Super Cream.

Sebenernya Sih…
Sebenernya, sejak dulu saya tidak suka merawat wajah. Saya yang super-duper cuek tidak suka dengan ribetnya mengurus bagian tubuh yang bagi perempuan lain adalah hal yang utama itu. Sebabnya jelas. Waktu itu saya masih muda, dan kulit saya masih segar serta bagus. Jadinya saya merasa belum butuh perawatan. Tak hanya itu saja, aroma kosmetik yang menurut saya bikin kepala pusing serta banyaknya yang harus dioles di wajah tentu membuat malas. Tapi, semua berubah saat mama nyaranin saya pake Gizi Super Cream.

Benar, apa yang bikin males dari kosmetik perawatan wajah ternyata tidak saya temui di Gizi Super Cream. Wanginya alami karena terbuat dari herbal dan penggunaannya pun mudah. Tak perlu banyak oles ini oles itu. Cuma dengan satu Gizi Super Cream yang digunakan setelah mandi, cuci muka, dan juga setelah bewudhu, kulit bersih, putih, dan halus pun saya dapatkan. Bisa dibilang, Gizi Super Cream-lah yang membuat saya percaya bahwa kulit cantik, putih, dan terawat  itu tak harus didapat dengan cara ribet, melainkan hanya dengan satu langkah mudah saja.

21.11.15

Cara (Ngawur) Menaikkan Angka Klout Score


Pagi tadi, saya cukup kaget ketika buka blog di laptop. Ritual setiap pagi yang saya lakukan untuk mengecek komentar di blog sebelum blog walking ini, tiba-tiba teralihkan pada nilai klout score yang terpampang di sidebar blog. Walah, segitu? Ucap hati saya tidak percaya. Tapi setelah F5 berkali-kali, si browser ternyata gak error. Dan jadilah, pagi ini lebih cerah dari biasanya. #lebay

Eits... tunggu, saya kasih disclaimer dulu, ya. Judul di atas mungkin seperti angin segar. Padahal, hehehehe… cuma sekadar curhat. Di postingan ini, teman-teman gak bakalan dapet kejutan wow tentang kaitan klout score saya dengan job yang bejibun. Iya, untuk para buzzer, blogger, atau selebtwit ternama, klout score memang berbanding lurus dengan rate card dan suburnya kerjaan. Tapi buat saya, klout score hanyalah sebatas angka untuk gaya-gayaan. Ya… sambil berharap ada yang mau ngelirik si emak blogger yang apalah-apalah ini, boleh-boleh aja kan? Hihihi.... So, siapkan hati dan mental untuk kuciwa, ya. Postingan ini mah murni curhat dari si saya, yang gak sengaja, di sepanjang umurnya, bisa dapet klout score sebesar itu. Iyalah, gak lagi bikin GA, gak abis menang lomba, eh tiba-tiba datang jurig tumpak kuda (hantu naik kuda yang artinya rezeki yang tidak disangka-sangka). *Tutup muka sambil ngintip para pembaca yang klout score-nya jauh lebih fantastis*

18.11.15

Kacamata Oh Kacamata


"Mi, Ana pengen pake kacamata, yah!" ucap si sulung pagi itu.
"Tumben. Kemaren-kemaren kan gak mau," jawab saya setengah heran.
"Lihat tulisan di papan tulis gak kelihatan," ujarnya sambil meringis.
"Lho, bukannya udah sejak dulu?" tanya saya.
"Iya, tapi sekarang mah temen sebangkunya baru. Gak kenal. Malu kalo nanya-nanya," papar si sulung.

Seperti itulah percakapan saya dan si sulung, Reihana, pagi itu. Hari pertama sekolah setelah liburan kenaikan kelas 7 ke kelas 8. Iya, memang sudah sejak SD kelas 6 , Reihana mengeluhkan penglihatan matanya yang buram. Tapi karena gak mau diperiksa, malu berkacamata, dan saya gak tahu seberapa buram penglihatannya, Reihana gak pake kacamata. Dibujuk dengan rayuan apa pun, Reihana keukeuh gak mau. Dan baru pagi itu, saya denger dia minta kacamata. Sebabnya sederhana, penglihatannya yang buram membuat tulisan di papan tulis di sekolahnya gak kelihatan. Dia yang biasanya nanya-nanya ke teman sebangkunya, begitu kelas 8 gak bisa lagi. Teman sebangkunya baru dikenalnya. Dia malu dan segan untuk nanya-nanya tulisan yang ada di papan tulis.

14.11.15

Ilmu Menyimak Tangis


Kemarin pagi, di grup WA alumni kuliah, seorang teman mengirim sebuah video. Layaknya video-video yang biasa dikirim teman lainnya, saya pun memutuskan untuk skip dan tidak membukanya.

Ah, paling-paling juga video ajakan berbisnis mlm, video dubsmash, atau video lucu-lucuan lainnya. Buang-buang waktu aja. Begitu kata saya dalam hati.

Tapi, begitu hendak saya hapus, tangan kok rasanya berat banget ya. Kenapa harus di-delete langsung, gak ada salahnya kan kalo dilihat dulu. Barangkali saja berguna. Sisi hati yang yang lain berbicara.

11.11.15

Nothing Is Really Lost Until Your Mom Can't Find It

Sumber gambar di sini

Quote lucu di atas bener adanya. Ya, kan, moms? Hehehehe… ya, seperti itulah emak, ibu, mama, umi, bunda, mami, mom, atau mother bagi keluarganya. TUKANG NYARI BARANG YANG HILANG. Semua barang belum bisa dikatakan hilang jika ibu belum mencarinya. Barulah, jika ibu tak juga menemukannya, secara resmi, barang sudah bisa dikatakan hilang.

Kemarin, anak sulung saya heboh nyari kartu pulsa fisik yang baru saja dibelinya. Semua tempat disatroninya. Kasur, seprai, karpet, kursi, bantal, bahkan hingga ke tumpukan pakaian kotor, diobrak-abriknya dengan penuh semangat. Setelah dia menyerah, dia pun bertanya kepada saya. 

“Mi, ninggal kartu pulsa Ana, teu?” tanyanya.

6.11.15

Alat Tempur Ngeblog


Ngeblog memang sangat menyenangkan. Gak salah jika buat para blogger, ngeblog itu bisa jadi 'me time'. Begitu pun buat saya, ngeblog itu rasanya seperti bertualang ke tempat wisata yang indah. Di mana di sana, saya bisa mencurahkan semua kegalauan tanpa ketakutan. Termasuk saat ngeblog buat lomba.

Tapi, sebagai ibu yang punya 2 anak balita, ngeblog tak bisa kapan saja dan di mana saja. Apalagi saat si bocah-bocah lagi melek. Sebab bukannya 'me time', waktu untuk ngeblog tersebut malah jadi 'their time'.

Untuk menyikapinya, saya pun memanfaatkan berbagai 'fasilitas' untuk sekadar  membuat draft postingan untuk blog. Mulai dari aplikasi Blogger, SuperNote, file draft sms, file draft email, buku catatan, hingga kertas bekas gorengan. Hehehe.. iya, kalo lagi ada ide tapi gak ada sarana buat nulis, kertas gorengan atau kertas apa pun yang lagi dipegang, jadi wadah buat curahin ide. Sebabnya sederhana, ide yang 'unik' terkadang gak datang dua kali. Apalagi daya ingat saya sudah mulai karatan. Jadinya, biar si ide gak kabur, ya ditulis di mana aja. Nah nanti saat si bocah-bocah merem, saya pindahin deh tuh draft. Dan lalu, saya kembangin jadi postingan yang utuh.

19.9.15

Serunya Mencicipi Jaringan Smartfren 4G LTE Advanced


Setelah beberapa minggu terakhir saya mupeng pada temen-temen blogger yang ikut wara-wiri Network Drive Test Smartfren 4G LTE Advanced di berbagai kota, akhirnya saya bisa bernapas lega. Iya betul, Bandung akhirnya kebagian juga. Dan yang paling nyenengin, saya turut serta di dalamnya. Suwer, pengalaman serunya mencicipi jaringan Smartfren 4G LTE Advanced di Bandung kemaren itu, jadi hal yang gak bisa saya lupakan. Walah, kok bisa?

Begini, meskipun saya tahu pasti bahwa Network Drive Test Smartfren Smartfren 4G LTE Advanced juga akan dilakukan di Bandung, saya pesimis bisa ikutan. Da saya mah apa atuh, masih bisa jadi salah satu member Blogger Bandung juga sudah uyuhan. Sudah mah jarang kopdaran, ngeblog juga masih mood-moodan. Jadinya, begitu dapet email undangan dari Mas Fikri atas nama Smartfren, langsung aja saya iyakan. Takutnya beliau keburu berubah pikiran. Gawat, kan? Hehehehehe….

29.8.15

Tip Menyikapi Games (yang Dimainkan Anak-anak) di Ponsel Pintar

Tip-Menyikapi-Games-yang-Dimainkan-Anak-anak-di-Ponsel-Pintar

Kemaren sore, saat mau googling di hape, saya kaget banget. Kagetnya begini, di jejak pencarian via Google tersebut, ada banyak sekali kata kunci pencarian yang asing dan tidak saya kenal. Dan jelas, itu bukan saya yang mengetikkannya. Meski bukan sesuatu yang berbau porno atau pun kekerasan, kata-kata kunci pencarian itu sangat membuat saya penasaran.

Pikiran saya langsung tertuju pada A Radit. Iya, selain dia, cuma De Zaudan yang biasa minjem hape saya. Dan cuma dia yang sudah bisa baca tulis. Jelas sekali, A Raditlah 'tersangka' yang mengetikkan kata-kata kunci pencarian itu.

Untuk tahu apa yang dicari A Radit, saya pun langsung searching setiap kata-kata pencarian yang aneh tesebut. Meskipun tak menemukan hal yang 'bahaya', saya cukup 'tersadar' dengan apa yang dicari A Radit. Benar, A Radit ternyata mencari semua hal yang berhubungan dengan games kesukaannya yang ter-install di hape saya, Minecraft dan juga Clash of Clan. Dari mulai turorial cara mainnya di Youtube hingga server yang membuat dia bisa main multiplayer.

5.8.15

Menggapai Mimpi Bersama BNI

Pagi itu, seperti biasa, cuaca kota Bandung sangatlah dingin. Meski diperjelas dengan kabut tebal yang menyelimuti beberapa gedung kampus, saya tak sedikit pun merasa kedinginan. Sebaliknya, saya malah kepanasan. Dengan jantung yang terus berdegup kencang dan keringat bercucuran yang membasahi badan.

Sebenarnya badan yang kepanasan itu sudah saya rasakan sejak langkah pertama meninggalkan rumah. Tapi karena pikiran tak tenang, semua hal itu menjadi terkesampingkan.

Ya, hari itu adalah hari terakhir pembayaran SPP. Walau sudah mendapatkan penangguhan selama sebulan, uang SPP yang saat itu sekitar 500 ribuan, belum juga saya dapatkan. Tidak, saya tidak suka disebut sebagai mahasiswa yang miskin. Saya hanya seorang anak dari orang tua yang pas-pasan, yang menguliahkan 3 anaknya, dalam waktu yang bersamaan. Bisa dibayangkan bukan bagaimana repotnya orang tua saya yang tidak punya asuransi pendidikan untuk anak-anaknya, tapi harus mengeluarkan uang SPP dalam waktu yang hampir bersamaan?

25.7.15

Resolusi Lebaranku untuk Revolusi Keuanganku

“Mi, udah dua minggu puasa, kok kita gak pernah makan di luar?!” ucap si sulung Reihana.
“Iya, ngirit,” jawabku.
“Ah Umi. Kangen pizza, nih!” ucap dia lagi.
"Tar kalo punya voucher gratisan," jawabku sambil nyengir.

Seperti itu kira-kira percakapan antara aku anakku, Reihana, di hari ke-14 Ramadan yang lalu. Seperti yang ditulis di atas, hingga hari itu, bahkan hingga sebulan penuh, aku dan suami gak pernah sekali pun ngajak anak-anak makan di luar. 

Iya, Ramadan tahun ini memang gak biasa. Gak seperti tahun-tahun sebelumnya. Sejak hari pertama, aku dan suami mengubah banyak ‘ritual’ di bulan puasa. Alasannya? Mengikuti tantangan Lomba #ResolusiLebaranku dari Cermati

Sumber gambar: www.pinterest.com via Cermati

15.7.15

Masjid AL DUKA


Anak ketiga saya, De Zaudan (3 tahun), sangat suka sekali dengan masjid. Iya, gegara sering dibawa ke masjid sama bapaknya, ke mana pun dia pergi, yang ditanyain selalu saja masjid. Buat dia, selain untuk shalat, masjid itu menjadi semacam tempat untuk mengadem. Kok bisa? Kayak musafir aja, ya? Hehehehe...

Begini, De Zaudan itu anaknya pemalu. Mirip A Radit waktu kecil: Jago Kandang. Jadi tiap dibawa ke mana aja, daripada diem di tempat baru yang bikin dia merasa gak nyaman, dia lebih suka dibawa ke masjid. Termasuk kalau main ke rumah kakek-neneknya. Daripada berlama-lama diem di rumah kakek-neneknya, dia lebih nyaman diem di masjid. Dan kebetulan, rumah kakek-neneknya sebelahan sama masjid.

Saking sukanya sama masjid, kalau bapaknya lagi libur, dia pasti ngajak bapaknya sholat di masjid. Mending kalau masjid yang deket rumah. Dia mintanya di mesjid yang beda-beda. Shalat Zuhur di mesjid ini, shalat Asarnya di mesjid lain. Begitu terus. Jadilah waktu libur bapaknya itu sebagai ajang piknik dari masjid ke masjid. Sekarang, De Zaudan hafal dengan benar nama-nama masjid di sekitar rumah, bahkan di seputar Soreang.

31.5.15

Hidup Sehat Sederhana Ala Saya

Pagi itu adalah saat yang gakkan pernah saya lupakan. Ketika sedang beli nasi kuning untuk sarapan, seorang teman bersama istrinya, melintas di hadapan saya. Saking terkejutnya, saya gak sempat menyapa. Saya terus melongo sampai mereka hilang dari pandangan.

Yang membuat saya terkejut adalah keadaan teman saya itu. Teman yang kesehariannya aktif berolahraga sejak kecil, pagi itu belajar berjalan dengan tongkat, dibantu istrinya. Konon, si teman saya itu terkena stroke.

Saya Terancam!
Saya tak percaya dengan semuanya. Dia yang saya kenal aktif berolahraga, rasanya tak mungkin kena stroke. Dari sini, saya jadi mikir: “jika dia bisa begitu, apalagi saya. Sudahlah jarang berolahraga, makan pun sembarangan.”

Behind The Scene of My Blog Post


Saat sedang blogwalking, dan lalu kamu berdecak kagum pada suatu blog post dari blog teman, pernahkah kamu bayangin seperti apa proses pembuatan postingan itu hingga akhirnya bisa ter-publish sempurna di blognya? Aku enggak! Iya benar, entah karena aku orangnya ‘lempeng’, aku seringkali enggak kepikiran dengan ‘sejarah’ ditulisnya blog post itu. Buatku, layaknya nonton film atau baca buku, aku lebih suka ‘menikmati’ karyanya daripada proses kreatifnya. Aku yakin, si blogger juga pasti lebih ingin dihargai tulisannya ketimbang behind the scene dari proses pembuatannya. Tapi, itu terserah masing-masing, ya. Sah-sah aja kok jika mau tahu atau tidak mengenai behind the scene ini. Toh kepo sekepo-keponya pun akan hal ini, itu tidak dilarang. Ya, kan?

Ngomong-ngomong soal behind the scene, setiap postingan di blogku juga memilikinya. Meski ada bedanya, secara umum, proses kreatifnya sama.

Semua berawal dari ide
Ya, inilah hal pertama yang berandil besar dalam ter-publish-nya sebuah blog post. Tak mungkin ada artikel blog yang membuat pembacanya tersenyum, terharu, atau bahkan menangis, tanpa adanya ide.

Ideku dalam menulis blog bisa datang dari mana saja. Pengalaman pribadi, keseharian anak-anak, kejadian di sekitarku, hingga hal-hal yang lagi booming, bisa menjadi ide dalam menulis blog.

14.5.15

Sambil Menyelam (di GA) Minum Air (Soda)

Orang bilang aku penulis. Meskipun lebih cocok disebut penulis status fesbuk, apdetan twitter, dan penulis galau di blog sendiri, aku juga pernah lho nulis buku * meyakinkan pembaca*. Tapi jangan bayangkan Tere Liye, Raditya Dika, atau Dewi ‘Dee’ Lestari (siapa juga yang bayangin begitu?) yang menguasai penjualan buku di tokbuk-tokbuk besar, bisa bertahan di rak tokbuk lebih dari 6 bulan saja, kayaknya suatu prestasi besar buatku. Iyalah, da aku mah apa atuh, tulisan bisa diterima penerbit untuk diterbitkan aja, hepinya udah setengah mati. :D

Eh, apa hubungannya jadi penulis (kasta sudra) sama ikutan GA Mak Ophi?
Ada dong! Begini, saat bingung mau nulis apa, tiba-tiba sebuah postingan eksperimen Sains di blog Mak Ophi menarik perhatianku. Mungkin karena bekgronku dan buku-buku yang pernah aku tulis. Ya, selain dulu kuliah di FMIPA, beberapa buku yang aku tulis di antaranya memang adalah tentang percobaan Sains.

Jujur, waktu nemu postingan itu aku sempet kaget. Wuih... Mak Ophi yang jago berpolitik, mahir dalam parenting, plus rajin bertraveling ria, ternyata sempet bereksperimen Sain bareng anak-anaknya. Aku aja yang dulu di awal bikin blog berniat ngisi blog, salah satunya dengan percobaan Sains, sampai hari ini belum kesampaian juga. Beneran lho, postingan ini semacam ‘penyadar’ yang membawaku ke ‘jalan yang benar’. :))))

30.4.15

#BeraniLebih dari Sekadar Ibu Rumah Tangga dengan 4 Anak

Itulah tantangan saya. Ya, sekitar delapan tahun yang lalu, saya menantang diri saya sendiri untuk #beranilebih dari sekadar ibu rumah tangga biasa. Tidak! Saya tidak memandang sebelah mata pekerjaan ibu rumah tangga. Sebaliknya, pekerjaan tersebut, di mata saya adalah pekerjaan yang sangat mulia dan puncak karir dari seorang wanita. Sebab menjadi ibu rumah tangga itu berarti ‘menandatangani kontrak kerja’ 24 jam setiap harinya, dengan gaji, tunjangan, serta bonus yang tidak tercantum di dalam ‘kontrak kerjanya’. Namun di balik semua itu, ‘hadiah’ yang tidak ternilai menanti ibu rumah tangga di ujung perjuangannya.

Di awal-awal masa pernikahan, saya memutuskan untuk 100% diam di rumah dan mengurus anak-anak. Akan tetapi tanggapan mama tentang keputusan saya, selalu terngiang-ngiang setiap kali saya memantapkan hati untuk itu.

Anak-anak saya

“Kamu mah kuliah teh cuma dapet suami aja. Kalo cuma buat ngurus anak-anak dan diem di rumah aja mah, udah we atuh dulu teh gak usah kuliah. Gak ngeluarin banyak uang meureun mamah sama bapak teh!”

21.4.15

Ibu Mertuaku Sahabatku

Siapa bilang ibu mertua itu galak? Siapa bilang ibu mertua itu sadis? Dan siapa bilang ibu mertua itu killer? Itu sih hanya ada di sinetron-sinetron dan film-film. Buktinya, ibu mertuaku laksana seorang malaikat. Ya, persis dengan ibu kandungku. Meski tak seterbuka ibu kandungku, kasih-sayang dan perhatian ibu mertua itu nyata adanya. Sekarang, ibu mertuaku itu seperti seorang sahabat. Ini salah satu cerita mengenai kebaikan beliau.
***

Siang itu bukanlah hari libur. Kebetulan saja, hari itu tak ada jadwal kuliah, sehingga walau pun sudah jam 11 siang, aku masih bermalas-malasan di dalam kamar. Suamiku sendiri sudah pergi bekerja. Waktu itu, adalah bulan ketiga di usia pernikahanku. Dan aku belum mengalami tanda-tanda kehamilan. Ya, aku memang menikah ketika masih kuliah. Dan karena belum mempunyai rumah sendiri, aku dan suami tinggal di rumah mertua, yang kebetulan memiliki rumah yang besar.

Angin yang besar membuat siang itu terasa dingin. Aku pun tidur-tiduran di dalam kamar dengan berselimut. Tiba-tiba, dari luar kamar terdengar suara orang mengetuk pintu. Karena aku lambat membukanya dan pintu tidak dikunci, akhirnya si pengetuk membuka pintu kamar. Dia ternyata adalah ibu mertuaku. Dengan setengah kaget, dia lalu menghampiriku.

27.10.14

Curcol di Hari Blogger Nasional

Hari ini hari Blogger Nasional? Okeh, kalo begitu saya kudu ngeblog. Malu atuh, di bio udah ditulis #blogger tapi hari ini gak ngeblog. Hehehehe... ngomongin apa, ya? Ya soal ngeblog lah. Masa soal kartu atm yang tadi malem ketelen. *Aduh kasuat-suat, eung* #nangisdarah

Ngomongin soal blogger, aku sebenernya masih newbie banget. Ya, walopun udah punya blog sejak tahun 2008, rajin ngeblog sendiri itu baru di tahun 2013. Motivasinya? Terkompori ikut lomba. *Halah... payah sekali* Tapi ya begitu. Jujur, rajin ngeblog itu ya karena tertarik ikut lomba blog. Untungnya, seiring waktu berjalan, kalo ada waktu, kalo lagi mood, ngeblog juga hal-hal lain selain lomba. Mudah-mudahan aja, ngeblog selain untuk lomba, ke depannya bisa lebih diseringin. Apalagi, ceritanya minggu ini mau ganti alamat blog dengan dot kom. Kan sayang ya kalo udah bayar gitu jarang diisi. Bismillah deh...

Dulu, aku nganggap orang-orang yang ‘mengaku-ngaku’ berprofesi blogger itu sebagai orang yang kurang kerjaan. Serius! Aku kira, ngeblog itu ya nulis aja yang dia mau. Kalo nulis tentang produk, ya itu juga atas kemauan dia. Ih! Ternyata aku bener-bener kudet. Gak tahu kalo ngeblog juga bisa ngasilin duit. Dan duitnya, bisa lebih gede daripada nulis yang lain. *Halah curcol* :p