13.7.14

Patahkan Stigma dan Diskriminasi Terhadap Penderita Tuberkulosis!

Dulu, saat pertama kali tahu bahwa dirinya menderita penyakit tuberkulosis, adik saya sangatlah terpukul. Pukulan terberat yang dirasakannya, bukanlah bayangan kematian akibat penyakit tuberkulosisnya atau pun berat dan lamanya masa pengobatan penyakit tersebut. Dia sangat takut dengan stigma dan diskriminasi masyarakat akan penderita penyakit itu.

Ya, sebagaimana kita tahu, di masyarakat, penyakit tuberkulosis itu seperti sebuah penyakit kutukan. Penyakit turunan, menular, dan sangat mematikan, sehingga penderitanya harus dijauhi dan diasingkan. Sungguh, dengan stigma negatif seperti itu, adik saya benar-benar merasakan keterpurukan yang luar biasa. Dia sangat takut jika teman-teman, keluarga, dan sahabat-sahabat karibnya akan menjauhi dirinya bila tahu dia menderita penyakit tersebut.

11.7.14

Nokia Lumia, Ponsel Hebat yang Membuatmu Tahu Lebih Cepat

Jika ditanya apa yang berbeda dari Nokia Lumia dengan ponsel pintar biasa, jujur, jawaban saya akan sangat panjang dan lebar. Bukan tanpa sebab, karena begitulah keadaannya. Menggunakan Nokia Lumia sejak setahun yang lalu, rasanya cukup membuat saya tahu kelebihan ponsel ini dibandingkan dengan ponsel pintar lain yang sekelas dengannya.

Yang paling mencolok adalah tampilannya. Ya, Nokia Lumia mempunyai tampilan awal berupa home screen yang bisa di-personalized. Tak hanya itu saja, tampilan live tiles yang merupakan kumpulan dari aplikasi favorit kita, menutup semua permukaan layar ponsel. Jadi ketika ingin mengakses suatu fitur atau aplikasi, sentuh saja live tiles-nya.

Selain tampilan, hal yang saya suka lainnya dari Nokia Lumia adalah notifikasi dari apdetan berbagai aplikasi di live tiles yang datangnya sangat cepat. Dengan kemampuan ini, kita dijamin bebas kudet dan malah menjadi yang pertama tahu. Andai pun apdetan itu tak sempat kita buka, kita tidak lantas kehilangan info apdetan tersebut. Notifikasinya tetap akan muncul di live tiles dan menghilang sampai kita membukanya.

Ini Nokia Lumia-ku, Mana Nokia Lumia-mu?

Sebagai seorang ibu, kita dituntut untuk segala tahu dan segala bisa. Tak hanya dalam hal-hal yang sifatnya pelajaran sekolah atau keseharian, segala sesuatu yang berbau religius, (seperti cerita nabi atau pun surat-surat dan ayat Alquran), kita diharuskan juga untuk tahu. Malu kan jika ditanya anak-anak tapi kita tidak tahu?

Kejadian memalukan itu pernah saya rasakan. Waktu itu, putera kedua saya Radit, bertanya mengenai kelanjutan ayat dari sebuah surat Juz ‘Amma yang terkenal panjang. Karena surat itu jarang saya gunakan saat shalat, tentu saya jadi lupa. Jadi saat Radit betanya, saya langsung mencari buku/kitab Juz ‘Amma. Radit yang heran akhirnya nyeletuk, “ah, baca Juz ‘Amma mah, aku juga bisa dong, Mi. Lama lagi dong nyari Juz ‘Amma dulu mah!”

Here Maps dan Here Drive, Aplikasi Nokia Lumia Agar Tak Macet di Jalan Raya

Kemacetan kini sepertinya bukan hanya biasa terjadi di Kota Jakarta saja. Di Bandung, meski tak separah Jakarta, juga mulai akrab dengan kata macet. Dari pagi hingga sore. Bahkan kadang-kadang, malam pun bisa juga terjadi macet. Yang terpengaruh bukan hanya para pengendara kendaraan beroda empat, pengguna sepeda motor pun, kini juga harus ikut berparade ria di dalam barisan kendaraan yang terkena macet.

Seperti di hari itu. Ketika saya dan suami menuju suatu tempat. Agar tidak terkena macet, kami pun sepakat menggunakan sepeda motor. Alangkah terkejutnya kami, ketika sudah masuk pusat kota, jalanan yang kami kira akan lengang, atau setidaknya memberi celah pada sepeda motor kami untuk lewat, ternyata tertutup sama sekali. Sehingga pada akhirnya, kami terjebak di antara puluhan, atau mungkin ratusan kendaraan bermotor.

Nokia Lumia, Ponsel Unik yang Tak Sekadar Asyik

Di zaman seperti sekarang, hampir semua orang sepertinya membutuhkan ponsel pintar. Bukan hanya sekadar untuk gaya-gayaan, kebutuhan akan eksis, narsis, dan mungkin juga pekerjaan, menuntut kita menjadikan ponsel pintar ini sebagai kebutuhan utama.

Pun demikian juga dengan saya. Ponsel pintar yang saya miliki bukan cuma digunakan untuk kebutuhan ‘bergaul’ di dunia nyata dan maya saja. Pekerjaan saya pun kini membutuhkannya. Sebab walaupun saya hanya seorang freelancer yang banyak bekerja di rumah, waktu saya yang banyak tersita dalam mengurus anak-anak, membuat saya jarang sekali bekerja dengan cara duduk manis di depan laptop. Ada kalanya saya harus menulis artikel di ruang tunggu sekolah. Dan lain waktu, saya harus bisa mengedit naskah ketika anak-anak bermain di time zone. Jika saya harus menunggu waktu senggang untuk mengerjakan semuanya di depan laptop, dijamin, tak akan ada waktu untuk itu. Jadi di mana pun dan kapan pun, saya membutuhkan gadget yang bisa mengerjakan semua pekerjaan saya itu.

Nokia Lumia, Tempatku Mengurus 'Bintang Peliharaan'

Dulu, sewaktu kecil, ketika usiaku sekitar 6 atau 7 tahun, aku pernah memelihara seekor kucing. Kucing lucu yang entah datang dari mana itu, tiba-tiba saja betah di rumahku. Setelah mendapat izin dari mama, aku pun ‘resmi’ memelihara kucing itu. Dan tentu saja, aku senang dibuatnya.

Tapi rupanya, aku bukan tipe anak yang telaten. Meski sangat menyukai binatang, terlebih kucing, aku seringkali lupa dalam memberinya makan, memandikannya, hingga memelihara kesehatannya. Hingga suatu hari, aku mendapatkan kucingku sakit. Dan lagi-lagi, karena ketidaktahuan, aku memberi kucingku obat demam untuk manusia.  Sampai akhirnya, dua hari kemudian, kucing itu mati.

Sejak saat itu, mama tak pernah lagi mengizinkanku untuk memelihara binatang. Dan ya, meskipun aku sangat ingin, aku juga sekuat hati menahan diri untuk tidak memelihara binatang lagi. Aku takut ketidaktelatenanku dan kecerobohanku, binatang yang aku pelihara, mati sia-sia.

Nokia Lumia, Si Praktis untuk Eksis dan Narsis

Siapa bilang kalo eksis dan narsis itu cuma berlaku buat anak-anak muda? Emak-emak rempong dan banyak anak macam aku, juga bisa. Gak percaya? Lihat aja isi ponselku. Si Nokia Lumia 520 yang akan menjelaskannya padamu.

Yupp! Di Nokia Lumia-ku, semua yang aku banget, aku tampilkan sebagai Live Tiles-nya. Dari mulai media sosial (Facebook dan Twitter yang terintegrasi dalam satu tempat), Instagram, Path, email, hingga berbagai aplikasi chatting, menempel di sana. Mengapa aku tampilkan sebagai live tiles? Tentu saja agar semua memudahkan aku saat akan mengapdet dan membalas. Mau itu sekadar apdetan status, gambar/foto, check in di suatu tempat, atau pun membalas email dan chatting dari teman-teman. Dengan ditempelkannya sebagai live tiles, aplikasi-aplikasi ini tak akan membuatku kehilangan satu apdetan atau berita, sebab di sana, jika ada mention, reply, RT, atau apa pun yang berhubungan dengan akunku, notifikasinya akan terbaca. Dan selama aku belum membuka, notifikasi itu akan selalu tetap ada. Praktis tanpa harus buka menu ini dan itu.

Aplikasi penunjang eksis dan narsis

Nokia Lumia, Si Anti Kudet yang Bikin Gaya

Tahun 2011 lalu, aku hamil anak ke-3. Karena kondisi fisik yang payah, dengan sangat terpaksa, aku meninggalkan semua aktivitas yang biasa aku lakukan. Termasuk juga hobiku berselancar di dunia maya, beserta eksis dan narsis di socmed. Maklumlah, saat itu, gadget yang menunjangku untuk ‘main-main’ di dunia maya, hanyalah laptop dengan modemnya yang nemplok paten di meja komputer. Kalau pun aku niat untuk menclok di sana, sudah pasti, tubuh pegal-pegal dan dada sesak menjadi bonusnya. Jadinya, tiap hari kerjaanku kebanyakan dilakukan hanya di atas kasur saja.

Awalnya, aku merasa senang. Ingar bingar dunia maya tak lagi mengganggu hari-hariku. Tahu sendirilah seperti apa emak-emak yang lagi hamil. Baca status teman yang biasa saja, bisa diterima secara emosional akibat hormon tubuh di masa kehamilan yang tidak karuan. Tapi, belakangan, aku ternyata merasa kesepian. Kehadiran teman-teman yang meskipun hanya lewat dunia maya, seperti hilang entah ke mana.

Sekali dua kali, aku curi-curi nangkring di depan laptop untuk berkunjung ke dunia maya. Tapi lagi-lagi, bonus sakit punggung, sakit pinggang, hingga sesak napas membuatku tersiksa. Akhirnya, aku putuskan untuk hilang dari peredaran, hingga aku melahirkan.

Orang Tua : Mata Air Ketulusan

“Ketulusan mungkin terlihat sederhana dan santun, 
tetapi ia memiliki kekuatan yang dijamin oleh keajaiban.” ― Mario Teguh


Seperti itulah ketulusan. Kita mungkin memandangnya begitu sederhana ketika orang lain melakukannya. Tapi saat kita harus tulus, dibutuhkan sebuah kekuatan yang sangat besar. Dan bahkan, untuk hal-hal tertentu, agar kita bisa tulus, dibutuhkan sebuah keajaiban.

Ketulusan bukanlah monopoli orang tertentu. Bukan pada orang dewasa. Bukan pada alim ulama. Dan juga bukan pada mereka yang selalu hidup dalam kesusahan. Ketulusan itu ada pada setiap hati yang besar, hati yang lapang, dan juga hati yang menerima bahwa semua hal yang sudah terjadi itu merupakan takdir yang sudah digariskan-Nya. Karena ketulusan itu butuh kekuatan yang sangat besar, terkadang, anak-anak bisa lebih tulus daripada orang dewasa.

Ketulusan Orang Tua Terhadap Anaknya
Dulu, saya sering meragukan ketulusan orang tua terhadap anaknya. Sebab setiap kali saya meminta sesuatu, orang tua pasti bertanya macam-macam serta memberi nasihat ini dan itu mengenai apa yang saya inginkan, sebelum akhirnya memberikan apa yang saya minta itu. Karena selalu seperti itu, jadinya saya sering bertanya-tanya, “tulus gak sih ngasih apa yang saya inginkan?”

Sekarang, setelah menjadi orang tua, saya merasakan kekuatan rasa tulus itu. Ya, seperti orang tua saya dulu, sebelum memberi apa yang diinginkan anak-anak, saya pasti ngomel ini dan itu terlebih dahulu. Bukan karena tidak tulus, tapi saya ingin, apa yang diinginkan anak-anak saya itu berguna dan tidak digunakan untuk hal-hal menyimpang yang mungkin akan merugikannya.

Ponsel Keren dengan Kamera Paten? Ya Nokia Lumia Dong, Friend!

Inovasi yang semakin canggih pada kamera ponsel sepertinya membuat siapa saja tergoda untuk mengabadikan momen apa pun yang ada di sekitarnya dalam bentuk foto. Apalagi ditunjang dengan semakin mem-booming-nya socmed di dunia maya yang terintegrasi di dalam ponsel tersebut. Dalam hitungan detik, foto-foto yang berhasil ditangkap kamera ponsel bisa langsung diunggah ke berbagai media sosial tersebut tanpa hambatan. Dari mulai hasil jepretan selfie, foto alam sekitar, hingga foto makanan dan minuman yang akan disantap. Semuanya membuat si pemilik ponsel tersebut semakin keranjingan saja.

Tak terkecuali dengan saya. Kamera dari ponsel Nokia Lumia 520 yang sejak setahun lalu saya miliki, membuat hobi eksis dan narsis saya semakin konsisten. Ratusan foto hasil jepretannya sudah saya unggah di berbagai sosial media yang saya miliki. Meski hanya bermodalkan kamera belakang, kekuatan 5 mega pixel Nokia Lumia ini mampu menghasilkan gambar yang tajam, jernih, dan memuaskan. Dan jika fotonya ingin lebih dramatis, berbagai aplikasi photo editor yang ada di ponsel Nokia Lumia, siap digunakan. Mau foto selfie, foto alam, atau pun foto makanan tinggal jepret saja!

Nih Contohnya!