30.4.15

#BeraniLebih dari Sekadar Ibu Rumah Tangga dengan 4 Anak

Itulah tantangan saya. Ya, sekitar delapan tahun yang lalu, saya menantang diri saya sendiri untuk #beranilebih dari sekadar ibu rumah tangga biasa. Tidak! Saya tidak memandang sebelah mata pekerjaan ibu rumah tangga. Sebaliknya, pekerjaan tersebut, di mata saya adalah pekerjaan yang sangat mulia dan puncak karir dari seorang wanita. Sebab menjadi ibu rumah tangga itu berarti ‘menandatangani kontrak kerja’ 24 jam setiap harinya, dengan gaji, tunjangan, serta bonus yang tidak tercantum di dalam ‘kontrak kerjanya’. Namun di balik semua itu, ‘hadiah’ yang tidak ternilai menanti ibu rumah tangga di ujung perjuangannya.

Di awal-awal masa pernikahan, saya memutuskan untuk 100% diam di rumah dan mengurus anak-anak. Akan tetapi tanggapan mama tentang keputusan saya, selalu terngiang-ngiang setiap kali saya memantapkan hati untuk itu.

Anak-anak saya

“Kamu mah kuliah teh cuma dapet suami aja. Kalo cuma buat ngurus anak-anak dan diem di rumah aja mah, udah we atuh dulu teh gak usah kuliah. Gak ngeluarin banyak uang meureun mamah sama bapak teh!”

22.4.15

Shopious, ‘Pasar’ Toko-toko Online Terpercaya dengan Barang Dagangan yang Memanjakan Mata

Sebagai emak beranak 4, pergi ke luar rumah untuk sekadar berbelanja ke toko-toko atau mall merupakan hal yang mewah. Kenapa mewah, sebab hal ini jarang sekali aku lakukan. Gimana enggak gitu, 4 anak dengan 2 di antaranya masih balita membuatku cukup kerepotan jika harus membawanya ke mana-mana. Kalo pun bisa, aku harus bawa suami atau ibuku ke sana. Bukan belanja namanya jika harus bersama pasukan lengkap. Tahu sendiri kan seperti apa wanita belanja. Butuh waktu berjam-jam bagi kami untuk mendapatkan barang yang tepat dengan harga yang tepat pula. Dan jika meninggalkan anak-anak di rumah dan pergi sendiri? No.. no.. no! Aku gak tega. So, segala kebutuhan, sebisa mungkin aku dapatkan di tempat yang dekat dengan rumah saja.

Semua kebutuhan?
Yupp! Semua kebutuhan, sampai saat ini bisa aku dapatkan dengan cukup di rumah saja. Atau sekali pun ke luar rumah, ya yang dekat-dekat saja. Kebetulan, untuk kebutuhan pokok alias sembako, pasar yang dekat dengan rumah sudah bisa mencukupi semua kebutuhan keluargaku.

Bagaimana dengan kebutuhan sekunder atau tersier?
Ini juga bisa aku dapatkan dengan hanya diam di dalam rumah. Betul banget! Di era digital seperti sekarang ini, online shop sudah sangat akrab di kehidupanku. Berbagai macam barang yang tidak ada di pasar dekat rumah, sebagian besar aku dapatkan dari online shop. Baju, tas, bahkan hingga perabotan dapurku kebanyakan aku dapat dari online shop. 

21.4.15

Ibu Mertuaku Sahabatku

Siapa bilang ibu mertua itu galak? Siapa bilang ibu mertua itu sadis? Dan siapa bilang ibu mertua itu killer? Itu sih hanya ada di sinetron-sinetron dan film-film. Buktinya, ibu mertuaku laksana seorang malaikat. Ya, persis dengan ibu kandungku. Meski tak seterbuka ibu kandungku, kasih-sayang dan perhatian ibu mertua itu nyata adanya. Sekarang, ibu mertuaku itu seperti seorang sahabat. Ini salah satu cerita mengenai kebaikan beliau.
***

Siang itu bukanlah hari libur. Kebetulan saja, hari itu tak ada jadwal kuliah, sehingga walau pun sudah jam 11 siang, aku masih bermalas-malasan di dalam kamar. Suamiku sendiri sudah pergi bekerja. Waktu itu, adalah bulan ketiga di usia pernikahanku. Dan aku belum mengalami tanda-tanda kehamilan. Ya, aku memang menikah ketika masih kuliah. Dan karena belum mempunyai rumah sendiri, aku dan suami tinggal di rumah mertua, yang kebetulan memiliki rumah yang besar.

Angin yang besar membuat siang itu terasa dingin. Aku pun tidur-tiduran di dalam kamar dengan berselimut. Tiba-tiba, dari luar kamar terdengar suara orang mengetuk pintu. Karena aku lambat membukanya dan pintu tidak dikunci, akhirnya si pengetuk membuka pintu kamar. Dia ternyata adalah ibu mertuaku. Dengan setengah kaget, dia lalu menghampiriku.