20.6.15

Yang Instan dengan Rasa Buatan Rumahan? Ya Restumande Dong, Gan!

Orang bilang, ngidam itu hanya mitos. Buat aku pun begitu. Iyalah, sebab gak masuk di akal banget, jika perempuan hamil, tiba-tiba pengin suatu makanan yang gak ada dan gak pada waktunya. Apalagi jika ngidam itu dihubung-hubungkan dengan ‘keinginan’ si jabang bayi yang sedang dikandungnya. Masa iya sih, bayi yang belum tahu makanan, ujug-ujug pengin ini dan itu? Pasti itu cuma akal-akalan emaknya. Begitu pikirku.

Apa yang aku percaya tentang ngidam langsung buyar, manakala suatu malam, tepatnya dini hari jam 1 pagi saat aku hamil anak pertama. Ya, entah datang dari mana, aku tiba-tiba begitu ingin sekali makan rendang padang. Rasa dan aromanya yang khas, rasanya sudah ada di ujung lidah. Tapi mau gimana, jam 1 pagi mana ada rumah makan padang yang masih buka. Rumahku kan ada di Bandung bagian ujung... ujung... ujung... dan ujuuuuung sekali. Jadinya, ngidam tersebut aku pendam saja di dalam hati.

Beruntung, ‘si ngidam’ masih berlanjut. Esok paginya, pagi-pagi banget, malah jauh sebelum jam rumah makan buka, aku sudah menggedor sebuah rumah makan padang yang paling dekat dengan rumahku. Alhamdulillah, berbekal perut buncit (yang dimaklumi pemilik rumah makan), aku akhirnya berhasil membawa pulang 3 potong rendang padang yang begitu aku idam-idamkan. 

19.6.15

Rahasia Tidur Sehat dan Nyenyak untuk Anak-anak


Sekitar tahun 2009, saya terkena DBD. Penyakit yang diakibatkan gigitan nyamuk Aedes aegypti ini menjadi titik belok di hidup saya. Saya yang asalnya menganggap kesehatan itu urusan pribadi, kemudian mulai berpikir luas. Iyalah, kita bisa saja menjaga kebersihan diri, keluarga, dan lingkungan dengan sebaik-baiknya, tapi orang lain di sekitar kita? Belum tentu, bukan? Seperti nyamuk DBD yang menggigit saya dulu. Boleh jadi, nyamuk itu berkembang biak di kampung sebelah. Tetapi karena si nyamuk mampu terbang jauh, dan ‘sistem pertahanan’ di rumah saya sedikit lengah, jadilah saya korban gigitannya.

Sejak saat itu, saya meningkatkan ‘status kesiagaan’ terhadap nyamuk. Sungguh, saya tidak mau jika gigitan nyamuk mengganggu kesehatan atau mengganggu tidur kami sekeluarga. Terlebih tidur anak-anak. Sebab untuk anak-anak, tidur tak hanya sekadar mengistirahatkan tubuh semata, tetapi juga waktu pengeluaran hormon pertumbuhan tubuhnya. Tak hanya itu saja, tidur juga memberi manfaat bagi otak anak, yaitu menambah daya ingat dan konsentrasi. Selama tidur pula terjadi proses detoksifikasi. Dan proses detoksifikasi berperan di dalam perkembangan otak serta kestabilan emosi anak.

Nah, mengingat begitu pentingnya tidur nyenyak bagi anak-anak, saya semakin mantap untuk menghindarkan anak-anak dari gigitan nyamuk. Salah satu caranya yaitu dengan penggunaan obat nyamuk.

10.6.15

Mudahnya Mencari Informasi Kredit dengan Agunan di Cermati.com


Beberapa tahun yang lalu, saat sedang membangun rumah, kakak saya tiba-tiba kehabisan uang. Meskipun sudah sesuai dengan apa yang diinginkan, tabungan yang ada ternyata tidak cukup. Maklumlah, membangun sendiri rumah dengan tanpa perencanaan yang matang dari ahlinya, sering kali membuat dana ini itu menjadi bengkak. Apalagi tanpa perhitungan kenaikan harga bahan-bahan yang saat itu sedang terjadi. Hingga pada akhirnya, rumah pun tidak beres sesuai harapan.

Kakak saya pun panik. Dana talangan untuk membereskan rumahnya, sangat urgent dibutuhkan. Dia jelas tidak mau jika mendiamkan rumahnya yang belum selesai untuk dibereskan setelah dia punya uang sendiri. Jadinya, dia pun pinjam ke sana ke mari. Akan tetapi, usaha ini tidak berhasil. Dengan sangat terpaksa, kakak saya kemudian menjual sawah miliknya.

Apa yang terjadi pada kakak saya dulu, jika sekarang mungkin bisa dihindari. Ya, tanpa harus menjual sawah, kakak saya pasti bisa mendapatkan uang pinjaman dari bank dengan agunan berupa sertifikat sawah yang dijualnya itu. Dulu sebenarnya niatnya begitu. Kakak hendak meminjam uang dari bank. Tetapi karena kurang dan malesnya mencari informasi, niat itu menguap begitu saja. Belum lagi cerita yang tak jelas kebenarannya mengenai ribet dan lamanya proses pengajuan yang belum tentu disetujui pihak bank. Semuanya menjadikan kakak saya semakin malas meminjam uang ke bank.

Animal 4D+ : Aplikasi Seru untuk Ponsel Pintarmu


Selain beraneka macam aplikasi medsos, chatting, foto editor dan kamera, serta game, apa aja sih aplikasi yang ada hapemu? Kalau saya, selain itu semua, ada juga aplikasi yang (sedikit) berbau ilmu pengetahuan. Awalnya sih, itu semua saya install untuk mempermudah kerjaan biar ga perlu googling-googgling, tapi lama-lama, karena anak-anak sering minjem hape, jadinya mereka ikut-ikutan buka. Dan saya, jadi ikut-ikutan menurut selera anak-anak saya.

Aplikasi berbau ilmu pengetahuan dalam bentuk pelajaran itu sudah biasa. Anak-anak gak suka. Katanya, itu mah sama aja kayak di sekolah. Bosen! Mereka sukanya yang unik. Yang interaktif atau yang menyerupai game.

Aplikasi Animal 4D+ dari Octagon Studio adalah aplikasi yang sangat anak-anak sukai. Meski butuh flashcard khusus, fitur-fitur yang ada di aplikasi ini sangat menghibur. Jangankan anak-anak, saya dan orang-orang dewasa lain yang melihatnya saja takjub. Tiap kali membuka aplikasi ini, saya jadi bertanya-tanya, “kok bisa begitu, ya? Luar biasa!”

31.5.15

Hidup Sehat Sederhana Ala Saya

Pagi itu adalah saat yang gakkan pernah saya lupakan. Ketika sedang beli nasi kuning untuk sarapan, seorang teman bersama istrinya, melintas di hadapan saya. Saking terkejutnya, saya gak sempat menyapa. Saya terus melongo sampai mereka hilang dari pandangan.

Yang membuat saya terkejut adalah keadaan teman saya itu. Teman yang kesehariannya aktif berolahraga sejak kecil, pagi itu belajar berjalan dengan tongkat, dibantu istrinya. Konon, si teman saya itu terkena stroke.

Saya Terancam!
Saya tak percaya dengan semuanya. Dia yang saya kenal aktif berolahraga, rasanya tak mungkin kena stroke. Dari sini, saya jadi mikir: “jika dia bisa begitu, apalagi saya. Sudahlah jarang berolahraga, makan pun sembarangan.”

Behind The Scene of My Blog Post


Saat sedang blogwalking, dan lalu kamu berdecak kagum pada suatu blog post dari blog teman, pernahkah kamu bayangin seperti apa proses pembuatan postingan itu hingga akhirnya bisa ter-publish sempurna di blognya? Aku enggak! Iya benar, entah karena aku orangnya ‘lempeng’, aku seringkali enggak kepikiran dengan ‘sejarah’ ditulisnya blog post itu. Buatku, layaknya nonton film atau baca buku, aku lebih suka ‘menikmati’ karyanya daripada proses kreatifnya. Aku yakin, si blogger juga pasti lebih ingin dihargai tulisannya ketimbang behind the scene dari proses pembuatannya. Tapi, itu terserah masing-masing, ya. Sah-sah aja kok jika mau tahu atau tidak mengenai behind the scene ini. Toh kepo sekepo-keponya pun akan hal ini, itu tidak dilarang. Ya, kan?

Ngomong-ngomong soal behind the scene, setiap postingan di blogku juga memilikinya. Meski ada bedanya, secara umum, proses kreatifnya sama.

Semua berawal dari ide
Ya, inilah hal pertama yang berandil besar dalam ter-publish-nya sebuah blog post. Tak mungkin ada artikel blog yang membuat pembacanya tersenyum, terharu, atau bahkan menangis, tanpa adanya ide.

Ideku dalam menulis blog bisa datang dari mana saja. Pengalaman pribadi, keseharian anak-anak, kejadian di sekitarku, hingga hal-hal yang lagi booming, bisa menjadi ide dalam menulis blog.

14.5.15

Sambil Menyelam (di GA) Minum Air (Soda)

Orang bilang aku penulis. Meskipun lebih cocok disebut penulis status fesbuk, apdetan twitter, dan penulis galau di blog sendiri, aku juga pernah lho nulis buku * meyakinkan pembaca*. Tapi jangan bayangkan Tere Liye, Raditya Dika, atau Dewi ‘Dee’ Lestari (siapa juga yang bayangin begitu?) yang menguasai penjualan buku di tokbuk-tokbuk besar, bisa bertahan di rak tokbuk lebih dari 6 bulan saja, kayaknya suatu prestasi besar buatku. Iyalah, da aku mah apa atuh, tulisan bisa diterima penerbit untuk diterbitkan aja, hepinya udah setengah mati. :D

Eh, apa hubungannya jadi penulis (kasta sudra) sama ikutan GA Mak Ophi?
Ada dong! Begini, saat bingung mau nulis apa, tiba-tiba sebuah postingan eksperimen Sains di blog Mak Ophi menarik perhatianku. Mungkin karena bekgronku dan buku-buku yang pernah aku tulis. Ya, selain dulu kuliah di FMIPA, beberapa buku yang aku tulis di antaranya memang adalah tentang percobaan Sains.

Jujur, waktu nemu postingan itu aku sempet kaget. Wuih... Mak Ophi yang jago berpolitik, mahir dalam parenting, plus rajin bertraveling ria, ternyata sempet bereksperimen Sain bareng anak-anaknya. Aku aja yang dulu di awal bikin blog berniat ngisi blog, salah satunya dengan percobaan Sains, sampai hari ini belum kesampaian juga. Beneran lho, postingan ini semacam ‘penyadar’ yang membawaku ke ‘jalan yang benar’. :))))

11.5.15

Masih Takut Rambut Rusak Karena Catokan? Pakai Philips Straightener KeraShine!

Semua orang pasti setuju bahwa definisi cantik itu sangat relatif. Begitu juga buatku. Mau itu berkulit hitam atau putih, berhidung mancung atau tidak mancung *jangan baca pesek, aku kesindir :D*, bertubuh tinggi atau pendek, berwajah tirus atau bulat, hingga langsing atau pun gendut, yang namanya cantik mah, ya cantik aja. Terbebas dari variabel-variabel tadi. Cantik, ya cantik, titik.

Tapi, setelah beberapa lama definisi cantik itu seperti itu, tiba-tiba suatu hari, arti cantik ini sedikit tergoyahkan, ketika seorang teman kuliah menjabarkan kata cantik dengan embel-embel: berambut lurus. Kenapa rambut lurus? Sebab menurut dia, cewek berambut lurus itu terlihat rapi, luwes, dan anggun. Jadi dengan rambut lurus, kecantikannya menjadi sempurna.

Sebagai pemilik rambut yang gak keriting (tapi juga gak lurus-lurus amat), aku harusnya gak tersinggung. Tapi ketika lihat rambutku yang seringnya acak-acakan, aku jadi ngerti dengan definisi cantik versi temanku itu.

Berbagai usaha pun dicoba supaya rambutku bisa lurus rapi sepanjang hari. Tapi ternyata gak mudah. Catok pelurus rambut yang saat itu sedang booming pun, tak mampu menjadikanku cantik sempurna. Sebaliknya, gara-gara keseringan pakai, rambutku malah jadi rusak. Ya rambut jadi kering, ya ujung rambut bercabang, dan ya warna hitam rambut jadi kucel bin kusam.

30.4.15

#BeraniLebih dari Sekadar Ibu Rumah Tangga dengan 4 Anak

Itulah tantangan saya. Ya, sekitar delapan tahun yang lalu, saya menantang diri saya sendiri untuk #beranilebih dari sekadar ibu rumah tangga biasa. Tidak! Saya tidak memandang sebelah mata pekerjaan ibu rumah tangga. Sebaliknya, pekerjaan tersebut, di mata saya adalah pekerjaan yang sangat mulia dan puncak karir dari seorang wanita. Sebab menjadi ibu rumah tangga itu berarti ‘menandatangani kontrak kerja’ 24 jam setiap harinya, dengan gaji, tunjangan, serta bonus yang tidak tercantum di dalam ‘kontrak kerjanya’. Namun di balik semua itu, ‘hadiah’ yang tidak ternilai menanti ibu rumah tangga di ujung perjuangannya.

Di awal-awal masa pernikahan, saya memutuskan untuk 100% diam di rumah dan mengurus anak-anak. Akan tetapi tanggapan mama tentang keputusan saya, selalu terngiang-ngiang setiap kali saya memantapkan hati untuk itu.

Anak-anak saya

“Kamu mah kuliah teh cuma dapet suami aja. Kalo cuma buat ngurus anak-anak dan diem di rumah aja mah, udah we atuh dulu teh gak usah kuliah. Gak ngeluarin banyak uang meureun mamah sama bapak teh!”

22.4.15

Shopious, ‘Pasar’ Toko-toko Online Terpercaya dengan Barang Dagangan yang Memanjakan Mata

Sebagai emak beranak 4, pergi ke luar rumah untuk sekadar berbelanja ke toko-toko atau mall merupakan hal yang mewah. Kenapa mewah, sebab hal ini jarang sekali aku lakukan. Gimana enggak gitu, 4 anak dengan 2 di antaranya masih balita membuatku cukup kerepotan jika harus membawanya ke mana-mana. Kalo pun bisa, aku harus bawa suami atau ibuku ke sana. Bukan belanja namanya jika harus bersama pasukan lengkap. Tahu sendiri kan seperti apa wanita belanja. Butuh waktu berjam-jam bagi kami untuk mendapatkan barang yang tepat dengan harga yang tepat pula. Dan jika meninggalkan anak-anak di rumah dan pergi sendiri? No.. no.. no! Aku gak tega. So, segala kebutuhan, sebisa mungkin aku dapatkan di tempat yang dekat dengan rumah saja.

Semua kebutuhan?
Yupp! Semua kebutuhan, sampai saat ini bisa aku dapatkan dengan cukup di rumah saja. Atau sekali pun ke luar rumah, ya yang dekat-dekat saja. Kebetulan, untuk kebutuhan pokok alias sembako, pasar yang dekat dengan rumah sudah bisa mencukupi semua kebutuhan keluargaku.

Bagaimana dengan kebutuhan sekunder atau tersier?
Ini juga bisa aku dapatkan dengan hanya diam di dalam rumah. Betul banget! Di era digital seperti sekarang ini, online shop sudah sangat akrab di kehidupanku. Berbagai macam barang yang tidak ada di pasar dekat rumah, sebagian besar aku dapatkan dari online shop. Baju, tas, bahkan hingga perabotan dapurku kebanyakan aku dapat dari online shop. 

21.4.15

Ibu Mertuaku Sahabatku

Siapa bilang ibu mertua itu galak? Siapa bilang ibu mertua itu sadis? Dan siapa bilang ibu mertua itu killer? Itu sih hanya ada di sinetron-sinetron dan film-film. Buktinya, ibu mertuaku laksana seorang malaikat. Ya, persis dengan ibu kandungku. Meski tak seterbuka ibu kandungku, kasih-sayang dan perhatian ibu mertua itu nyata adanya. Sekarang, ibu mertuaku itu seperti seorang sahabat. Ini salah satu cerita mengenai kebaikan beliau.
***

Siang itu bukanlah hari libur. Kebetulan saja, hari itu tak ada jadwal kuliah, sehingga walau pun sudah jam 11 siang, aku masih bermalas-malasan di dalam kamar. Suamiku sendiri sudah pergi bekerja. Waktu itu, adalah bulan ketiga di usia pernikahanku. Dan aku belum mengalami tanda-tanda kehamilan. Ya, aku memang menikah ketika masih kuliah. Dan karena belum mempunyai rumah sendiri, aku dan suami tinggal di rumah mertua, yang kebetulan memiliki rumah yang besar.

Angin yang besar membuat siang itu terasa dingin. Aku pun tidur-tiduran di dalam kamar dengan berselimut. Tiba-tiba, dari luar kamar terdengar suara orang mengetuk pintu. Karena aku lambat membukanya dan pintu tidak dikunci, akhirnya si pengetuk membuka pintu kamar. Dia ternyata adalah ibu mertuaku. Dengan setengah kaget, dia lalu menghampiriku.

19.1.15

Waspadai Lidah Putih Pada Bayi

Dulu saat belum punya anak, bahkan sebelum nikah, saya sering banget lihat bayi yang lidahnya berwarna putih. Dulu sih, karena gak pernah lihat secara detail, saya kira lidah putih pada bayi itu biasa. Mungkin karena susu yang ngendap. Atau mungkin seperti saya, yang kadangkala lidah putih akibat sariawan, abis minum air panas, atau mungkin abis makan makanan berwarna putih.

Tapi ternyata tidak demikian saat lidah anak saya berwarna putih. Ya, saat Dede Zaudan berusia 2 atau 3 bulan, di bagian tengah lidahnya memutih. Awalnya saya pikir itu sama seperti lidah saya. Tapi karena dalam waktu 1-2 minggu tidak hilang juga, dan malah bagian putihnya semakin tebal, saya jadi khawatir. Apalagi saat si putih itu tiba-tiba menguning, kekhawatiran saya semakin menjadi. Saya takut, si lidah putih itu akan mengganggu tubuh Dede Zaudan. Atau mungkin menyebabkan penyakit tertentu.

Beruntung sekarang ada mbah gugel, ya. Dengan ngetik kata kunci ‘lidah putih pada bayi’, semua informasi yang saya butuhkan langsung didapat. Iya! Ternyata lidah putih pada bayi itu, kata mbah gugel patut diwaspadai, soalnya itu biasanya adalah jamur. Awalnya mungkin cuma berupa lapisan tipis berwarna putih yang bisa aja dari endapan susu yang nempel. Tapi jika dibiarkan, apalagi jika kebersihan mulut si bayi kurang bagus, si jamur bisa tumbuh subur di sana.