24.12.16

Beware What You Wish For!


Beberapa waktu lalu, saat lagi nyantei, iseng-iseng saya buka grup alumni perkualiahan di Facebook. Sebagai salah satu membernya yang udah lama gabung, saya heran dan cukup terkejut liat postingan-postingan di sana. Gak nyangka banget, postingan-postingan di sana bagus-bagus. Dan inspiratif. Iyalah saya gak tahu, selama ini kan, kalo buka grup FB, tempat mampir cuma grup-grup blogger aja. Baik itu untuk share postingan, cari link buat bw, atau nyari job. Jelas, grup alumni kuliah, lewat dari pemantauan.

Salah satu postingan dosen saya, membuat saya tertarik. Sebuah video terbentuknya manusia hingga dia lahir yang durasinya cuma 4 menit. Sebagai ibu yang sudah 4 kali hamil dan melahirkan, nonton video itu, tentu bikin teringat masa-masa hamil. Hingga saat melahirkan. Meski tahu gimana payahnya masa-masa itu, mengenang kembali semuanya, rasanya terasa indah. Mau lihat video yang saya tonton? Nih saya embed videonya di sini. Tonton sampai akhir, ya. Luar biasa deh. Keren yang bikin video itu.


Beware What You Wish For!
Ngomong-ngomong soal masa hamil, saya adalah salah satu orang yang percaya kekuatan kata-kata. Ya, kata-kata yang diucapkan secara serius, menjadi doa yang akhirnya dikabulkan-Nya. Itu terbukti di 3 kehamilan terakhir saya. Apa yang saya katakan, terjadi pada saya.

Di kehamilan pertama, saya tak banyak berkata-kata. Sebagai calon ibu baru, saya cuma nerima dan menjalani semua dengan sebaik-baiknya. Paling-paling, saya berdoa supaya kehamilan lancar hingga persalinan. Saya juga gak pernah 'ngobrol' dengan si jabang bayi. Apa yang saya ucapkan di dalam doa, rasanya sudah cukup mewakili.

Kontraksi yang memakan waktu hampir 24 jam, sebab tak ada peningkatan kontraksi membuat saya harus diinduksi. Dalam waktu 2 jam, dengan rasa sakit yang teramat sangat, akhirnya si sulung Reihana pun lahir.

Di kehamilan kedua, saya sedikit berubah. Saya jadi sering 'ngobrol' dengan si jabang bayi. Saya sering banget 'ngajak' dia untuk lahiran cepet. Gak perlu kontraksi berlama-lama. Diem-diem saya juga minta si jabang bayi untuk lahiran saat bapaknya ada. Maklumlah saat itu masih tinggal di mertua. Saya gak mau nyusahin siapa-siapa. Dan saat bapaknya ada, tentu itu sore hingga pagi. Siangnya kan beliau pergi kerja.

Apa yang saya minta terkabul. Si jabang bayi 'minta ke luar' dari perut dini hari. Dan tanpa kontraksi yang lama. Dalam waktu 1 jam sejak perut terasa mulas, A Radit akhirnya lahir ke dunia.

Cerita kehamilan ketiga lain lagi. Merasakan sendiri proses kelahiran A Radit yang tanpa tanda yang jelas, sekali pun prosesnya cepat, Dan lalu melihat adik ipar saya yang melahirkan dengan lancar dalam waktu kontraksi 2 jam saja, setelah sebelumnya pecah air ketuban, membuat saya diam-diam berharap hal yang sama. Iya, saya jadinya 'ngajak' si jabang bayi untuk lahiran dengan air ketuban pecah terlebih dahulu. Tujuannya supaya saya tahu bahwa saya akan melahirkan. Trus nantinya saya siap-siap. Soalnya kalo cuma mules, saya sering ketuker dengan kontraksi palsu alias Braxton Hicks.

Apa yang saya harapkan pun terkabul. Saat melahirkan De Zaudan, kontraksi tidak muncul. Tetapi saya mengalami pecah air ketuban. Hingga seterusnya, saya pun pergi ke klinik tempat biasa saya memeriksa kandungan. Tapi, ternyata bidan tidak sanggup. Dia takut bayinya kenapa-kenapa karena air ketuban yang sudah pecah. Saya pun dirujuk ke rumah sakit. 

Dek! Saya kaget. Saya benar-benar gak tahu kalo melahirkan dengan air ketuban pecah terlebih dahulu bisa membahayakan si jabang bayi. Logis juga sih ya, jika air ketuban pecah, si bayi bisa kekeringan. Sehingga saat mau ke luar, dia sudah tak lagi mudah. Pelumasnya bisa saja habis. Duh! Saya bener-bener merasa tolol karena sudah mengajak si bayi untuk ke luar dari perut dengan memberi tanda pecah air ketuban terlebih dahulu. Saya merasa bersalah. Untungnya, setiba di rumah sakit, si bayi gak kenapa-kenapa. Dan lahiran pun terjadi 4 jam setelah air ketuban pecah. Kalau ada apa-apa, saya pasti ngerasa bersalah banget.

Di kehamilan ke-4, saya jadi banyak belajar. Saya gak banyak lagi ‘ngajak’ si jabang bayi untuk macem-macem. Saya cuma bilang agar dia sehat, lahiran lancar, dan gak nyusahin banyak orang. Dan Alhamdulillah, ‘ajakan-ajakan’ itu jadi doa yang akhirnya dikabulkan-Nya. Si bayi lahir di bidan tempat biasa kontrol kehamilan dalam waktu 30 menit setelah kontraksi. Saya juga ke sana cuma berdua suami dengan pake sepeda motor. Alhamdulillah banget.

Empat kali hamil dan melahirkan membuat saya belajar banyak hal. Intinya, seperti kata orang tua. Jangan ngomong yang enggak-enggak. Ngomonglah yang baik-baik, sebab itu bisa jadi doa. Gak cuma saat hamil aja, ya. Dalam keseharian juga sepertinya harus begitu. Ngomong mah yang baik-baik aja. Sebab kalo ngomong jelek, takutnya kesampaian atau malah berbalik ke diri sendiri. 

Oke deh, segitu aja ngocehnya. Saya mau nonton video di atas lagi. Mau mengenang masa-masa hamil dan melahikan lagi. Beware what you wish for, ya. Sampai jumpa! :)))

14 komentar:

  1. nonton video itu jadi throw back memory yah saat saya hamil dan melahirkan Marwah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo saatnya gak throw back. Sudah saatnya Marwah punya adik. *kompor* :D

      Hapus
  2. bener mba.. hidup harus positive thinking ya mba, harus hati - hati kalau bicara jangan sampai bicara yang menyinggung orang lain.

    saya jadi ngerasa bersalah sama ibu habis nonton video ini.

    BalasHapus
  3. Sepakat mbak. Mmeskipun di dalam kandungan bayi bisa merasakan dan mendengar. Ingat pas mau lahiran Kak Ghifa bidannya bilang kalau aku nggak lahiran malam itu juga harus dirujuk ke bidan agau klinik. Karena bidannya esok fajar mau berangkat ke Jogja untuk seminar.

    Tepatnya jam 8 malam aku pulang terus jalan nggak henti2 sambil ngajak ngomong bayiku mbak. Ayo kamu kamu keluar sekarang, Kak. Ayo!

    Daaann...alhamdulillah Kak Ghifa lahir sebelum fajar, Mbak. Jadi, bu bidan pergi aku sudah bersih

    BalasHapus
  4. Balasan
    1. Alumni Biologi, Lia. Itbmh mah rajin aku tengok. Komo pas PasJum. Hehehe...

      Hapus
  5. Yup bener banget, Jangan ngomong yang enggak-enggak. Ngomonglah yang baik-baik, sebab itu bisa jadi doa.

    BalasHapus
  6. bener mba mesti hati2 jika bicara dan selalu yakin karena setiap ucapan sama dengan doa :)

    BalasHapus
  7. Empat kali hamil dan melahirkan membawa kesadaran untuk selalu menjadi ibu yang bijaksana. Sehat selalu ya, kak. :)

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)