Tampilkan postingan dengan label Finansial. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Finansial. Tampilkan semua postingan

26.10.17

Kalau Ada yang #MakinGampang, Ngapain Masih Pilih yang Selalu Ribet?


Mentemen, dulu waktu ujian mata kuliah Manajemen Inovasi (MaNov), salah satu soalnya menyuruh mahasiswa menuliskan khayalan akan sebuah inovasi yang saat itu belum ada. Tak perlu dirisaukan soal mustahil atau tidaknya. Yang penting sesuatu yang belum ada. Bentuknya boleh apa pun. Dari mulai benda, program, atau apa pun yang ada di pikiran kita.

25.4.17

Digital Financial Literacy for Children, Belajar Financial untuk Anak dengan Cara yang Menyenangkan


Teman-teman, saya mau nanya nih, boleh, kan? Begini, teman-teman pernah heran dengan karakter tokoh Ma’il yang ada di serial TV Upin dan Ipin, gak? Saya sering. Bahkan selalu. Setiap kali nonton serial TV Upin dan Ipin bareng anak-anak, saya selalu wondering, kok bisa sih ada anak yang kecerdasan finansialnya sebegitu tinggi. Iya sih, itu cuma karakter ciptaan. Tapi bukan berarti di kehidupan sehari-hari anak seperti itu tidak ada, kan? Saya yakin pasti ada, di mana pun itu. Dan buat saya, anak seperti itu keren banget. Walopun gak sampe kayak Ma’il, saya berharap, anak-anak saya bisa seperti itu.

13.10.16

Penggandaan Uang, Kaya Raya, dan Berinvestasi


Teman-teman, berita yang saat ini jadi headline di tv dan internet, bener-bener bikin saya gak habis pikir deh. Teman-teman juga, kan? Iya, itu tuh, berita penggandaan uang yang dilakukan Dimas Kanjeng. Duh, hari gini masih percaya dengan hal-hal begituan? Plis deh!

Ya, banyak uang memang impian semua orang. Tapi, gak mesti jadi gelap mata juga kan, ya? Dan yang bikin kaget, gak cuma Dimas Kanjeng aja. Sejak beliau ditangkap, bermunculan dukun-dukun sejenis itu. Bisa menggandakan uanglah, bisa menemukan emas batanganlah, dan yang lainnya. Semuanya bener-bener gak masuk akal. Masa iya sih ada manusia bisa menggandakan uang dan menemukan emas batangan? Kalo sama uang dan emas palsu sih iya, saya percaya. Dan memang begitu kan modusnya. Mereka akhirnya ketahuan melakukan penipuan.

4.11.15

Bijak Mengelola Keuangan untuk Masa Depan yang Lebih Baik


Sepulang acara Jumpa Blogger Sun Life di Trans Studio Mall, 3 Oktober 2015 lalu, sampai hari ini, saya jadi sering galau. Ada rasa bersalah saat ingat waktu menghabiskan uang yang didapat dari lomba; ada rasa sedih saat ingat uang bulanan yang habis di tengah bulan; ada rasa waswas saat membayangkan hari tua saya yang entah akan seperti apa; hingga rasa takut akan masa depan anak-anak saya yang mungkin sekolahnya tidak terjamin, jika keuangan rumah tangga saya terus-terusan tidak terkontrol. Sungguh, semuanya membuat saya meringis bahkan saya jadi pengin menangis.

Iya, di acara Jumpa Blogger Sun Life itu, Mas Safir Senduk banyak ‘menampar’ saya. Dari awal dia bicara hingga dia menutup pembicaraan. Duh… benar-benar deh, prinsip yang saya pegang dan semua hal yang saya pakai dalam mengatur keuangan rumah tangga, sangat-sangat ancur. Pantes aja, saya gak kaya-kaya. :’(

25.10.15

Bijak Mengelola Keuangan untuk Mewujudkan Masa Depan Cerah dan Lebih Baik


Sepuluh September 2015 lalu adalah tepat 9 tahun kepergian uwak haji. Mau tidak mau, momen haul kakak kandung bapak ini membuat saya teringat pada perjalanan hidupnya yang menurut saya cukup tragis. Ya, saya menyebutnya demikian, sebab apa yang terjadi di akhir hidup uwak haji tak seperti yang dibayangkan semua orang.

Uwak haji adalah salah satu orang paling kaya di kampung kami. Rumahnya yang luas, sawahnya yang banyak, mobil pribadinya yang berjejer, mobil angkotnya yang puluhan, hingga tabungannya konon hingga berdigit 10, jelas sudah menahbiskannya sebagai orang kaya. Bahkan pergi ke tanah suci dalam rangka naik haji sudah dilakukannya hingga 3 kali. Dengan fakta ini, siapa pun pasti setuju jika harta uwak haji pasti bisa menghidupi seluruh keluarganya hingga 4 atau mungkin 5 generasi.

Dugaan setiap orang ternyata salah. Menginjak usia 50 tahun, uwak haji (perempuan) menderita sakit-sakitan. Tentu saja, sebagai orang kaya, sakit sedikit saja membuat uwak haji dibawa ke rumah sakit mahal. Apalagi saat sakit serius. Dengan sigap, anak-anak beserta suaminya, membawa uwak haji berobat intensif di rumah sakit yang konon mahal juga. Dan vip room sudah pasti menjadi tempat yang selalu disinggahi.

25.7.15

Resolusi Lebaranku untuk Revolusi Keuanganku

“Mi, udah dua minggu puasa, kok kita gak pernah makan di luar?!” ucap si sulung Reihana.
“Iya, ngirit,” jawabku.
“Ah Umi. Kangen pizza, nih!” ucap dia lagi.
"Tar kalo punya voucher gratisan," jawabku sambil nyengir.

Seperti itu kira-kira percakapan antara aku anakku, Reihana, di hari ke-14 Ramadan yang lalu. Seperti yang ditulis di atas, hingga hari itu, bahkan hingga sebulan penuh, aku dan suami gak pernah sekali pun ngajak anak-anak makan di luar. 

Iya, Ramadan tahun ini memang gak biasa. Gak seperti tahun-tahun sebelumnya. Sejak hari pertama, aku dan suami mengubah banyak ‘ritual’ di bulan puasa. Alasannya? Mengikuti tantangan Lomba #ResolusiLebaranku dari Cermati

Sumber gambar: www.pinterest.com via Cermati

10.6.15

Mudahnya Mencari Informasi Kredit dengan Agunan di Cermati.com


Beberapa tahun yang lalu, saat sedang membangun rumah, kakak saya tiba-tiba kehabisan uang. Meskipun sudah sesuai dengan apa yang diinginkan, tabungan yang ada ternyata tidak cukup. Maklumlah, membangun sendiri rumah dengan tanpa perencanaan yang matang dari ahlinya, sering kali membuat dana ini itu menjadi bengkak. Apalagi tanpa perhitungan kenaikan harga bahan-bahan yang saat itu sedang terjadi. Hingga pada akhirnya, rumah pun tidak beres sesuai harapan.

Kakak saya pun panik. Dana talangan untuk membereskan rumahnya, sangat urgent dibutuhkan. Dia jelas tidak mau jika mendiamkan rumahnya yang belum selesai untuk dibereskan setelah dia punya uang sendiri. Jadinya, dia pun pinjam ke sana ke mari. Akan tetapi, usaha ini tidak berhasil. Dengan sangat terpaksa, kakak saya kemudian menjual sawah miliknya.

Apa yang terjadi pada kakak saya dulu, jika sekarang mungkin bisa dihindari. Ya, tanpa harus menjual sawah, kakak saya pasti bisa mendapatkan uang pinjaman dari bank dengan agunan berupa sertifikat sawah yang dijualnya itu. Dulu sebenarnya niatnya begitu. Kakak hendak meminjam uang dari bank. Tetapi karena kurang dan malesnya mencari informasi, niat itu menguap begitu saja. Belum lagi cerita yang tak jelas kebenarannya mengenai ribet dan lamanya proses pengajuan yang belum tentu disetujui pihak bank. Semuanya menjadikan kakak saya semakin malas meminjam uang ke bank.