4.11.15

Bijak Mengelola Keuangan untuk Masa Depan yang Lebih Baik


Sepulang acara Jumpa Blogger Sun Life di Trans Studio Mall, 3 Oktober 2015 lalu, sampai hari ini, saya jadi sering galau. Ada rasa bersalah saat ingat waktu menghabiskan uang yang didapat dari lomba; ada rasa sedih saat ingat uang bulanan yang habis di tengah bulan; ada rasa waswas saat membayangkan hari tua saya yang entah akan seperti apa; hingga rasa takut akan masa depan anak-anak saya yang mungkin sekolahnya tidak terjamin, jika keuangan rumah tangga saya terus-terusan tidak terkontrol. Sungguh, semuanya membuat saya meringis bahkan saya jadi pengin menangis.

Iya, di acara Jumpa Blogger Sun Life itu, Mas Safir Senduk banyak ‘menampar’ saya. Dari awal dia bicara hingga dia menutup pembicaraan. Duh… benar-benar deh, prinsip yang saya pegang dan semua hal yang saya pakai dalam mengatur keuangan rumah tangga, sangat-sangat ancur. Pantes aja, saya gak kaya-kaya. :’(

5 Prinsip Pengelolaan Uang (yang Kacau) Ala Saya

Prinsip pertama. Sebagai seorang istri, saya menerima uang bulanan dari suami. Uang bulanan ini, saya gunakan untuk berbagai keperluan rumah tangga. Dari mulai penyediaan makanan, pakaian, tagihan listrik, telepon, internet rumah, keperluan sekolah anak-anak, dan lain-lain. Adapun penghasilan saya, yang walaupun tidak tetap karena memang hanya sebatas pekerja lepas, saya gunakan semau saya. Mau saya habiskan dalam sekali belanja atau pun misalnya saya belikan kalung emas pun, suami tak pernah banyak cingcong. Toh yang penting, semua kebutuhan rumah tangga sudah dipenuhi dari gajinya.

Prinsip kedua. Untuk urusan jaminan kesehatan, saya tidak banyak pusing. Jaminan BPJS dari kantor suami untuk kami sekeluarga, cukup menenangkan saya. Ya walaupun sesekali, khawatir juga sih kalau-kalau misalnya kami sakit ‘sedikit berat’, dan BPJS tidak bisa meng-cover-nya. Tapi lagi-lagi, karakter saya dan suami yang ‘santai’ membuat kekhawatiran itu selalu bisa hilang begitu saja.

Prinsip ketiga. Untuk pendidikan anak-anak, kami adalah tipe orang yang ‘bagaimana nanti’. Kami sangat percaya bahwa jika ada kemauan, pasti ada jalan. Jadi jika kelak si anak ingin ke sekolah A atau B, rezeki pasti akan mengikutinya. Persis seperti kami disekolahkan orang tua-orang tua kami dahulu. Istilah sundanya, ‘lamun keyeng tangtu pareng’.

Prinsip keempat. Untuk urusan tabungan, kami juga menabung. Tapi prinsip kami, kami menabungkan uang sisa kebutuhan sehari-hari. Dan jelas jumlahnya tidak tetap. Bahkan ada kalanya dalam sebulan kami tidak menabung, sebab di bulan itu uang bisa saja habis untuk berbagai keperluan.

Prinsip kelima. Untuk hari tua kami, kami memang punya rencana untuk berinvestasi. Apa pun itu, yang penting bisa membuat kami mendapat penghasilan meskipun kami diam (pasif income). Atau paling buruknya, anak-anak kami yang sudah mandiri dan diharapkan sukses, tentu akan mengurus kami di hari tua kelak.


Dan Inilah Tamparan-tamparan yang Menyakitkan Itu

Prinsip pengelolaan uang ala saya memang sangat sangat kacau. Meski saya tahu dari sejak dulu, tapi obrolan-obrolan Mas Safir Senduk di acara Jumpa Bloger Sun Life itulah yang benar-benar menyadarkan saya. Seperti saya bilang di atas, Mas Safir Senduk ‘menampar’ saya berulang-ulang. Dan sakitnya, terasa sampai di sini. *Tunjuk saldo buku tabungan*

Di awal pembicaran, di acara Jumpa Bloger Sun Life, Mas Safir Senduk bilang bahwa ‘Karakter Pribadi Mempengaruhi Keuangan’. Ini bener banget. Saya dan suami masuk ke dalam golongan orang yang banyak menggunakan otak kanan. Kami cenderung santai, dan dalam membelanjakan uang, kami banyak menggunakan perasaan. Soal hitung-hitungan harga atau urgent-tidaknya barang itu buat kami, jarang menjadi pertimbangan. Orang yang dominan memakai otak kanan pasti sangat boros. INI KAMI BANGET!

Mas Safir Senduk lalu mengklasifikasi rumah tangga berdasarkan jenis cashflow-nya. Menurut beliau, ada tiga macam cashflow rumah tangga
  • Cashflow orang miskin, yaitu rumah tangga yang penghasilannya digunakan semuanya untuk kebutuhan konsumtif.
  • Cashflow orang menengah, yaitu rumah tangga yang penghasilannya digunakan setengah untuk kebutuhan konsumtif dan sisanya untuk investasi.
  • Cashflow orang kaya, yaitu rumah tangga yang penghasilannya banyak digunakan untuk investasi. Baik investasi pendidikan, reksadana, emas, properti, dan lain sebagainya.

Sebagai sebuah ‘tamparan’, Anda-anda pasti bisa menebak dengan mudah jenis cashflow dari rumah tangga saya? Bener banget! Rumah tangga saya merupakan contoh dari rumah tangga penganut cashflow orang miskin. Ya, walau pun sekali-kali menggunakan cashflow orang menengah, karena yang dipakai seringnya cashflow orang kismin, jadinya kami gak kaya-kaya. IHIKS… JLEB BANGET, MAK! :(

Harapan di Balik Semua Tamparan

Ikut acara Jumpa Blogger Sun Life yang lalu itu rasanya memang seperti membedah luka sendiri. Walau pun dalam hati pedih, demi kesehatan keuangan keluarga, saya mencoba bertahan. *Lebay*. Iyap, sejak tahu ada acara itu, niat saya ikut hadir memang untuk mendapat pencerahan mengenai pengelolaan keuangan. Sekaligus mendapat solusi supaya saya cepet kaya.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Yang saya harapkan akhirnya disampaikan. Mas Safir Senduk memaparkan segala cara yang bisa dilakukan untuk menjadi orang kaya. Bukan dengan cara menjadi karyawan. Bukan dengan menjadi seorang profesional. Dan bukan pula dengan menjadi seorang pengusaha. Orang yang kaya adalah orang yang paling banyak investasinya. Dan ini berarti adalah orang yang paling hebat dalam mengatur cashflow keuangannya. Seperti apa cara mengatur cashflow menurut Mas Safir Senduk?

1. Miliki investasi sebanyak-banyaknya
Cara pertama ini sesuai dengan prinsip pengelolaan keuangan rumah tangga saya yang kelima. Tapi, prinsip ini baru hanya sebatas prinsip. Pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari masih nol besar. Jadi jelas, pasif income keuangan di rumah tangga saya belum ada.

Dari penuturan Mas Safir Senduk, investasi-investasi menarik itu di antaranya adalah saham, manager investasi, dan properti.
  • Saham menarik karena ada 2 income, yaitu dividends dan bisa dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi. Tapi, di saham ada capital gain yang harus dilihat terus pergerakannya. Jadi pada saham, lebih baik fokus pada dividen.
  • Manager investasi menarik karena uang kita diatur pihak ketiga. Bentuknya bisa berupa reksadana atau unit link. Tapi di sini perlu diperhatikan banyak hal dalam memilih manager investasi. Misalnya saja reputasi, arah investasi, dan juga prestasi manager investasi tersebut. Jangan sampai terjebak investasi bodong, sebab investasi ini pada akhirnya hanya akan membawa kerugian besar bagi kita.
  • Properti menarik karena harganya yang cenderung naik dari waktu ke waktu. Tapi harga properti juga bisa turun. Misalnya karena lokasi properti berada di daerah bencana atau di daerah yang kena gusur pemerintah.

2. Siapkan dana untuk masa depan
Cara ini sesuai dengan prinsip pengelolaan keuangan rumah tangga saya nomor 3 dan 5. Tapi, prinsip pengelolaan keuangan rumah tangga saya acakadut. Pemikiran ‘kolot’ saya dan suami masih sangat dominan. Iya, rezeki memang sudah diatur Tuhan, tapi jika tidak diusahakan dari sekarang, semua tidak akan datang begitu saja. Kami sepertinya buta atau lebih tepatnya membutakan diri sendiri dari dana masa depan. Bahkan uang sekolah anak-anak saja yang kenaikannya bisa mencapai 20% per tahun, tidak kami perhitungkan.

3. Atur pengeluaran
Di dalam hidup, pos pengeluaran terbesar ada 5, yaitu pernikahan, rumah beserta isinya, dana pendidikan, dana pensiunan, dan dana untuk liburan. Jadi agar bisa masuk ke dalam cashflow orang kaya, kita harus bisa mengatur pengeluaran-pengeluaran besar tersebut. Bagaimana cara agar bisa mengatur pengeluaran dengan baik? Mengendalikan keinginan dan selalu fokus pada kebutuhan.

Menurut Mas Safir Senduk, pos-pos pengeluaran yang wajib ada setiap bulan, berdasarkan urutan prioritasnya meliputi cicilan utang, tabungan dan investasi, premi asuransi, dan biaya hidup. Ada pun prosentasenya cicilan hutang 30%, tabungan dan investasi 10%, premi asuransi 10%, dan biaya hidup 50%. Jangan kebulak-balik!

Sudah Saatnya Ikut KB!

Sstt… ini bukan tentang keluarga berencana dalam merencanakan jumlah anak. KB di sini saya maksudkan sebagai Keuangan Berencana. Iya, rumah tangga saya harus melakukan keuangan berencana, agar cashflow kami tidak lagi ada di cashflow orang miskin. Minimal ada di cashflow orang menengah atau kalau bisa, setiap bulan secara konsisten ada di cashflow orang kaya. Mau tahu apa rencana kami dalam mewujudkan cita-cita untuk naik kelas ke kelas cashflow orang kaya?
  • Mencari uang sebanyak-banyaknya. Terutama untuk saya. Mengapa demikian, sebab saya adalah seorang freelancer. Freelancer tidak punya batasan penghasilan. Meskipun penghasilan tidak tetap, saya membuat target penghasilan minimal setiap bulannya. Dengan target penghasilan minimal ini, saya akan termotivasi untuk terus bekerja secara proaktif dan tak perlu menunggu job datang sendiri. Misalnya sebagai blogger, saya mulai menawarkan diri untuk membuat review suatu produk. Padahal biasanya, saya yang menunggu tawaran tersebut.
  • Mulai berinvestasi. Iya, meski kecil-kecilan dan masih di tahap jangka pendek, kami mulai melirik investasi. Untuk saat ini, investasi yang kami pilih adalah emas. Selain karena mudah, pilihan ini juga karena modalnya yang bisa dimulai dengan uang berapa saja. Tapi, penjelasan Mas Safir Senduk diam-diam membuat saya naksir unit link. Apalagi setelah baca-baca unit link yang ada di Sun Life, tepatnya Sun FortuneLink. Kenapa Sun FortuneLink ini membuat saya jatuh cinta, karena preminya yang terjangkau, yaitu mulai dari Rp300.000 per bulan. Pokoknya, membaca-baca keuntungan yang didapat dari Sun FortuneLink membuat mimpi saya akan masa depan yang lebih baik begitu terasa nyata. Semoga saja, dalam 1 – 2 bulan ke depan, saya sudah bisa bergabung untuk investasi di Sun FortuneLink. Doakan, ya. :D

  • Mulai mengatur pengeluaran dengan cara menekan keinginan dan lebih fokus pada kewajiban. Meski belum tepat memenuhi rumus: cicilan hutang 30%, tabungan dan investasi 10%, premi asuransi 10%, dan biaya hidup 50%, kami tetap optimis. Ya, kami bisa. Kami pasti bisa.

Yuk Kelola Keuangan dengan Bijak


Tidak perlu bangkrut atau bokek terlebih dahulu untuk tahu bagaimana sengsaranya tidak punya uang. Banyak sekali contoh di sekitar kita yang bisa dijadikan pelajaran. Sebab semua akan indah jika ada duitnya. Bukan berarti kita matre, tapi tanpa uang, kita tak bisa melakukan apa-apa. Nah teman-teman, yuk kelola keuangan dengan bijak, agar hidup lebih terencana, lebih terarah, dan tentu lebih baik dari hari ini. Mari bijak mengelola keuangan untuk masa depan yang lebih baik.

8 komentar:

  1. aku tetep ambil point2nya ya mbak, masa kaya gini di bilang kacau sih :)

    BalasHapus
  2. Bagus bgt nih mak,aku jg ambl pointnya dan alhamdulillah sudah mulai berinvestasi nih :)

    BalasHapus
  3. Saya setuju mbak...kita harus punya investasi. investasi tak harus identik dengan mengumpulkan kekayaan, tetapi juga bisa berarti "jaga-jaga". Saya juga investasi di insurance. Menurut saya investasi terbaik adalah "sedekah"

    BalasHapus
  4. Saya juga masih berantakan dalam mengelola keuangan.. Semoga kedepan bisa lebih baik lagi

    BalasHapus
  5. iyaa jleb banget pas dengerin safir senduk teh, aku juga masih kacau balau huhuhu..mari berubah #bukanjadigooglefivetapiya

    BalasHapus
  6. iya, jaman skrg ini memang kudu pinter2 ngelola uang,

    BalasHapus
  7. Aku juga udah mulai investasi tahun ini tapi kayaknya harus ditambahin deh nominalnya :) Lain ti baheula ih aku teh investasinya :D

    BalasHapus
  8. lengkap banget mak...jadi lebih tau juga nih mengatur keuangan... :)

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)