23.3.24

Ikhlas, Ilmu Tingkat Tinggi yang Tak Ada Kata Lulusnya


Hola manteman, gimana kabarnya hari ke-12 puasa ini? Selalu sehat ya, supaya semuanya bisa berjalan lancar. Alhamdulillah, walopun ada 1 – 2 hal di hari kemaren dan hari ini yang bikin hati mengganjal, begitu menjelang waktu berbuka, rasa plong itu tiba. Ikhlas, lagi-lagi saya harus terus belajar ikhlas!

Sebuah Hantaman yang Besar

Bicara mengenai ikhlas, saya jadi keingetan sama peristiwa setahun yang lalu. Eh bukan deng, lebih dari setahun yang lalu. Mungkin sekitar 1,5 tahun yang lalu, di penghujung tahun 2022. Sebuah masalah yang besar dan pelik menghantam saya. Sebuah masalah yang tak pernah sedikit pun saya bayangkan akan menimpa saya. Sebelumnya, saya hanya melihat dan mendengar saja kalo beberapa teman pernah mengalami masalah tersebut.

Seharusnya saya banyak bertanya. Seharusnya saya berhenti sejak merasakan kegelisahan. Seharusnya saya tidak begini. Seharusnya saya tidak begitu. Seperti itulah isi pikiran-pikiran saya di waktu itu. Penuh dengan pengandaian. Penuh dengan penolakan. Penuh dengan penyesalan. Sehingga akhirnya hati selalu sedih. Hati selalu gelisah. Dan hati juga selalu takut.

Namun sebuah tulisan menyadarkan saya. Entah di mana saya lihat tulisan tersebut, saya lupa. Tapi beberapa hari lalu, saya melihat tulisan serupa muncul di postingan Instagram Aa Gym. Dulu saat sedang galau-galaunya, melihat tulisan tersebut, saya masih mencoba menyangkalnya. Saya masih berpikiran bahwa masalah yang saya hadapi semata-mata merupakan cobaan dari Allah. Yang kadang saya masih mencari-cari siapa yang bikin saya terlibat dengan masalah tersebut, sebagai tempat untuk menyalahkannya. Tapi beberapa hari lalu, postingan tersebut membuat saya menarik napas dalam-dalam. Tulisan tersebut sangatlah benar.

Iya, jangan menyalahkan siapapun. Semua kepahitan, musibah, atau apapun yang tak menyenangkan dipastikan diundang oleh dosa dan kesalahan diri sendiri.

Terus Belajar Ikhlas

Benarlah apa kata orang-orang. Ikhlas adalah ilmu tingkat tinggi. Susah sekali bagi kita untuk bisa mencapai titik ikhlas atas suatu musibah. Apalagi jika musibahnya besar dan membuat keadaan seperti jungkir balik. 

Nah saya seperti itu, di saat kena masalah di ujung tahun 2022 itu. Bukannya mencoba untuk ikhlas atas semua yang terjadi, dan introspeksi juga dengan semua yang sudah saya lakukan, ini malah terus mencoba mencari kambing hitam. Jadinya hati semakin kacau, terus-terusan gelisah. Dan bahkan, tidak jarang otak saya nyeleneh untuk mencari tahu cara untuk mengakhiri hidup. Iya, saya bahkan kepikiran untuk b*n*h d*r*. Nauzibillah!

Alhamdulillah Allah masih melindungi saya. Di saat saya sudah sedikit tenang, saya kepikiran untuk menghubungi seorang teman. Meski saya ragu dan juga malu, tetapi saya dikuatkan dengan ingatan akan sebuah status teman saya itu di wall Facebook-nya. Apa yang dia tuliskna serupa dengan masalah yang saat itu mengerubungi saya. Dugaan saya, dia atau temannya mengalami apa yang saya rasakan di saat itu.

Benar saja dugaan saya. Baru saja saya curhat sedikit saja, si teman menebak apa yang terjadi pada saya selanjutnya. Dan ya, saya mengiyakan dugaan-dugaan si teman saya tersebut. Sebab ternyata dia juga mengalami apa yang saya rasakan, hanya saja dia mengalaminya setahun sebelum saya.

Jujur, saya kagum dengan ketenangan si teman saya itu. Sata Tanya gimana caranya, ternyata caranya cuma ikhlas. Sebab memang tak ada lagi yang bisa dilakukan. Ikhlas saja dengan semua yang terjadi. Insya Allah, nanti hati menjadi tenang. Dan lama-lama, masalah itu pun akan terselesaikan dengan sendirinya. Daripada terus-terusan mengutuki diri dan juga pusing dengan masalah tersebut, lebih baik berpikir dan berbuat hal yang produktif. Banyak bekerja, pasrah dan tawakal, serta banyak berdoa. Begitu kata si teman tersebut.

Bertemu Orang Sholeh


Apa yang dikatakan teman saya di 1,5 tahun yang lalu, kini sudah terbukti. Satu demi satu masalah yang menyerang saya, perlahan-lahan hilang. Perlahan-lahan hati saya kembali tenang. Dan perlahan-lahan juga, saya bisa ikhlas. Alhamdulillah.

Tapi hidup tak pernah datar-datar saja. Iman manusia berfluktuasi. Setelah merasa tenang dan cukup ikhlas dengan masalah yang terjadi di tahun 2022 itu, saya ternyata digoncang dengan masalah yang merupakan imbas dari yang sebelumnya. Tak kalah beratnya, masalah yang datang belakangan itu juga membuat saya kepikiran hal-hal yang tak menyenangkan.

Lagi-lagi saya merasakan besarnya cinta Allah untuk saya. Saya yang berulang kali ingin menyerah, selalu saja dipertemukan dengan hal yang membuat saya sadar. Membuat saya bertahan sehingga akhirnya bisa tenang dan ikhlas. Nah di saat itu, saya dipertemukan dengan orang sholeh. Seorang teman satu almamater SMP yang ketemu di acara reuni. Pemikiran-pemikiran dia tentang banyak hal, terutama dalam menyikapi masalah, sungguh membuka mata saya. Lagi-lagi, Alhamdulilah, saya bisa merasakan hati dan jiwa yang tenang. Sekalipun hingga sekarang, masalah teruslah ada. Tapi dengan hati dan jiwa yang tenang, serumit apapun masalahnya, jalan pintas nyeleneh yang merupakan dosa besar itu tak pernah lagi kepikiran. Sabar dan shalat akan selalu bisa menemukan solusinya. Begitu kata teman saya itu.

Bertemu teman sholeh di acara reuni alumni SMP

Optimis, Berusaha, Berdoa, Tawakal

Itu yang selalu dikatakan si teman. Manakala saya curhat tentang pusingnya menghadapi masalah, tak henti-hentinya, dan tak bosan-bosannya dia berkata seperti itu. Tanamkan selalu jiwa optimis. Lakukan semua yang bisa dilakukan dengan semaksimal mungkin. Banyak-banyak berdoa. Setelah itu, tawakal. Serahkan semuanya kepada Allah. Karena tugas kita hanya sampai di situ. Selebihnya adalah wewenang Allah. Percayakan saja kepadaNya. Husnuzon padaNya. Allah itu sesuai dengan prasangka hambanya.

Hal lain yang saya suka dari si teman adalah pemikirannya tentang masalah. Kecilkan masalah besar. Dan hilangkan masalah yang kecil. Kemudian juga remindernya tentang banyak hal. Belum lagi tentang sholat, ibadah lain, dan juga menjaga aurat. Sungguh deh, bertemunya saya dengan dia sangat saya syukuri. Semoga Allah selalu melindunginya.

Bersyukur, Bersyukur, dan Bersyukur

Seperti itulah hidup. Penuh dengan rentetan masalah. Dari waktu ke waktu, ada saja masalah yang kita rasakan. Tapi sekalipun hidup penuh masalah, bukan berarti kita tidak bisa bahagia. Dengan mengecilkan masalah besar dan menghilangkan masalah yang kecil, kita bisa merasakan hidup yang bahagia.

Kuncinya adalah bersyukur. Setiap orang juga punya masalah. Tapi mereka tidak menunjukannya. Bisa jadi, masalah yang dialami orang lain jauh lebih besar dari masalah kita. Tapi rasa syukurnya jauh lebih besar daripada kita. Sehingga hidupnya terlihat lebih bahagia seperti tidak punya masalah.

Maafkan!

Eh aduh, saya curhatnya kebablasan. Kok jadi ceramah begini kayak Mamah Dedeh aja. Padahal siapa sih saya?! Huhu maafkan ya teman-teman. Bukan ceramah dan menggurui. Ini beneran saya sedang curhat. Saya banyaknya ngomong ke diri sendiri. Sebab saya terus aja sering kesusahan di dalam belajar ikhlas. Sekali lagi maafkan…

Oke deh manteman, saya stop sampai sini. Semoga tulisan saya bermanfaat. Sharing tentang bagaimana perjalanan spiritual teman-teman dong. Supaya saya juga bisa mengambil hikmahnya dari pengalaman teman-teman semua. Yuk share yuk!


12 komentar:

  1. Setuju, ikhlas itu ilmu tingkat tinggi, mudah diucapkan tapi merealisasikannya seperti ngajak gelut diri sendiri yg lebih memilih mencari-cari alasan dengan kenapa begitu begitu dan siapa penyebabnya. Kudu belajar terus dan terus juga saya tentang bab ikhlas ini.

    BalasHapus
  2. setuju, ikhlas tu ga mudah, banyak yang bilang rela memaafkan, padahal mah hatinya masih ga rela, masih di pikirkan, masih mencari2 alasan

    BalasHapus
  3. sepakat mbaa... memang ikhlas adalah pelajaran dan prinsip hidup yang luar biasa tinggi, karena sulit untuk bisa menerapkannya 100%. Sulit, tapi bukan tidak mungkin... dan kita semua tidak akan dicoba oleh Sang Maha Segala jika kita tidak sanggup menghadapinya. Semangaaaat

    BalasHapus
  4. pada dasarnya apa yang terjadi memang harus dihadapi ya Teh Nia
    walau memang pastinya sulit, apalagi soal ikhlas ini
    maka wajar aja di Al-Quran ada nama suratnya, walau dalam suratnya tak ada nama ikhlasnya

    BalasHapus
  5. Ilmu ikhlas nggak pake sekolah harus terus-menerus belajar karena nggak gampang, semoga Allah selalu menetapkan hati kita menjadi pribadi yang ikhlas Aamiin

    BalasHapus
  6. Saya nangis lho baca tulisan ini. Belajar ikhlas, belajar ridho terkadang kayak up and down. Ada kalanya mudah. Ada kalanya susah. Saya menangis mungkin karena sedang merasa galau lagi. Menyimak berbagai kajian biasanya cukup membantu.

    BalasHapus
  7. Bener, Mba, ikhlas ini didapat juga bukan dari keinginan, karena saat ingin, direka-reka malah jadi gak sadar banyak tendensi di dalamnya. Ikhlas dijalani saja dan dilupakan

    BalasHapus
  8. Kalau lagi dihantam masalah memang jadi gampang banget nangis yaa, teh..
    Akutu kalo kehantam masalah obatnya tidur. Masalahnya adalah pas di tempat tidur tuh barruuu miring sedikit, air mata uda netesss... dan ini bikin bantal basah kuyup.

    Manusia dan hatinya ini memang rapuh sekali.
    Kudu ada bantuan. Dan sebaik-baik bantuan memang dari Allaah azza wa jalla.

    Semoga masalahnya selesai sampai ke akar-akarnya yaa, teh..
    Biidznillah..

    BalasHapus
  9. Saya pun masih harus belajar untuk ikhlas, sabar dan banyak bersyukur, Teh. Agak kaget aja karena Teteh sampai punya pikiran ke arah sana. Karena selama ini Teteh keliatan oke oke, aja.

    BTW, semoga semua masalahnya bisa selesai ya, Teh. Kita sama-sama belajar ikhlas dan sabar dengan jalan yang sudah ditetapin oleh Allah.
    Semangaaat, Teteeh!

    BalasHapus
  10. helo mbak Nia, samaan mbak, sempat mengalami juga kejadian yang tidak mengenakkan yang gak pernah terpikir sama sekali akan mengalaminya. Tapi lama-kelamaan bisa legowo walaupun sampai sekarang belum tuntas. Yawda mungkin Tuhan masih mau kita meminta pada-Nya, mendengar kita nangis minta tolong cuma sama Dia kali yaa.
    Semoga selalu kuat yaaa.

    BalasHapus
  11. Hidup penuh pilihan ya. Salah satunya memilih untuk tetap meratapi masalah yg bikin hidup jauh dr tenang atau mencoba menerima lalu ikhtiar semaksimal mungkin menghadapi masalah dan menyerahkan hasil ikhtiar padaNya.
    Aku pikir pilihan mbak Nia tepat bgd dan ini jg menunjukkan betapa sayangnya Allah ke mbak Nia karena sudah dipertemukan dengan org org yg luar biasa positif juga. Btw makasih ya mbak sdh ngingetin aku melalui pengalaman hidup mbak Nia. Bahagia selalu ya mbak aamiin

    BalasHapus
  12. Alhamdulillah dipertemukan dengan teman baik yang bisa membuat kita makin kuat ya mbak. Apapun masalah berat yang kita hadapi, Insya Allah akan ada jalan keluarnya asalkan kita sabar dan tawakal.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)