2.2.13

Menangis Tidak Hanya Melankolis


Kita tentu pernah menangis. Kegiatan mengeluarkan air dari mata ini biasanya kita lakukan tatkala hati sedang sedih, tetapi tak jarang pula kita menitikkan air mata ketika hati bersuka cita.
            Orang sering mengidentikkan air mata dengan wanita yang ‘cengeng’ dan menganggap bahwa menangis didominasi kaum melankolis. Tetapi apakah demikian adanya? Jawabannya tidak. Siapa saja bahkan pria yang super jantan dan ‘macho’ pun pasti menangis, bahkan dalam kondisi tertentu, ia bisa menangis tersedu-sedu layaknya anaknya kecil.
            Menangis merupakan salah satu ‘aksi’ dari lonjakan emosi. Sehingga wanita dan pria pasti akan mengalami hal ini. Adapun salah satu penyebab mengapa pria jarang terlihat menangis adalah mungkin karena adanya kultur sosial kita. Pria diajarkan untuk tidak menangis, dia harus tahan terhadap apapun.
            Menangis itu sendiri adalah salah satu kegiatan biologis dimana air keluar dari kantung air mata (terletak di sudut dalam pangkal mata) untuk membasahi bola mata (lubrikasi) serta untuk menyingkirkan berbagai kotoran. Air mata yang keluar sebagai lubrikan (pelumas mata) tidak akan meleh keluar dari mata apalagi sampai ke pipi karena ditahan oleh lapisan minyak yang terdapat di sudut pelupuk mata. Kantung air mata menjadi kosong setiap kali kita berkedip, lalu kemudian diisi lagi dari pembuluh air mata (kelenjar lakrimal). Mekanismenya hampir mirip dengan pompa pengisap, dimana air mata dari bola mata  akan menuju rongga di belakang hidung lalu masuk kerongkongan dan tertelan. Karena rongga mata dan rongga hidung saling berhubungan maka bila kita menangis atau terangsang uap panas (seperti saat makan sambal pedas) atau uap dingin, air mata bisa mengalir dari hidung.
            Lain halnya dengan orang yang terus menerus mengeluarkan air mata tanpa rasa sedih dan tanpa sebab yang jelas. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena adanya gangguan pada mata, misalnya iritasi yang mengakibatkan kelenjar air mata terangsang untuk terus mengeluarkan air mata.
            Pada suatu kesempatan, William H. Frey, direktur Dry Eye and Tears Research Center di Mineapolis, AS, bekerja sama dengan jurusan psikiatri Universitas Minnesota, melakukan percobaan untuk meneliti air mata. Beliau memasang iklan di koran kampus untuk menarik kalangan mahasiswa dengan menawarkan 10 US$ untuk mereka yang bersedia meneteskan air mata para sukarelawan percobaan dengan cara memutarkan film-film sedih yang sangat sentimentil. Ternyata dari sekian banyak film, hanya dua film berdasarkan kisah nyata yang mampu membuat sukarelawan terkuras air matanya. Selain air mata yang keluar karena suasana hati akibat menonton film sedih tadi, para sukarelawan juga harus mengeluarkan air mata dengan cara perangsangan oleh uap bawang merah.
            Dari percobaan itu diperoleh hasil bahwa air mata pada dua keadaan tersebut sama-sama mengandung tiga senyawa kimia (selain air) yang biasa dikeluarkan saat perasaan tertekan. Senyawa kimia pertama yaitu protein (leusinenkefalin) yang fungsinya untuk mengatasi rasa sakit. Protein ini juga bersifat lisogenik, yaitu dapat membunuh bakteri-bakteri dengan mekanisme perusakkan bagian membran selnya (lisis). Senyawa kimia kedua yaitu adrenokortikotropik yang merupakan hormon penanda perasaan tertekan dan juga seagai penghilang rasa sakit. Sedangkan senyawa kimia ketiga adalah prolaktin yang merupakan hormon peningkat produksi air mata dan juga pengatur produksi air susu.
            Selain itu, Frey juga menemukan, bahwa kelenjar air mata dapat melarutkan dan mengeluarkan mangan (Mn) yaitu mineral yang terlibat dalam perubahan suasana hati (mood).
            Secara khusus, air mata alami (emosional) mengandung 24% protein lebih banyak daripada air mata rangsangan. Frey juga mengemukakan bahwa kadar prolaktin dalam darah wanita dewasa hampir 60% lebih tinggi daripada pria. Hal ini bisa menjelaskan mengapa wanita bisa menangis empat kali lebih sering daripada pria, dan wanita menopause yang kadar prolaktinnya berkurang, lebih jarang menangis.
            Sementara untuk penelitian psikis, Frey menambahkan bahwa setelah menangis 85% sukarelawan wanita dan 73% pria mengaku lebih lega. Frey menduga bahwa air mata membuang zat racun yang ada di dalam tubuh akibat rasa tertekan.
            Dapat ditarik kesimpulan, secara fisik dan psikis, menahan tangis itu tidak baik, karena mengurangi kemampuan kita untuk melepas rasa tertekan yang akibatnya akan merangsang pembentukkan zat beracun dalam tubuh.
            Jadi jelas sudah, ternyata menangis mempunyai banyak sekali manfaat, dan mengingat hal tersebut, maka tak ada salahnya jika kita tidak ragu-ragu lagi untuk menangis ketika suasana hati sedang ‘tertekan’, untuk pria sekalipun, karena dengan begitu niscaya ‘himpitan’ dan ‘tekanan’ itu segera sirna dan hati kita kembali tenang untuk menyongsong hari esok yang mungkin akan lebih ‘ menekan’ dan ‘menghimpit’ kita.

Tears are the safety valve of the heart when too much pressure is laid on it
 (by : Albert smith) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)