21.2.17

Fase Anak Banyak Nanya


Bulan Mei nanti, De Zaudan, anak ketiga saya, akan genap berusia 5 tahun. Itu artinya, De Zaudan sudah harus siap-siap menginjakkan kakinya di bangku sekolah. Karena sudah dikasih tahu sejak dia berusia 3 tahun, sepertinya masuk sekolah membuat De Zaudan exciting. Tapi takut-takut juga. H2C jadinya. Harap-harap Cemas. Iya, dia sangat gak sabar sekaligus juga takut. Dia penasaran dengan belajar di sekolah bersama guru dan teman-temannya, tetapi takut akan ini itu. Entahlah, meski sudah dijelaskan untuk tidak takut, setiap kali diingatkan tentang sekolah, H2C dia pasti begitu kentara di wajah De Zaudan. 

De Zaudan itu anak yang penuh dengan rasa penasaran. Di antara semua anak saya, rasa kepenasaranan De Zaudan itu paling tinggi. Tapi hal yang bikin penasarannya cukup unik. Jika A Radit saat kecil sangat tertarik dengan mesin-mesin mobil, maka De Zaudan penasarannya dengan megaphone, jangkar kapal, bendera, tiang bendera, jam, katrol, Burj El Khalifa, perapian, cerobong asap, terowongan, tornado, gunung berapi, baut, mur, obeng, obat nyamuk, dan masih banyak lagi benda-benda yang bikin orang-orang di sekitarnya keheranan. Untuk orang di luar rumah kami, hal itu sungguh membuat lucu.

Seperti halnya anak lain yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan anak 5 tahun, De Zaudan banyak nanya ini dan itu. Tak jarang, pertanyaan dia tentang benda-benda yang bikin dia penasaran membuat saya banyak mikir untuk menjawab. Mau dijawab secara ilmiah, nantinya pasti bakal muncul pertanyaan-pertanyaan baru. Mau dijawab ngasal, takutnya dia inget itu sampe gede. Jadinya entar salah kaprah. Hehehehe… serba salah deh. Misalnya saja kayak pertanyaan kemaren.

Mah, naha di Indonesia teu aya salju? Dede pan hoyong gaduh bumi nu aya cerobong asap.” 
“Mah, kok di Indonesia gak ada salju?” Dede kan pengen punya rumah yang ada cerobong asapnya.”

Duh, jawab apa coba? Masa saya kudu jelasin cuaca dan iklim? Bisa panjaaaaang nantinya. Dia nanya lagi, nanya lagi, dan terus bersambung. Hehehehe… mati kutu saya dibuatnya. Untunglah, kalo saya udah mentok dan gak bisa jawab kayak gitu, saya lemparkan saja pertanyaan itu ke bapaknya anak-anak. Alhamdulillah, mungkin karena dia guru, dia selalu bisa jelasin dengan cara yang sederhana. Wkwkwkwkk….

Punya anak banyak memang banyak pengalaman. Tapi, ketika pengalaman itu berulang pada anak berikutnya, pasti rasanya seperti baru lagi. Ya seperti sekarang ini. walopun dulu Teh Reihana dan A Radit juga mengalami masa banyak nanya, saat De Zaudan mengalaminya, saya seperti baru lagi. Rasa kepenasaranan mereka beda-beda sih, ya. Jadinya, saya gak bisa copy paste jawaban yang sama. :D

Hmm… benar ternyata ya, anak-anak itu bisa jadi guru buat kita. Mereka mengajarkan banyak sekali ilmu. Sekaligus juga pemicu kita untuk belajar banyak hal. Teman-teman juga pasti pada gitu. Mendapat banyak kejutan dari pertumbuhan dan perkembangan anak-anak teman-teman. Semoga kita bisa menjadi orang tua terbaik buat anak-anak kita, ya. Aamiin ya rabbal alamin.

2 komentar:

  1. Aamiin. Iya mba jawab pertanyaan anak2 memang gak bisa asal. Kadang memang suka serba salah ya... :)

    BalasHapus
  2. Yup sepakat. Nggak hanya anak yg belajar dari kita, tapi kitapun belajar dari mereka

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)