25.10.15

Bijak Mengelola Keuangan untuk Mewujudkan Masa Depan Cerah dan Lebih Baik


Sepuluh September 2015 lalu adalah tepat 9 tahun kepergian uwak haji. Mau tidak mau, momen haul kakak kandung bapak ini membuat saya teringat pada perjalanan hidupnya yang menurut saya cukup tragis. Ya, saya menyebutnya demikian, sebab apa yang terjadi di akhir hidup uwak haji tak seperti yang dibayangkan semua orang.

Uwak haji adalah salah satu orang paling kaya di kampung kami. Rumahnya yang luas, sawahnya yang banyak, mobil pribadinya yang berjejer, mobil angkotnya yang puluhan, hingga tabungannya konon hingga berdigit 10, jelas sudah menahbiskannya sebagai orang kaya. Bahkan pergi ke tanah suci dalam rangka naik haji sudah dilakukannya hingga 3 kali. Dengan fakta ini, siapa pun pasti setuju jika harta uwak haji pasti bisa menghidupi seluruh keluarganya hingga 4 atau mungkin 5 generasi.

Dugaan setiap orang ternyata salah. Menginjak usia 50 tahun, uwak haji (perempuan) menderita sakit-sakitan. Tentu saja, sebagai orang kaya, sakit sedikit saja membuat uwak haji dibawa ke rumah sakit mahal. Apalagi saat sakit serius. Dengan sigap, anak-anak beserta suaminya, membawa uwak haji berobat intensif di rumah sakit yang konon mahal juga. Dan vip room sudah pasti menjadi tempat yang selalu disinggahi.

Komplikasi jantung dan diabetes benar-benar merampas kesehatan dan kecerian uwak haji. Dan puncaknya, setahun setelah menderita komplikasi ini, uwak haji diserang stroke hingga tubuhnya menjadi lumpuh. Berbagai pengobatan pun dilakukan. Dari pengobatan medis hingga pengobatan alternatif (herbal dan pijat). Jangan ditanya soal harganya. Sudah pasti, semua orang mengelus dada dibuatnya. 

Perlahan-lahan, harta uwak haji terlihat berkurang. Mobil-mobil angkotnya satu demi satu dijualnya. Dan lalu mobil-mobil pribadinya. Begitu pula dengan sawahnya. Sungguh, siapa pun tak akan pernah bisa menduga, hartanya bisa hilang secepat itu.

Rentang tiga tahun, tubuh kurus uwak haji sedikit membaik. Sebelah tubuhnya bisa dia gerakkan. Tapi kondisi itu ternyata tak berlangsung lama. Beberapa bulan kemudian, stroke kembali menghampirinya dan kali itu, tubuh uwak haji sudah tak bisa lagi menahannya. Ya, uwak haji meninggal dalam usia 60 tahun. Tubuh perkasanya yang biasa bekerja penuh semangat, terbujur kaku di atas pembaringan kamar kelas 3 di sebuah rumah sakit sederhana dengan selang yang masuk ke sana-sini. Sungguh, buat saya, itu adalah sebuah akhir yang menyedihkan bagi seorang yang dulunya terkenal kaya raya.

Pentingnya Mengelola Harta
Andai saja dulu uwak haji bisa mengatur harta kekayaannya, tentu semua tak akan berakhir seperti itu. Dan sebaliknya, harta uwak haji akan bersisa banyak, sehingga walaupun sudah digunakan untuk berobat, harta tersebut bisa diwariskan kepada anak-anak dan cucu-cucunya. Tapi apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur. Harta yang bergunung-gunung itu telah hilang.  Dan harta warisan yang dulu mungkin pernah dibayangkan anak cucunya uwak haji, kini hanya tinggal khayalan.

Apa yang terjadi pada uwak haji, sedikit banyak menyadarkan pemikiran saya. Ya, harta yang segitu banyak saja bisa hilang, apalagi harta saya yang tak seujung kuku harta uwak haji. Sudah pasti, jika tidak dikelola dan diatur dengan baik, dalam beberapa bulan saja bisa lenyap tak bersisa. Lalu, bagaimana dengan jaminan kesehatan saya, suami, dan anak-anak? Bagaimana dana untuk sekolah anak-anak? Dan akan seperti apa masa tua saya nanti? 

Bijak Mengelola Keuangan untuk Mewujudkan Masa Depan Cerah dan Lebih Baik

Tak perlu bangkrut dulu untuk tahu rasanya tak punya uang. Tak perlu mengalami sendiri untuk bisa sadar akan pentingnya pengelolaan harta. Kejadian-kejadian di sekitar kita banyak sekali yang bisa dijadikan cerminan. Seperti kisah yang saya ceritakan di atas.

Pun demikian juga dengan saya. Sebisa mungkin, saya dan suami mengelola keuangan dengan sebaik-baiknya. Mungkin tidak sempurna, tapi setidaknya, kami membuat aturan agar uang-uang kami masuk ke pos-pos yang tepat. Dan terutama sekali sebagai bekal untuk menyekolahkan 4 anak kami hingga ke jenjang yang mereka inginkan serta untuk persiapan kehidupan di masa tua kami nanti.

Secara garis besar, ada 6 hal yang saya dan suami lakukan sebagai bentuk perencanaan dan pengelolaan keuangan keluarga.

  • Gaya hidup sederhana
Sebenarnya, hidup sederhana ini bukanlah sesuatu yang kami paksakan. Pada kenyataannya, kami memang keluarga yang sederhana. Jadi untuk bergaya hidup sederhana, buat kami bukanlah hal yang sulit.

  • Merencanakan segala hal yang menyangkut keuangan secara detail.
Dulu, kami jarang sekali merencanakan segala hal yang menyangkut keuangan secara detail. Akan tetapi karena hal ini ternyata justru membuat uang kami menjadi lenyap tanpa jejak, akhirnya kami tersadar. Ya, pengeluaran sekecil apa pun, jika dibiarkan tanpa rencana dan kontrol, pada akhirnya bisa membuat keuangan rumah tangga ‘jebol’. Persis seperti perahu yang akhirnya karam akibat kebocoran oleh lubang seujung jarum.

  • Sebisa mungkin menyisihkan uang untuk ditabung.
Untuk yang satu ini, jujur kami hanya menabung sedikit saja tiap bulannya. Prinsip kami adalah sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Meskipun menabungnya di bank, kami sedikit pun tak bertujuan untuk mendapatkan manfaat dari bunga tabungan ini. Tabungan ini lebih kami tujukan sebagai tabungan untuk pendidikan anak. Untuk keuntungan, kami lebih fokus pada poin ke-4.


  • Berinvestasi walaupun jumlahnya masih sedikit.
Poin inilah yang paling kami harapkan dalam mendapatkan keuntungan. Meskipun masih terbilang investasi kecil-kecilan, kami cukup optimis untuk bisa mendapatkan keuntungan yang besar. Investasi yang kami pilih adalah emas. Selain emas, setelah beberapa waktu lalu mengikuti bincang keuangan dengan Ahli Keuangan Safir Senduk, kami jadi tergoda untuk investasi saham. Semoga saja, setelah dana terkumpul, kami bisa segera berinvestasi saham.

  • Sebisa mungkin menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran. Jika memungkinkan, menekan pengeluaran dan memperbesar pemasukan.
Prinsip yang satu ini tentu semua orang melakukannya. Iya, jangan sampai akhirnya kita terjebak pada keadaan besar pasak daripada tiang, sebab hal itu hanya akan berujung pada utang.

  • Tidak hanya mengandalkan pendapatan dari satu sumber.
Ini juga menjadi hal penting dalam keuangan rumah tangga kami. Jadi meskipun suami memperoleh penghasilan, saya yang kesehariannya ada di rumah pun tetap harus mencari penghasilan. Dan menjadi freelancer adalah jalan ke luarnya.

Mengelola Keuangan Ala Freelancer

Meskipun sumber penghasilan utama keluarga adalah dari suami, hal ini tidak menjadikan penghasilan saya bisa dibelanjakan dengan semau-maunya. Iya, lagi-lagi, saya dan suami harus selalu ingat bahwa kami sedang mempersiapkan bekal untuk menyekolahkan 4 anak kami dan juga menyiapkan dana untuk masa tua kami. Jadi buat kami, satu rupiah penghasilan kami (penghasilan suami atau pun saya), tetap harus bisa masuk ke dalam pos-pos yang tepat.

Bagi seorang freelancer, penghasilan setiap bulan itu sangat tidak pasti. Ada kalanya dalam sebulan job datang seperti hujan deras. Namun di lain waktu, job bisa begitu sepi layaknya hujan di musim kemarau. Nah jika sudah begitu, terkadang apa yang sudah direncanakan dengan detail, ketika job paceklik, semua bisa menjadi mentah kembali. Tapi, itu dulu. Sekarang saya tidak khawatir. Saya punya cara agar semua rencana yang sudah saya dan suami buat tetap bisa dilaksanakan. Seperti apa caranya?

  • Membuat target penghasilan minimum dan pengeluaran maksimum.
Ini penting. Sebagai freelancer yang penghasilannya tidak menentu, saya sering membuat target pemasukan minimum. Jadi ketika dalam bulan paceklik, saya akan mencari job dengan ekstrakeras agar pemasukan minimum saya tercapai. Misalnya dengan menulis di media. Ada pun jika di bulan ‘basah’, saya tidak perlu ekstrakeras mencari job tambahan, karena selain pemasukan minimum sudah terpenuhi, di saat tersebut, waktu saya juga sudah tersita habis. Itu untuk target pemasukan, adapun target pengeluaran maksimum itu pasti nilainya di bawah pemasukan minimum. Semuanya dilakukan agar pemasukan yang diperoleh tidak habis.

  • Mencatat pemasukan dan pengeluaran.
Mencatat pemasukan dan pengeluaran tujuannya adalah untuk mengontrol pemasukan dan pengeluaran tadi.


  • Mendahulukan kebutuhan pokok.
Hal ini jelas, sebab sejak awal ketika diniatkan untuk menyiapkan bekal anak-anak sekolah dan bekal masa tua, maka yang diutamakan tentu adalah kebutuhan pokok. Barulah ketika kebutuhan pokok tercukupi, kebutuhan lain yang tidak urgent bisa dipenuhi.

  • Tetap menyisihkan sebagian penghasilan untuk ditabung.
Ini adalah kelanjutan dari poin 3 di atas. Setelah kebutuhan pokok terpenuhi, sisa penghasilan biasanya ditabung. Adapun jika kebutuhan lain muncul, dipertimbangkan urgent-tidaknya. Dan lagi-lagi balik lagi pada patokan pengeluaran maksimal. Jika sudah maksimal, sisanya harus ditabung.

  • Menyiapkan dana darurat.
Meskipun penghasilan saya sebagai freelancer bukan sumber utama pemasukan keuangan rumah tangga, penghasilan saya tidaklah dibedakan. Keduanya tetap diperlakukan sama. Harus ada bagian yang disisihkan dan harus ada bagian untuk dana darurat. Kendaraan yang tiba-tiba masuk bengkel, orangtua yang tiba-tiba sakit, atau ada musibah di sekitar rumah adalah contoh kasus yang membutuhkan dana darurat.

"And, When You Want Something, All the Universe Conspires In Helping You to Achieve It." - Paulo Coelho

Mengelola keuangan untuk mewujudkan masa depan cerah dan lebih baik memang bukanlah hal yang mudah. Tapi juga bukan hal yang mustahil. Meskipun banyak rintangan dan banyak godaan, semua sebanding dengan hasilnya. Kita hanya perlu niat yang kuat, usaha yang keras, dan tentu doa yang tidak putus-putusnya. Seperti Paulo Coelho bilang: "And, when you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it." Mari wujudkan masa depan cerah dengan perencanaan keuangan yang lebih baik!


7 komentar:

  1. Sehat itu termasuk kekayaan ya Mak. Begitu sakit baru terasa, apalagi sakit yang menguras banyak harta :(

    BalasHapus
  2. Financial things emang kliatannya ribeeeet, tapi demi masa depan yang baik, hayuklah kita planningkan dgn sip markosip

    --bukanbocahbiasa(dot)com

    BalasHapus
  3. sebagai emak emang kudu banget ya bikin perencanaan keuangan kayak gini. Nice sharing, mak!

    BalasHapus
  4. bagus sekali mbak Nia, terimakasih ilmunya :)

    BalasHapus
  5. Sehat itu mahal yaaa kak
    jangan lupa ikut asuransi yaa minim ikut BPJS haha

    BalasHapus
  6. Anonim19.55

    masa depan itu penting bangett .. saya setuju banget sama tulisan ini
    bahkan saya sampe menggunakan jasa financial planner itu untuk membuat road map financial-nya sekaligus action yang diambil .... yah jadi lebih tenang deh ....

    BalasHapus
  7. hiks...berasa kalau sakit emang mbak :"(
    aku tau sendiri rasane... :"(

    ini skearang lagi nertibin biar nabungnya tertib lagi :") biar anak cucu ga susah kemudian hari

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)