27.1.13

Alexander Fleming, ‘Penemu’ Antibiotik Penisilin



Istilah penemu antibiotik sangat tepat dialamatkan kepada Alexander Fleming. Penemuan penisilin yang merupakan tonggak pertama perlawanan efektif terhadap bakteri tidak lahir dari suatu rancangan percobaan yang sistematis, melainkan ditemukan secara tidak sengaja. Meskipun demikian, penemuan besar tersebut merupakan bonus dari kerja keras selama hidupnya yang didedikasikan untuk melawan kuman penyebab penyakit tersebut.
            Alexander Fleming lahir pada tanggal 6 Agustus 1881 di Lochfield, sebuah kawasan peternakan terpencil di Skotlandia. Ia merupakan anak ke-7 dari 8 bersaudara. Keluarganya mengelola peternakan seluas 800 hektar dan tinggal dalam rumah yang jaraknya sekitar 1 mil dari tetangga terdekat. Fleming bersaudara tumbuh dalam suasana pedesaan yang kental. Tidak jarang mereka bermain melalui arus sungai, lembah, dan gunung-gunung, sehingga secara tidak sengaja mereka banyak belajar dari alam.
            Sepeninggal sang ayah, pengelolaan peternakan dilanjutkan oleh sang kakak tertua. Sementara kakaknya yang lain, Tom Fleming, mengikuti sekolah kedokteran dan berhasil membuka praktek di London. Alexander dan empat saudaranya yang lain mengikuti jejak Tom untuk pindah ke London dengan harapan dapat memperbaiki kualitas hidup mereka. Alexander yang sebelumnya tercatat sebagai murid Kilmarnock Academy melanjutkan sekolahnya di Politeknik London. Setelah lulus ia sempat bekerja di sebuah Firma perkapalan, namun kemudian keluar karena merasa tidak betah.
            Tahun 1900 pecah perang Boer antara Inggris dengan koloninya di Afrika Selatan. Alexander dan dua saudaranya mendaftarkan diri untuk menjadi prajurit pada Resimen Skotlandia. Meskipun pada akhirnya resimen tersebut tidak diberangkatkan ke medan peperangan, kamp pelatihan telah mengasah banyak keterampilan seperti menembak, berenang, bahkan polo air yang biasa mereka lakukan pada masa senggang.

Sekolah Kedokteran
            Usaha praktek kedokteran Tom Fleming meningkat pesat setelah mendapat suntikan dana dari warisan sang paman. Tom pun menyarankan agar Alexander menggeluti bidang yang sama dengannya. Tom melihat potensi yang sangat besar pada diri Alexander. Hal ini terbukti ketika Alexander mendapatkan nilai tertinggi pada saat ujian masuk sekolah kedokteran.
            Pada tahun 1906, Alexander Fleming  memilih  untuk menuntut ilmu di sekolah kedokteran ST. Mary’s. Sebuah sekolah yang pernah menjadi lawannya dalam pertandingan polo air. Alexander melakukan penelitian dibawah bimbingan Sir Almroth Wright, seorang perintis dalam bidang terapi vaksin. Pada awalnya ia berkonsentrasi pada pembedahan, namun kemudian beralih ke bidang bakteriologi dan layanan inokulasi. Alexander mendapatkan gelar beserta medali kehormatan pada tahun 1908, dan melanjutkan karir kedokterannya di ST. Mary’s sebagai pengajar.
            Pada tahun 1909, seorang ahli fisika-kimia asal Jerman, Paul Ehlrich merancang metode pengobatan kimia untuk penyakit sipilis. Salah satu dari ratusan senyawa yang ia coba membuahkan hasil positif. Senyawa tersebut ia beri nama Salvarsan. Ehlrich kemudian membawa hasil penelitiannya ke London, dimana Alexander Fleming menjadi salah seorang pengelolanya. Dalam perkembangannya, Alexander mengembangkan teknik baru dalam pemberian obat Salvarsan dengan metode injeksi intra pembuluh darah. Ia pun membuka praktek layanan pengobatan yang sangat banyak dibutuhkan orang pada saat itu.
            Ketika perang dunia pertama pecah, sebagian besar staf dari lab bakteriologi berangkat ke Prancis untuk membangun lab rumah sakit darurat bagi korban perang. Alexander Fleming yang pernah mengikuti latihan kemiliteran diangkat menjadi kapten tim medis. Disana mereka menemukan ganasnya pengaruh bakteri penginfeksi terhadap luka-luka para prajurit. Banyak diantaranya yang menyebabkan kematian dalam waktu yang singkat, meskipun hanya berupa infeksi sederhana. Kenyataan ini membuat Alexander Fleming berpikir keras untuk mendapatkan bahan yang bisa memerangi bakteri tersebut. ia melakukan banyak inovasi dalam proses perawatan luka-luka para korban, namun belum juga mendapatkan hasil yang maksimal.

Penemuan dari lab yang berantakan
            Pada tahun 1920 Alexander Fleming kembali ke ST. Mary’s dan langsung menenggelamkan dirinya dalam pencarian antiseptik yang efektif. Setelah melakukan banyak penelitian, ia menemukan bahwa enzim yang dihasilkan oleh cairan tubuh seperti air mata mempunyai efek anti bakteri yang alami (lisozim). Namun anti bakteri ini tidak berdaya menghadapi kuman penginfeksi yang kuat.
            Alexander Fleming mencoba lagi berbagai penelitian lain. Alat-alat dan bahan yang ia gunakan bercampur aduk memenuhi seluruh ruangan sehingga membuat labnya kotor dan berantakan. Salah satu percobaannya menggunakan kultur bakteri Staphylococcus yang disebar pada medium dalam beberapa cawan petri. Cawan-cawan tersebut ditumpuk dan dibiarkan begitu saja ketika ia pergi berlibur selama dua pekan.
            Sekembalinya dari liburan, pada pagi hari tanggal 3 September 1928, Alexander Fleming datang kembali dengan maksud untuk membersihkan labnya yang berantakan. Tumpukan cawan petri yang berisi kultur bakteri Stapjylococcus ia jejerkan pada meja lab untuk dicuci. Sebelum dimasukan ke dalam bak cuci ia sempat memeriksa satu demi satu kondisi kultur bakteri sampai pandangannya terhenti pada salah satu cawan petri. Kultur pada cawan tersebut ternyata ditumbuhi sejenis jamur yang mengeluarkan lapisan bening berbentuk seperti cincin.  Anehnya, disekitar lapisan tersebut tidak terdapat satupun bakteri Staphylococcus.
            Menyadari bahwa saat itu merupakan momen ‘eureka’ untuknya, Alexander Fleming segera melakukan penelitian lebih lanjut. Jamur yang mengeluarkan lapisan bening tersebut diketahui kemudian sebagai Penicilium notatum. Sporanya terbawa dari lab mikologi yang letaknya satu lantai dibawah lab Fleming. Sungguh suatu keberuntungan ketika ia tidak menyimpan kulturnya pada inkubator hangat, dan dibantu dengan kondisi cuaca London yang dingin sang jamur pun bisa bertahan hidup. Seiring dengan meningkatnya suhu lab maka Staphylococcus tumbuh pesat menutupi seluruh permukaan kultur, kecuali pada kultur yang terkontaminasi Penicilium notatum tersebut. fleming menyimpulkan bahwa bakteri pada cawan petri telah dimusnahkan oleh zat yang dihasilkan oleh koloni jamur, yang kemudian ia namakan penisilin.
            Penelitian berikutnya menunjukan bahwa penisilin juga ampuh untuk membunuh bakteri jenis lain. Penisilin juga bisa diujikan secara hati-hati terhadap binatang tanpa menimbulkan efek samping. Catatan penemuannya ini sempat dicetak pada majalah-majalah sains, namun tidak mendapatkan tanggapan antusias dari masyarakat pada waktu itu. Alexander Fleming pun kembali tenggelam dalam penelitian-penelitian medisnya yang lain.

Pembuktian Penisilin
            Pada tahun 1938, berdasarkan temuan Alexander Fleming, Howard Florey dan Ernst Chain yang bekerja di Universitas Oxford melakukan pengisolasian penisilin untuk penilitian yang mereka lakukan. Tiga tahun kemudian seorang dokter Rumah Sakit Oxford, Charles Fletcher mendengar hasil penelitian mereka. Fletcher mempunyai seorang pasien yang kondisinya kritis akibat infeksi bakteri pada luka yang dideritanya. Ia kemudian menggunakan sejumlah penisilin hasil pengisolasian Florey dan Chain kepada pasiennya tersebut. Beberapa saat setelah diberikan penisilin kondisi si pasien membaik dengan sangat cepat, namun karena Fletcher tidak memiliki cukup banyak penisilin untuk membasmi bakteri penginfeksi secara tuntas, beberapa minggu kemudian sang pasien meninggal. Bagaimanapun juga penisilin telah menunjukan daya kerja yang luar biasa. Satu-satunya alasan ketidaksembuhan pasien adalah karena jumlahnya yang sangat terbatas. Florey kemudian berhasil mengatasi masalah ini dengan menggaet perusahaan obat Amerika untuk memproduksi penisilin secara masal.
            Pembuktian keampuhan penisilin terjadi pada saat pecahnya perang dunia ke 2. Pada saat itu telah tersedia cukup banyak penisilin untuk merawat para korban perang. Banyak nyawa yang bisa diselamatkan. Penisilinpun kemudian dikenal luas sebagai obat ajaib yang paling mujarab dalam menyembuhkan berbagai penyakit dan mengubah metode penanganan terhadap infeksi bakteri di seluruh dunia. Pada pertengahan abad, penemuan Alexander Fleming ini telah melahirkan industri farmasi raksasa. Pembuatan penisilin sintetis dalam jumlah besar telah dapat menaklukan beberapa penyakit manusia yang paling menakutkan pada masa itu, seperti sipilis dan tuberkolosis.
            Atas jasa-jasanya, Alexander Fleming diangkat menjadi anggota kehormatan Royal Society pada tahun 1943, dan menerima gelar kebangsawanan Inggris pada tahun 1944. Setahun berikutnya, Sir Alexander Fleming beserta penerusnya Howard Florey dan Ernst Chain menerima hadiah Nobel. Beliau meninggal pada tanggal 11 Maret 1955 dan dimakamkan di Katedral ST. Paul’s.
                                                                                           

Dimuat di HU Pikiran Rakyat, September 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)