23.10.16

Beda Warna Spons, Beda Fungsinya


Beberapa hari lalu, saat sedang nonton tv, tiba-tiba sebuah tayangan mengingatkan saya ke rumah almarhum nenek. Lebih tepatnya ke dapur nenek. Dandang-dandang penanak nasi (se'eng) yang disimpan di atas bangku kayu, tempat-tempat nasi (boboko) yang digantung di dinding dapur, dan juga tungku api (hawu) lengkap dengan kayu-kayu bakarnya. Sungguh, pemandangan dapur di pedesaan yang saya lupa namanya itu, membuat saya kangen masa kecil. Masa kecil ketika liburan di rumah nenek.

Nenek, Orang yang Sangat Keras
Ya, nenek saya adalah orang yang keras. Tak cuma terhadap anak-anaknya, yakni mama dan kedua adiknya, tetapi juga kepada kami cucu-cucunya. Termasuk kepada saya. Jadi walau pun liburan, setiap hari, saya pasti kebagian membantu pekerjaan rumah. Dan tugas saya adalah menyapu rumah serta mencuci piring.

20.10.16

Hidup Bahagia Terpancar di Wajah yang Bahagia


Pagi itu saya sedih. Obrolan bareng seorang teman via Whats App di malam harinya, menjadi penyebabnya. Gimana gak sedih, sebagai ibu rumah tangga full time, denger kisah kesibukan teman yang wara-wiri ke luar kota dan ke luar negeri untuk urusan pekerjaan, jelas bikin ‘hati berdesir’. Tahu sendiri kan, ya, ibu rumah tangga mah sensitif banget sama hal-hal beginian. Paradigma masyarakat yang bilang kesuksesan wanita itu diukur dari karirnya, cukup kuat tertanam di benak siapa saja. Tak terkecuali di kepala ibu-ibu rumah tangga macam saya.

Kesedihan saya akan kesuksesan teman tersebut sedikit turun manakala inget sisi lain dari kehidupannya. Kegalauan sang teman akan minimnya kuantitas dan kualitas kebersamaan bareng anak-anaknya, cukup membuat miris. Bukan puas dengan apa yang terjadi padanya, ya. Tapi kebersamaan dan kedekatan saya dengan keluarga serta anak-anak, setidaknya cukup menghibur saya. Apalagi jika diingat alasan saya jadi ibu rumah tangga full time, saat saya resign dari kerja kantoran. Pencapaian saya atas alasan resign tersebut, rasanya sudah bawa banyak sekali ‘prestasi’. Setidaknya begitu buat saya. Dan jelas, prestasi ini gak bisa dibandingin dengan kesuksesan orang lain. Tujuan awalnya saja udah beda. Saya jadi ibu rumah tangga full time, sedangkan dia jadi wanita karir.

19.10.16

Hidup Sehat dengan Pola Makan yang Sehat


Sejak hamil anak ketiga, hingga menyusui anak keempat sekarang, saya naik berat badan sebesar 15 kg. Selain karena nafsu makan yang naik drastis, hal ini juga karena mindset saya tentang nutrisi dan energi yang salah. Iya, saya orang yang termasuk menganggap bahwa selama hamil, melahirkan, dan menyusui, seorang ibu memerlukan energi dua kali lipat dari semula. Ya untuk si ibu, ya untuk si anak. Padahal kan tidak demikian.

Iya memang, energi yang dibutuhkan lebih banyak, tapi gak sampai dua kali lipat juga. Dan makanan yang masuk pun tak harus dua kali lipatnya juga. Porsi semula namun lebih sering, sebenernya masih bisa memenuhi energi yang dibutuhkan. Namun apa daya, nasi sudah jadi bubur, dan makanan berlebih itu sudah jadi timbunan lemak di perut, meski kini saya mulai menguranginya, jika tanpa usaha yang keras, misalnya diet dan olahraga yang serius, saya tak bisa kurus lagi seperti semula dengan mudah dan dengan cepat.