6.5.14

Apa? Wesel Pos Masih Ada?


Beberapa waktu lalu, saat BW ke blog seorang teman (baca: Idah Ceris) hehe, aku sempet baca postingan tentang wesel pos. Pas lagi baca jadi kepikiran, kapan ya terakhir kali aku kirim wesel pos? Wah... kayaknya lebih dari 20 tahun yang lalu. Mungkin sekitar aku kelas 3 SMP. Ya, saat itu, aku hampir tiap bulan, kirim wesel pos ke adikku yang ada di luar kota.

Dulu, setiap habis kirim wesel pos, aku selalu merasa takjub. Hebat ya bisa kirim uang ke tempat yang jauh tanpa harus ke sana langsung. Kita ngasih uang ke petugas pos; nulis ini - itu di lembar wesel; terus kertas itu dikirim ke tempat yang dituju; dan si orang yang dikirim tinggal dateng ke pos untuk ambil uang itu. Meskipun memakan waktu beberapa hari, dengan ongkos yang relatif murah, teknologi wesel pos itu sungguh membuat aku terkagum-kagum. Dan tentunya, sangat membantu orang sibuk yang tak sempat datang ke kota tujuan untuk mengirimkan uang.

4.5.14

TB Memang Mematikan, Tapi Bisa Disembuhkan

Saat pertama kali tahu bahwa adik saya terkena TB, saya dan seluruh keluarga sangat sedih. Kami benar-benar terpukul dengan kenyataan yang terjadi saat itu. Bagaimana tidak, meski kami percaya dengan takdir kematian itu di tangan Tuhan, bayangan kematian adik saya, rasanya sangat begitu nyata. Tentu, semua itu karena memang kebanyakan, penderita TB yang ada di lingkungan sekitar saya, selalu berujung pada kematian. Dan jujur, walaupun dokter sudah menjelaskan bahwa TB bisa disembuhkan, optimisme untuk sembuh itu tidak 100% kami rasakan. Bisa dikatakan, pengobatan dan konsultasi dengan dokter yang dilakukan semata-mata hanya untuk sebuah ikhtiar terakhir yang bisa kami lakukan.

Ternyata, TB Benar-benar Bisa Disembuhkan!
Dugaan saya dan keluarga ternyata salah. Penyakit TB yang diderita adik saya benar-benar sembuh dalam kurun waktu 6 bulan. Dan ini berarti, pengobatan yang dilakukan adik saya bukan hanya sebuah ikhtiar terakhir. Tapi justru, itulah pengobatan yang memang harus dijalankan.

Awalnya nasihat dokter terasa hanya sebuah hiburan saja untuk adik saya. Tapi seiring waktu berjalan dan seiring bertambah fitnya kondisi tubuh adik saya, semua bukan cuma penglipur lara semata, sebab harapan kesembuhan itu semakin nyata di depan mata.

1.5.14

Hari Ini, 12 Tahun yang Lalu...


Hari ini, 12 tahun yang lalu, adalah hari yang tak bisa aku lupakan. Hari saat di mana untuk pertama kalinya aku menjadi ibu. Ya, di hari ini, 12 tahun yang lalu, putri pertamaku, Reihana Azzahra, lahir. Rabu, 1 Mei 2002 pukul 10 malam.


*

Malam itu, tanggal 30 April 2002 adalah USG terakhir di kehamilan pertamaku. Karena sudah melebihi HPL yang diprediksikan dokter, minggu itu, aku pun mengajak adikku untuk menginap. Tujuanku tentu agar saat perutku mengalami kontraksi atau terjadi ini-itu, aku ada yang nemenin. Tahu sendirilah seperti apa rasanya aku yang saat itu masih tinggal di rumah mertua. Meski mereka sangat baik, aku yang baru dekat dengan mereka setahun terakhir, masih sangat kagok untuk ngomong dan minta bantuan. Adapun suamiku, saat itu masih kerja di PT. Freeport, di Papua. Dan beliau baru akan pulang di bulan Juni berikutnya.

Ya, setelah menikah, aku memang tinggal di rumah mertua. Saat itu, kuliahku belum selesai. Aku sedang tugas akhir. Perut yang semakin membesar, jauh dari dokter kandungan yang biasa menanganiku, dan juga jauh dari kampus, menjadi alasanku untuk tinggal di rumah mertua. Sekali pun, anak mertua (baca: suamiku) tidak ada di sana.