Tampilkan postingan dengan label PERENCANAAN KEUANGAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PERENCANAAN KEUANGAN. Tampilkan semua postingan

3.5.16

KlikMAMI, Sebuah Kemudahan Berinvestasi di Ujung Jari


Anda pernah ngerasa desperate dalam berinvestasi? Saya pernah. Sering bahkan. Iya, dimulai sejak baru menikah, saya mencoba menyisihkan uang gaji suami untuk ditabung. Tahu sendirilah ya, ketika sudah menikah, banyak banget hal yang ingin dimiliki dan diwujudkan. Dari mulai rumah tinggal beserta isinya, kendaraan pribadi, hingga ke dana pendidikan untuk anak-anak. Semua jelas membutuhkan uang yang tak sedikit. Desperate-nya di mana? Di mana lagi kalau bukan tidak pernah terkumpulnya uang yang diharapkan itu. Betul, di dalam perjalanannya, selalu saja ada alasan yang membuat uang tabungan itu berkurang. Dan malah sampai habis.

Menabung Bukanlah Berinvestasi
Ini yang keliru. Saya kira menabung itu sama dengan berinvestasi. Salah besar. Menabung itu lebih kepada menyisihkan uang dan disimpan begitu saja. Uang tabungan, jika jumlahnya sedikit, dalam kurun waktu tertentu bukannya bertambah banyak, justru semakin sedikit. Dan jika jumlahnya banyak, pertambahan uangnya juga relatif sedikit. Adapun berinvestasi itu adalah mengeluarkan sejumlah uang untuk kemudian uang itu bisa aktif menghasilkan. Jadi dalam kurun waktu tertentu, uang itu bisa bertambah banyak. Sekali pun jumlah awalnya sedikit. Salah besar deh jargon yang selama ini kita pegang. Menabung bisa bikin kaya. Dan yang benar, berinvestasilah yang bikin kaya.

4.11.15

Bijak Mengelola Keuangan untuk Masa Depan yang Lebih Baik


Sepulang acara Jumpa Blogger Sun Life di Trans Studio Mall, 3 Oktober 2015 lalu, sampai hari ini, saya jadi sering galau. Ada rasa bersalah saat ingat waktu menghabiskan uang yang didapat dari lomba; ada rasa sedih saat ingat uang bulanan yang habis di tengah bulan; ada rasa waswas saat membayangkan hari tua saya yang entah akan seperti apa; hingga rasa takut akan masa depan anak-anak saya yang mungkin sekolahnya tidak terjamin, jika keuangan rumah tangga saya terus-terusan tidak terkontrol. Sungguh, semuanya membuat saya meringis bahkan saya jadi pengin menangis.

Iya, di acara Jumpa Blogger Sun Life itu, Mas Safir Senduk banyak ‘menampar’ saya. Dari awal dia bicara hingga dia menutup pembicaraan. Duh… benar-benar deh, prinsip yang saya pegang dan semua hal yang saya pakai dalam mengatur keuangan rumah tangga, sangat-sangat ancur. Pantes aja, saya gak kaya-kaya. :’(

25.10.15

Bijak Mengelola Keuangan untuk Mewujudkan Masa Depan Cerah dan Lebih Baik


Sepuluh September 2015 lalu adalah tepat 9 tahun kepergian uwak haji. Mau tidak mau, momen haul kakak kandung bapak ini membuat saya teringat pada perjalanan hidupnya yang menurut saya cukup tragis. Ya, saya menyebutnya demikian, sebab apa yang terjadi di akhir hidup uwak haji tak seperti yang dibayangkan semua orang.

Uwak haji adalah salah satu orang paling kaya di kampung kami. Rumahnya yang luas, sawahnya yang banyak, mobil pribadinya yang berjejer, mobil angkotnya yang puluhan, hingga tabungannya konon hingga berdigit 10, jelas sudah menahbiskannya sebagai orang kaya. Bahkan pergi ke tanah suci dalam rangka naik haji sudah dilakukannya hingga 3 kali. Dengan fakta ini, siapa pun pasti setuju jika harta uwak haji pasti bisa menghidupi seluruh keluarganya hingga 4 atau mungkin 5 generasi.

Dugaan setiap orang ternyata salah. Menginjak usia 50 tahun, uwak haji (perempuan) menderita sakit-sakitan. Tentu saja, sebagai orang kaya, sakit sedikit saja membuat uwak haji dibawa ke rumah sakit mahal. Apalagi saat sakit serius. Dengan sigap, anak-anak beserta suaminya, membawa uwak haji berobat intensif di rumah sakit yang konon mahal juga. Dan vip room sudah pasti menjadi tempat yang selalu disinggahi.