17.8.16

Bu, Jaga Kecantikan Kulit Wajah, Yuk!


Beberapa waktu yang lalu, setelah jemur pakaian, tiba-tiba mama merhatiin muka saya dengan saksama. Karena cukup lama, saya pun heran dan bertanya.

"Kenapa, Ma? Merhatiin muka kok segitunya?"

Memerlukan waktu sekitar 5 menit buat mama untuk merhatiin wajah saya. Sampai akhirnya, mama pun jawab.

"Kamu itu umurnya masih 30-an. Tapi wajahmu, kok kaya udah 40-an."

Dek! Ucapan mama seperti petir yang menggelegar di siang bolong. *Lebay* Iyalah, perempuan mana sih yang bisa santai saat denger kalo mukanya tampak tua? Hal seperti itu, sama saja artinya dengan kita dicap jelek. Tanpa tedeng aling-aling. Saking galaunya, saya pun mencoba menjawab demi menenangkan diri.

"Ah, ini kan gara-gara keringetan dan kepanasan aja. Mana belom mandi dan belom dandan lagi."

Tanpa diduga, ucapan mama berikutnya malah semakin bikin saya galau.

"Yang namanya cewek cantik itu justru yang alami. Yang wajahnya bersih walau pun tanpa make up. Sekali pun belom mandi dan keringetan. Kalo dibiarin, bintik-bintik hitam di muka kamu jadi tambah banyak. Nanti kokoloteun, lho!"

"Duh, mama. Kok nakutin banget sih ucapannya. Enggaklah, gak bakalan kokoloteun. Iya sih, ada bintik-bintik hitam," saya menimpali.

"Gak bakalan gimana, dirawat aja gak pernah." Mama mengakhiri percakapan.

Kalimat mama yang terakhir laksana kartu troof yang membuat saya kalah dalam permainan. Ya, saya memang jarang, bahkan gak pernah merawat muka saya. Bukan karena gak punya rangkaian perawatannya. Dari mulai pelembap wajah, foundation, cleansing lotion, tonic, hingga ke berbagai macam bedak, saya punya. Saya tidak menggunakannya karena alasan saya tidak ke mana-mana.

15.8.16

Optimalisasi Masa Tumbuh Kembang Anak dengan MPASI dan Makanan Sarat Gizi Sekaligus Enak


Menjadi seorang ibu yang baik tentu adalah impian mulia semua wanita. Bisa hamil, menyusui, dan kemudian membesarkan anak-anaknya serta mendidiknya hingga anak-anaknya dewasa, dan lalu sukses. Tapi apa jadinya impian itu, bila saat lulus ASI eksklusif saja, si ibu malah bingung dengan makanan pendamping asi (MPASI) untuk anaknya. Sudah pasti, impian mulia itu hilang menguap dari pikiran si ibu tersebut.

Contoh nyata si ibu tersebut adalah saya. Benar, saat baru memiliki satu anak (14 tahun yang lalu), ketika anak saya lulus ASI eksklusif, saya pusing bukan kepalang mengenai MPASI untuk anak saya. Sebabnya adalah karena saya masuk ke dalam salah satu ‘pusaran’ mom's war. Home made MPASI versus MPASI instan. Sungguh, membaca ‘pembelaan-pembelaan’ masing-masing pihak yang berselisih di milist grup alumni (saat itu), semakin membuat saya bingung. 

12.8.16

Aplikasi KPR Lama dan Ribet? Coba Yang Satu Ini!


Bagi yang sudah berumah tangga, memiliki rumah pribadi sepertinya merupakan impian yang paling utama. Begitu juga dengan saya. Sesudah menikah, dan kemudian punya anak, membeli rumah menjadi prioritas utama. Dan untuk mewujudkan hal ini, saya dan suami pun menabung. Baru setelah di tahun ke 10 pernikahan, akhirnya kami dapat mewujudkan mimpi itu. Membeli rumah dari hasil jerih payah kami sendiri.

Dulu, awalnya kami berniat membeli rumah di perumahan modern dengan cara KPR. Selain agar bisa dicicil dan tak memberatkan, alasan lainnya saat itu adalah karena kompleks perumahan modern yang relatif aman bagi keluarga, terutama anak-anak saya. Sebab kan di perumahan biasanya selalu ada petugas keamanan 24 jam. Jadi jika suami ke luar kota, atau pulang kerja larut karena ada urusan, tidak ada kehawatiran sedikit pun terhadap saya dan anak-anak yang ditinggalkan. Tapi saat itu keluarga saya berpikiran lain. Orang tua yang sudah tak lagi muda dan tidak adanya siapa-siapa yang bisa menjaga mereka, membuat saya dan suami akhirnya berubah pikiran. Kami pun jadinya membeli rumah di sekitar rumah orang tua. Di perumahan konvensional biasa.