25.10.17

My Generation, Potret Kehidupan Kids Zaman Now


Temen-temen, manusia itu (termasuk saya) memang serba salah, ya. Ini itu, pasti gak pernah puas. Dikasih hujan, minta panas. Dikasih panas, masih ngeluh. Yang ibu rumah tangga full time, ngarep bisa jadi wanita karir. Dan perempuan kantoran, mupeng banget bisa ngurus anak-anaknya di rumah terus. Kalo diitung-itung, semua hal kayaknya selalu begitu.

Tak terkecuali dengan menjadi orang tua seperti saya. Sewaktu anak-anak masih kecil, saya berharap mereka bisa cepet gede. Biar kita bisa tenang karena mereka sudah mandiri. Lha begitu anak-anak gede, eh sering kangen dengan masa-masa anak-anak masih kecil. Tenang banget hati rasanya karena kita gak banyak khawatir. Khawatir anak-anak terjerat narkoba lah, sekolah gak bener lah, seks bebas lah, dan lain-lain.

Saya Si Ortu Over Protektif Itu
Ngomong-ngomong soal kekhawatiran yang satu ini, saya sedang mengalaminya. Iya, anak-anak saya sedang beranjak remaja sekarang. Si sulung dan si anak kedua. Banyaknya berita-berita anak-anak zaman sekarang membuat saya jadi ngurut dada. Ya itu tadi, narkoba, seks bebas, berantem, putus sekolah, dan berbagai hal kriminal lain, sangat menghantui saya. Gak heran deh kalo saya akhirnya parnoan dan jadi over protektif ke anak-anak saya.

Duh, feel guilty sebenernya kalo dipikir-pikir tentang over protektif ini. Soalnya saya dulu juga digituin sama orang tua. Mama dan bapak saya sangat ‘keras’ banget. Ini itu gak boleh. Mau ngapa-ngapain dicurigai. Dan itu, sangat menyebalkan. Nah lalu, meski saya udah tahu rasanya, ketika sekarang saya jadi orang tua, kenapa saya jadi seperti mama dan bapak saya, ya? :(

Fenomena yang terjadi pada saya dan orang tua orang tua lain yang over protektif terhadap anak-anaknya, sepertinya menjadi salah satu ide dasar dari lahirnya film My Generation. Itu tuh, film besutan sutradara Upi Alvianto yang pernah sukses menelurkan film Radit dan Jani, Serigala Terakhir, dan 3 Doa 3 Cinta. Di samping tentunya realita anak-anak muda zaman sekarang yang dianggap berkelakuan tidak sesuai norma.

Film My Generation
Saat melihat trailernya, jujur saya kaget dengan film ini. Sebuah kehidupan dunia anak muda zaman sekarang yang terlihat sangat glamour dan ‘kelam’. Saya ngeri melihatnya. Tapi saya tidak bisa tutup mata. Dunia seperti itulah yang akan dimasuki anak-anak saya. Apa jadinya coba jika saya abai atau saya cuek terhadap itu semua? Bisa-bisa, anak-anak saya malah jatuh ke kehidupan yang tidak terkontrol. Nauzubillah!

Orang tua bilang, anak-anak muda itu seperti ayam adu. Tidak bisa dipaksa-paksa untuk bertanding. Jika anak-anak muda, kita cegah dengan cara over protektif, mereka akan berontak. Tapi jika kita ikuti kemauannya, mereka bisa kita arahkan.

Tapi semua tidak sesimpel itu. Apalagi di zaman sekarang yang tantangannya berbeda dari zaman kita dulu. Sudah gak akan mempan deh jurus sakti ucapan-ucapan bijak semacam, “mama/papa, dulu itu anak yang nurut sama orang tua”, atau petuah-petuah bijak ala cerita-cerita di negeri dongeng. Anak-anak zaman sekarang butuh ‘perhatian’ yang longgar dan tak mengikat, tetapi juga tidak lost karena bisa berujung ‘celaka’.

Para pemain film My Generation dan sutradara Upi Alvianto dalam kesempatan konferensi pers

Sebagai orang tua dari anak-anak yang akan masuk ke fase kehidupan seperti di film My Generation, saya wajib nonton film ini. Sungguh, meskipun saya hampir selalu ada 24 jam setiap hari, dari hari Senin sampai Minggu, saya terkadang tak tahu apa yang sebenernya diinginkan anak-anak saya. Iya, saya pernah berada di usia mereka. Tapi lagi-lagi, tantangan zaman kan sudah berbeda. So, keinginan anak-anak muda zaman sekarang juga sudah sangat berbeda. Dan saya tak tahu apa-apa.

Bukan Film Biasa
Riset yang dilakukan selama 2 tahun oleh sutradara Upi Alvanto tentu tidak bisa dianggap sebelah mata. Berbagai bentuk komunikasi generasi milenial di sosial media, ucapannya, penulisannya hingga kebiasaan generasi ini menjadi hal yang diamati Upi. Karenanya apa yang disajikan di film ini benar-benar seperti di dalam realitas kehidupan sehari-hari.

Kenapa saya ingin nonton film ini sederhana saja. Saya ingin tahu seperti apa detail problematika yang akan dihadapi anak-anak saya. Saya juga ingin tahu apa sebenernya yang diinginkan anak-anak muda dan juga image orang tua di mata anak-anak yang akan beranjak dewasa ini. Selain menambah wawasan, semua hal tersebut tentu akan menjadi bahan pertimbangan saya di dalam mengambil solusi, ketika mungkin, permasalahan yang serupa menimpa anak-anak saya.

Tak Menjual Nama Pemainnya
Ya, tak seperti film-film Indonesia lain yang ‘menjual’ nama-nama aktor dan aktris terkenal, film My Generation menampilkan wajah-wajah yang baru sebagai pemain-pemain utama. Ada Bryan Langelo, Arya Vasco, Alexandra Kosasie, dan Lutesha. Buat saya, hal ini justru sebuah pertanda bagus. Sebab dengan demikian, film ini berarti menjanjikan isi cerita yang akan memikat penonton. Dan bukan idola-idola yang sudah punya fans fanatik yang jumlahnya mungkin jutaan orang. Itu sih, orientasinya terlalu obvious ke penjualan tiket yang menyasar fans-fansnya.


Di film My Generation ini ada 4 tokoh anak muda. Mereka adalah Orly, Suki, Zeke, dan Konji. Masing-masing tokoh memiliki keunikan sendiri-sendiri. Orly si anak perempuan kritis yang memberontak terhadap masalah kesetaraan gender. Suki si anak cewek yang minderan. Zeke si anak cowok yang royal dan loyal kepada sahabat-sahabatnya. Dan Konji si pemuda yang orang tuanya over protective.

Ilmu Parenting di Film My Generation
Film ini pasti akan membuat saya ditampar bolak-balik. Ya, sayalah si orang tua over protektif itu. Yang sering curigaan sama anak karena parno anak akan begini begitu. Yang sering melarang ini dan itu. Dan… masih banyak yang lainnya. Yang jelas harapan saya, setelah menonton film ini, saya dapat perspektif baru mengenai kids zaman now ini.

Tak perlu khawatir jika di film ini semuanya pendatang baru. Aktor dan aktris senior juga ikut membintangi film ini. Misalnya saja Tyo Pakusadewo, Ira Wibowo, Surya Syaputra, Joko Anwar dan yang lainnya.

Untuk teman-teman yang penasaran dengan film ini, catet tanggalnya. Mulai 9 November 2017, film ini tayang di bioskop-bioskop kesayangan kita. Menonton bareng (nobar) dengan orang tua orang tua lain, beserta dengan anak-anaknya pasti akan lebih seru. Selain menambah ikatan (bonding) orang tua dan anak, juga sepaya bisa saling berpendapat satu sama lain. Sehingga ke depannya, kontra antara orang tua dan anak bisa dihindari.

Oke teman-teman, siap-siap nonton film ini, yuk. Mungkin dari sekarang kita bisa mulai nabung untuk beli tiket dan cemilan-cemilannya. Jangan sampe deh, pas waktunya tiba, kita kehilangan kesempatan mendapat ‘ilmu parenting’ yang bagus hanya karena gak ada budget buat nonton.  Sambil nunggu filmnya tayang, yuk kita tonton trailernya terlebih dahulu. Selamat menonton!

3 komentar:

  1. Pengen nonton ih, seru kali yah kalu nobar

    BalasHapus
  2. perlu ya ditonton nih

    BalasHapus
  3. pendidikan yang utama itu memang dari orangtua, jika hanya mengandalkan sistem pendidikan sekolah saya rasa juga kurang..

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)