15.9.13

Jamu, Sebuah Alternatif Pengobatan yang Bisa Diandalkan

Sumber gambar: http://www.lchdhealthcare.org/wp-content/uploads/2012/09/Diabetes.jpg

Hari itu, tiga tahun yang lalu, adalah hari yang tak bisa saya lupakan. Bagaimana tidak, kepenasaranan saya selama beberapa minggu terakhir, terjawab sudah. Segala sakit badan; keluar-masuk kamar mandi untuk buang air kecil yang terus menerus; haus yang tiada kunjung terpuaskan; badan yang selalu letih, lemah, dan lesu; hingga penurunan berat badan yang cukup drastis, ternyata memang menguatkan dugaan saya. Diabetes mellitus. Sebuah penyakit yang disebut juga sebagai penyakit kencing manis itu, resmi divoniskan dokter terhadap bapak saya. Tak tanggung-tanggung, kadar glukosa darahnya saat itu mencapai 400 mg/dL.

Bagai tersambar petir. Diagnosis dokter tersebut sangat mengagetkan kami sekeluarga. Langsung saja, kami lemas dibuatnya. Pengalaman teman-teman bapak hingga orangtua dan saudara-saudaranya yang menderita diabetes, telah lama membuat kami berpraduga, bahwa penyakit yang satu ini tak bisa disembuhkan. Meskipun dokter mengatakan bahwa dengan pengobatan yang telaten penyakit ini bisa disembuhkan, kami, terutama bapak, tetap pesimis. Hilang sudah semangat hidup bapak. Bahkan bayang-bayang kematian, sepertinya begitu dekat dengan bapak.

Berbagai pengobatan pun mulai akrab dilakukan bapak. Obat-obatan kimia hingga pengobatan alat-alat modern, tanpa ragu dijalaninya untuk satu tujuan. Kesembuhan dengan tercapainya angka kadar gula darah yang kembali normal. Hasilnya ternyata bervariasi. Ada yang menurunkan kadar glukosa darah sedikit. Ada yang menurunkan kadar glukosa darah sedang. Dan ada juga yang menurunkan kadar glukosa darah banyak. Satu saja kesamaannya. Penurunan kadar glukosa darahnya itu hanya bersifat sementara. Jadi ketika bapak check up, kadar glukosa darahnya kembali naik. Padahal segala pantangan makanan sudah dilakoninya. 

Kenyataan yang terjadi membuat bapak skeptis. Semua pengobatan baginya sama saja. Dia pun mengutarakan kesedihannya pada kami, keluarganya. Diabetes itu tak akan pernah bisa pergi dari tubuhnya. Dan yang bisa dilakukan kami hanyalah berdoa, supaya keajaiban tangan Tuhan bisa menyembuhkan penyakitnya.

Tuhan ternyata tidak tidur. Di awal bulan Juli 2012, seorang tetangga membawa kabar baik. Dia memberi tahu dan menyarankan bapak untuk mencoba sebuah produk jamu. Menurut sang tetangga, jamu itu cukup manjur. Dengan konsumsi 2 – 3 kali sehari, konon seorang kerabat tetangga yang juga menderita diabetes, kadar gula darahnya yang tinggi bisa menjadi normal. Keamanan jamu itu juga katanya relatif bagus. Tak ada keluhan berarti yang terjadi selama mengonsumsi jamu itu.

Sebagai pendukung kesembuhan bapak, diam-diam, saya membeli produk jamu tersebut. Di sebuah toko jamu yang sudah terkenal sejak puluhan tahun lalu, di Bandung. Awalnya bapak tetap skeptis. Namun bujukan agar tak ada salahnya untuk mencoba, akhirnya membuat bapak mau juga meminumnya.

Sebulan, dua bulan, tiga bulan berlalu. Kondisi bapak perlahan meningkat. Air mukanya yang biasa lemas dan tubuhnya yang selalu letih, perlahan berubah segar dan ceria. Untuk membuktikan dugaan, kami pun membawanya ke laboratorium. Tes darah lalu kembali dilakukannya. Hasilnya sungguh mencengangkan. Kadar gula darah bapak turun menjadi 180 mg/dL. Walau pun belum masuk kategori normal (150 mg/dL), pencapaian di angka itu adalah rekor terbaik yang pernah terjadi.

Jamu diabetes yang biasa diminum bapak

Bapak pun gembira. Semangat hidupnya terlihat muncul lagi. Dengan tekad yang kuat, dia pun meneruskan mengonsumsi jamu tersebut. Hingga sekarang. Dan Alhamdulillah, kadar gula darah bapak tak pernah naik drastis lagi. Angka yang terbaca masih di kisaran yang wajar-wajar saja. Seratus lima puluh milligram per desi liter hingga seratus depalan puluh milligram per desi liter.

Hasil check up terakhir bapak (September 2013)

Ya, Jamu Memang Bisa Diandalkan!
Apa yang terjadi dengan bapak adalah sebuah contoh besar dari khasiat jamu yang paling saya rasakan. Tentu saja sebab jamu bukanlah hal baru bagi saya. Sejak kecil, saya sudah mengonsumsi jamu. Dan menjelang dewasa hingga sekarang, saya menjadi pengguna setia jamu.

Sumber gambar di sini
Saat kecil, mama yang memang berdarah Jawa, sering memberi saya jamu. Beras kencur adalah favorit saya. Selain rasanya yang enak, khasiatnya yang membuat saya lahap makan menjadi pilihan mama waktu itu. Susah makan yang selalu dikeluhkannya terhadap saya, bisa teratasi dengan cepat.

Menginjak masa puber, ketika saya mulai mengalami menstruasi, mama lalu menganjurkan saya untuk meminum jamu sehat remaja. Meski rasa pahitnya tidak saya suka, khasiatnya dalam menghilangkan perut mulas di saat haid tiba, membuat saya mau tidak mau menenggaknya. Haid lancar tiap bulan pun menjadi hadiah bonusnya.

Kebiasaan meminum jamu kembali saya teruskan. Tak hanya setiap datang bulan saja. Saat-saat mengalami keluhan dan kondisi tertentu, jamu selalu jadi pilihan. Misalnya saat masuk angin, badan pegal, keputihan, hingga habis melahirkan. Ya, bahkan setiap habis melahirkan, selama 40 hari masa nifas, setiap harinya tak terlewatkan tanpa mengonsumsi jamu. Manfaatnya benar-benar saya rasakan. Tubuh yang segar, tenaga yang besar, asi yang lancar, dan pemulihan organ-organ reproduksi yang cepat membuat saya mengesampingkan segala rasa pahitnya. Worth it!  

Selain Itu…
Melihat ibunya yang rajin minum jamu. Terutama dari mbak jamu gendong langganan, ternyata membuat anak-anak saya penasaran. Beras kencur dan sedikit tambahan jamu paitan bagi mereka seperti menjadi sebuah tantangan. Ah, saya senang, kebiasaan meminum jamu ini bisa saya wariskan. Kelak, jika anak-anak menderita atau mengeluhkan sakit sesuatu, saya harap mereka pun bisa ‘lari’ ke jamu daripada ke obat-obatan kimia yang khasiat dan keamanannya yang belum tentu.

Selain jamu dari mbak jamu gendong serta jamu instan yang siap seduh, tanaman herbal yang merupakan bahan baku jamu juga sering saya gunakan. Tak hanya untuk kesehatan, untuk kebersihan dan kenyamanan rumah pun, tak jarang, tanaman-tanaman ini menjadi pilihan.

Jeruk nipis
Buah yang satu ini adalah tanaman berkhasiat yang paling banyak saya gunakan. Untuk mengatasi batuk, jerawat, haid tidak teratur, rambut berketombe, sampai menstabilkan berat badan. 
Sumber gambar: http://pasarminggu.co/wp-content/uploads/2013/03/jeruk-nipis-lime.jpg

Kunyit
Tanaman berkhasiat kedua yang paling banyak saya gunakan adalah kunyit. Untuk perut mulas saat haid dan memperlancar asi (karena saya memang sedang menyusui) adalah alasannya.

Sumber gambar http://media.viva.co.id/thumbs2/2012/09/14/171094_bubuk-kunyit_663_382.jpg

Lidah mertua (Sansevieria)
Tanaman yang satu ini memang bermanfaat. Tetapi manfaat tanaman ini yang keluarga kami rasakan adalah kemampuannya dalam menyegarkan ruangan. Ya, kami sudah lama menggunakan sansevieria sebagai agen pencegah sick building syndrome, yaitu keadaan ruangan yang tidak sehat akibat tingginya gas CO2, nikotin, dan AC. Konon, satu tanaman Sansevieria trifasciata lorentii dewasa yang berdaun 4 hingga 5 helai dapat menyegarkan ruangan yang luasnya 20 meter persegi. Tak hanya itu saja. Banyaknya bahan makanan yang mengeluarkan berbagai macam aroma di kulkas bisa disegarkan dengan helaian daun tanaman ini.
Sumber gambar: http://www.naturedanslaville.com/public/plantes/SansevieriaLaurentii10.jpg

Kumis kucing
Anda pernah merasakan keluhan buang air kecil yang sakit? Saya pernah. Orang sunda bilang, itu namanya jeungjeuriheun. Meski bukan penyakit yang gawat, keluhan ini sangat menyiksa, lho. Bayangkan saja, saat ingin buang air kecil banyak, Anda tidak bisa melakukannya sebab rasa sakit yang begitu mengganggu. Untuk mengatasi hal ini, keluarga kami mempunyai ramuan andalan. Ramuan ini menggunakan tanaman kumis kucing.
Sumber gambar: http://images.solopos.com/2012/05/kumiskucing-1.jpg

Cabe rawit
Manfaat cabe rawit sebagai salah satu tanaman obat sebenarnya baru saya ketahui akhir-akhir ini. Kebetulan sekali, keluarga kami memang doyan makan pedas, terutama dari cabe rawit. Kenyataan harga cabe rawit yang beberapa waktu lalu sempat melambung jauh, membuat kami menanam tanaman ini di pekarangan rumah.

Sumber gambar:
 http://www.eresep.com/images/bumbu/thumbnails/cabairawit_300x0.jpg
Cabe rawit punya manfaat dalam meredakan flu, hidung tersumbat, dan juga meningkatkan nafsu makan. Zat kapsaisin yang ada di dalam cabe rawit bisa mengencerkan lendir, merangsang produksi hormon endorphin (hormon yang mampu membangkitkan rasa nikmat dan kebahagiaan), menghadang pengiriman sinyal rasa sakit dari pusat sistem saraf ke otak. Berbagai macam menu olahan cabe rawit bisa dijadikan resep dalam mengobati aneka penyakit-penyakit tersebut. 

Eh Tapi, Hati-hati Deh…
Khasiat jamu dan beberapa tanaman obat memang sudah tidak bisa diragukan lagi. Semua orang, baik itu orang Jawa secara khusus, orang Indonesia, Asia, bahkan dunia secara umum, sudah mengetahui keampuhannya. Apa pun keluhannya, apa pun masalahnya, selalu ada jamu dan tanaman berkhasiat sebagai obatnya. Coba saja Anda cari di internet, jamu bahkan sudah menjadi salah satu world cultural heritage yang diakui dan dilestarikan. Dan bangsa Indonesia yang sudah menggunakannya sejak lama, patut berbangga hati untuk hal ini. Kita menjadi salah satu negara kontributor yang memberi andil besar di dalamnya.

Di tengah prestasi besar jamu dan tanaman obat ini, ada saja pihak yang menjadi oportunis. Mengambil kesempatan di dalam kesempitan. Mereka inilah yang mencoba meraup untung besar tanpa menghiraukan akibat yang ditimbulkannya. Ya, secara sengaja, pihak-pihak tak bertanggung jawab ini membuat dan memproduksi jamu secara besar-besaran dari bahan-bahan kimia berbahaya. Mereka lalu menjualnya ke pasaran setelah mengemasnya sedemikian rupa sehingga mirip dengan jamu asli. Tanpa adanya tes terlebih dahulu; tanpa dosis yang jelas; serta tanpa waktu kedaluawarsa yang benar. Dan jelas, ini sangat berbahaya bagi penggunanya.

Jamu-jamu berbahaya temuan Badan POM
Sumber gambar:
http://assets.kompas.com/data/photo/2013/01/30/1500269-jamu-mengandung-bahan-kimia-obat-620X310.jpg

Saya pernah mengonsumsi jamu gadungan ini. Waktu itu, sekitar tahun 1998, saya tergoda teman yang konon langsing berkat jamu. Tanpa kehati-hatian, saya membeli jamu jenis tersebut di sebuah warung kecil. Jamu yang saya minum itu produsennya antah berantah. Pikiran saya, yang penting murah. Untunglah, saya baru meminumnya satu bungkus. Jadi jantung berdebar kencang dan otot tubuh yang terasa lemas pasca-meminumnya hanya terjadi sekali saja. Setelah itu, saya kapok dibuatnya dan lebih berhati-hati.

Tip saya dalam memilih dan mengonsumsi jamu.
  • Pilih jamu yang sesuai dengan kebutuhan secara spesifik. Jangan memilih jamu yang khasiatnya macam-macam, sebab logikanya, mungkin di dalam jamu itu ada banyak bahan yang digunakan sehingga penyembuhan menjadi tidak fokus dan berisiko menimbulkan efek samping.
  • Pilih jamu dari produsen jamu yang sudah terkenal dan bonafid. Saya rasa, kita semua sudah tahu produsen-produsen jamu yang terkenal dan bonafid ini melalui iklan-iklan di media massa.
  • Lihat tanggal kedaluwarsa jamu.
  • Lihat bahan-bahan yang digunakan jamu tersebut.
  • Lihat efek samping yang mungkin terjadi untuk menghindarkan adanya komplikasi.
  • Beli jamu di gerai, warung, atau toko yang sudah kita kenal. Hal ini untuk menghindarkan pembelian jamu palsu sekali pun kemasan jamu tersebut mirip dengan aslinya (aspal = asli tapi palsu).
  • Konsumsi jamu sesuai dosis anjuran dan saran yang diberikan. Misalnya berapa kali sehari, dikonsumsi setelah makan, tidak mengendarai kendaraan karena menimbulkan kantuk, dan lain-lain.

Turut Melestarikan Jamu, Yuk!
Jamu sudah diakui sebagai salah satu world cultural heritage. Oleh karena itu, kita patut berbangga dan turut melestarikannya. Jika jamu yang membuat tubuh kita sehat itu sudah dianggap biasa, atau juga jika negara kita yang termasuk salah satu negara asal jamu membuat kita acuh, melihat orang-orang yang mengandalkan jamu sebagai mata pencaharian hidup, rasanya bisa dijadikan salah satu alasan, mengapa kita patut melestarikan jamu. Ya, hal itu mungkin lebih penting dan lebih nyata di mata kita. Sebab dengan melestarikan jamu, otomatis rezeki mereka bisa mengalir. Dan kelangsungan kehidupan keluarga mereka bisa terjamin. 

Cara untuk berpartisipasi dalam melestarikan jamu tak perlu jauh-jauh dan susah-susah. Mengonsumsi jamu secara rutin dari mbak jamu gendong yang lewat di depan rumah, baik saat sakit atau pun sehat, bisa kita lakukan. Toh pilihan jamu kan banyak. Jamu beras kencur dan kunyit asam adalah contoh jamu yang bisa diminum dalam keadaan sehat. Dan khasiatnya bisa membuat tubuh kita semakin fit.

Mbak jamu gendong
Sumber gambar:
http://streetandrography.files.wordpress.com/2012/09/wpid-fotor_13484530915455.jpg

Apa yang kita lakukan mungkin terlihat sederhana dan kecil. Tapi jangan salah! Mbak jamu gendong itu ujung tombaknya marketing dunia 'per-jamu-an', lho. Tanpa mereka, jamu tidak bisa terdistribusi hingga ke tingkat masyarakat kecil. Dengan kata lain, berkat mbak-mbak jamu gendong inilah, jamu di Indonesia bisa seterkenal sekarang.

Alasan modernisasi pengolahan jamu juga pantas menjadikan produk warisan asli budaya Indonesia ini selalu menjadi pilihan. Sebab produk jamu yang sekarang ada sudah melewati serangkaian proses penelitian dan pengolahan yang berstandar internasional. Biofarmaka IPB adalah salah satu lembaga yang melakukan proses penelitian tersebut. Berkat Biofarmaka IPB, keamanan, dosis, hingga keampuhan bahan-bahan pembuat jamu bisa dihasilkan. Dan dari hasil penelitian Biofarmaka IPB pula, produsen-produsen jamu kemudian bisa mengolahnya dengan mesin-mesin canggih sehingga menghasilkan jamu seperti yang kita temukan di pasaran.

Nah bagaimana, makin yakin dan bangga dengan kehebatan jamu? Yuk kita turut melestarikannya dengan selalu menggunakan produk-produk jamu asli yang sudah dijamin keamanan dan keampuhannya!

Referensi
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection/564-herbal-plants-collection-kunyit
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection/599-herbal-plants-collection-jeruk-nipis
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection/604-herbal-plants-collection-kumis-kucing
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection/594-herbal-plants-collection-cabe-rawit 
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection/605-herbal-plants-collection-lidah-mertua   
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-news/brc-info/501-info-jamu-as-world-cultural-heritage-2013
http://health.liputan6.com/read/580273/manfaat-cabai-rawit-antibiotik-penghilang-nyeri-sendi
http://hidupuntuksehat.wordpress.com/2012/12/03/7-manfaat-dari-lidah-mertua-sansevieria/

Dies Natalis PSB 2013

Alhamdulillah, artikel ini menang, walaupun cuma jadi pemenang hiburan.
Semoga bisa jadi penyemangat untuk terus ngeblog.
Cihuuuy! #halah

22 komentar:

  1. Kok ga ada ttg jamu yg itu? Hehe... sukses lombanya, Umi. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halah. Tengkyu. Doakan selalu, Abiiiii.... :)

      Hapus
  2. pas banget selasa kemarin bahas jamu dan obat tradisional ini di dinkes kabupaten semarang, tapi tentang obesitas khususnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh ya? Wah... referensinya keren dong. Sukses Maaaak :)

      Hapus
  3. Waaahhh.. pas banget lagi nyari2 refrensi tentang jamu... thanks mbak infonya.. :D

    BalasHapus
  4. wah baru tahu klo lidah mertua bis adigunakan sebagai obat juga ...sukses ya lombanya :)

    BalasHapus
  5. Ritawati01.44

    Tadi liat ke Biofarmaka. Waaaah.... acara dies natalisnya keren! Sayang aku gak bisa ikutan lomba blognya. Telaaat tahu :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gapapa, Mbak. Info-info yang ada di Biofarmaka jauh lebih keren :)

      Hapus
  6. Minum jamu enak kalo dicampur madu yang banyak :D

    BalasHapus
  7. Eka Dewi15.07

    Wah artikelnya lengkap. Sukses lombanya, Maaaak. :)

    BalasHapus
  8. Gita Lesmana00.32

    Hua... terlambat tahu :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nanti pasti ada lagi. Semangaaaat :)

      Hapus
  9. sy rutin minum rebusan daun sirsak. mungkin itu disebut jamu juga, gak, ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tentu saja, Mak. Makasih sudah mampir. :)

      Hapus
  10. Saya termasuk paling susah minumm jamu. Pahitnya itu enggak nahan hehehe. Sebagai gantinya, saya lebih milih minum habbats dalam kemasan kapsul ditambah madu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga. Solusinya pake madu yang banyak. Hehehehe...

      Hapus
  11. Wah bagus nih artikel nya bu, saya sendiri peminum jamu kunir asem, katanya ibu saya cocok buat yang mau diet dan mengurangi kolesterol, dan mengurangi bau badan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih. Mari kita terus minum jamu :)

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)