12.5.13

Djarum Indonesia Open, Harapan Bangkitnya Kejayaan Badminton Indonesia

Siapa sih yang tak kenal Badminton? Olahraga yang menggunakan raket dan shuttlecock ini begitu populer di seantero nusantara. Pria, wanita, tua, atau pun muda pasti mengenalnya. Tentu saja karena olahraga yang juga disebut bulu tangkis ini begitu mendarah daging dan sudah menjadi kebanggaan bangsa Indonesia sejak lama. Bahkan konon, olahraga ini sudah ada di Indonesia sejak zaman penjajahan.
Sumber gambar:
http://files.ctfspor.webnode.com.tr/200001585-80626815db/806515-badminton-racket-and-shuttlecock-isolated-on-a-black-background.jpg

Badminton, lebih dari sekadar olahraga
Berbicara mengenai badminton, dada saya mendadak berdebar penuh semangat. Gulungan film pertandingan-pertandingan badminton yang pernah saya tonton, tiba-tiba muncul begitu saja dari memori otak saya. Adrenalin pun mengalir deras. Sungguh, ingatan saya mengenai badminton selalu saja mengharu biru manakala mengingatnya.

Semua rakyat Indonesia pasti setuju dengan saya. Badminton, bagi bangsa Indonesia tak hanya sekadar olahraga yang membuat tubuh menjadi sehat saja. Lebih jauh dari itu. Badminton adalah nasionalisme. Badminton adalah karakter bangsa. Badminton adalah kejayaan. Badminton adalah kebanggaan. Badminton adalah budaya. Badminton adalah warisan. Badminton adalah masa lalu. Badminton adalah masa depan. Dan masih banyak lagi arti badminton lainnya. Mengapa bisa demikian?

Badminton bisa berarti banyak bagi bangsa Indonesia sebab badminton, di dalam negeri ini sudah mengalami perjalanan yang berliku-liku. Ada kejayaan di kejuaraan All England. Ada kemenangan di ajang Uber dan Thomas Cup. Ada kebanggaan di momen Olimpiade. Ada tangis haru saat bendera Indonesia berkibar di luar negeri. Bahkan hingga ada kekecewaan akibat kekalahan di berbagai pertandingan bergengsi. Semuanya meninggalkan kesan yang mendalam di dalam ingatan rakyat Indonesia.

Badminton = cinta mati
Badminton sudah saya kenal sejak lahir. Memiliki ayah yang jago dan gemar bertanding dari satu ajang ke ajang lain di kota kami, membuat saya sering diajak ke berbagai tempat. Belum lagi rumah kami yang dekat dengan GOR Badminton, kegemaran menonton olahraga yang ditengarai berasal dari Inggris ini semakin menjadi-jadi.

Cinta mati saya pada badminton sebenarnya baru tertanam sejak ajang Piala Uber dan Thomas tahun 1994 lalu. Saat itu, hati saya begitu tergugah ketika melihat perjuangan partai ganda puteri, Lili Tampi dan Finarsih yang melawan pasangan dari Cina. Ya, di layar televisi terlihat bagaimana dua srikandi badminton ini ‘bertarung’ habis-habisan. Bahkan saking semangatnya, Finarsih raketnya sampai patah. Tapi hal itu tidak membuat semangatnya ikut patah. Sebaliknya, beliau terus bertanding dengan semangat yang menggebu-gebu.

Kemenangan pun akhirnya diraih Finarsih dan Lili Tampi. Satu poin yang diberikan duo atlet ini sekaligus membawa Indonesia meraih piala Uber Cup. Dan kebahagiaan semakin lengkap ketika tim putera juga ternyata berhasil menggondol piala Thomas. Perfect!

Sumber gambar
http://theindiansportal.com/news/images/stories/thomas_uber
Dari sana saya menyadari, badminton ternyata memang tak hanya sebuah olahraga saja. Ada nasionalisme, ada kebangsaan, ada kebanggaan, ada perjuangan, hingga ada kemegahan saat menjadi juara. Bagaimana bisa kita merasa ‘biasa-biasa’ saja sementara para atlet di lapangan itu bertanding ‘mati-matian’ untuk mengharumkan nama bangsa. Saya menangis dibuatnya.

Kesan mendalam terhadap badminton pasti tak hanya di dalam diri saya saja. Ratusan juta rakyat Indonesia pun demikian. Walaupun tak hanya meninggalkan kebahagiaan saat menang, kekalahan para atlet badminton kita, pasti tetap membuat badminton sebagai cinta mati. Cinta yang tak bisa digantikan dengan yang lain lagi.

Kerinduan akan kejayaan di masa lalu
Beberapa tahun ke belakang, prestasi para atlet badminton kita tidak segemilang prestasi para seniornya. Banyak sekali kejuaraan yang gagal mempersembahkan piala untuk bangsa. Rakyat Indonesia pun kecewa dan sedih tiada tara.

Untunglah, keperkasaan Liliana Natsir dan Tontowi Ahmad di All England 2013 serta kemenangan Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan di Malaysia Open Super Series 2013 lalu, menghibur kesedihan dan kerinduan bangsa akan kejayaan badminton di masa lalu itu. Dan jelas, ini membuat kebanggaan dan harapan akan kiprah badminton Indonesia muncul lagi.

http://www.pbdjarum.org/
http://www.pbdjarum.org/
Sebenarnya, apa sih yang membuat prestasi badminton kita menurun drastis? Jawabannya pasti tidaklah sederhana. Ada banyak faktor yang satu sama lain berpengaruh di dalamnya. Sebut saja regenerasi yang kurang cepat, pembinaan yang mungkin tidak sesuai, mental atlet yang mudah down, daya juang yang rendah, hingga mungkin ego berbagai pihak yang sulit disamakan. Dan bagi para penggemar badminton, berharap yang terbaik dan ikut mendoakan adalah hal yang bisa dilakukan. Semoga saja, kerinduan akan kejayaan badminton di masa lalu bisa segera terobati di masa sekarang ini. 

Djarum Indonesia Open, harapan bangkitnya kejayaan badminton Indonesia
PT. Djarum adalah perusahaan di Indonesia yang paling concern terhadap dunia badminton. Berbagai pembinaan para atlet hingga berbagai ajang yang mengasah kemampuannya sudah dilakukan perusahaan ini sejak lama. Hasilnya pun luar biasa. Sejak lahun 1969 hingga sekarang, berbagai pencapaian para atlet binaannya sudah menorehkan tinta emas dalam sejarah badminton Indonesia, bahkan dunia.

Liem Swie King; Kartono dan Heryanto; Ardy B. Wiranata; Alan Budikusuma; Eddy Hartono dan Gunawan; Haryanto Arbi; Gunawan dan Bambang Suprianto; Antonius dan Denny Kantono; Sigit Budiarto dan Chandra Wijaya; Trikus Haryanto dan Minarti Timur; Maria Kristin Yulianti; Maria Febe Kusumastuti; Dionysius Hayom Rumbaka; Fran Kurniawan; Mohammad Ahsan; Meiliana Jauhari; hingga Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir adalah contoh atlet-atlet berprestasi gemilang yang sudah menancapkan cakar tajamnya di kancah Badminton dunia melalui binaan PT Djarum.

Liem Swie King
Sumber gambar : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuIIUKghPrNrBMiS4YxlwKoZnQZXmb-AudMWe1Cq2HeKNaO7MhSf_GlKK6zB0yo6X9mtLdNT0TY0zyyGXxzSD3rhwvMUDHttNmxrT9IJMjWckuuZKu6lKsJsI06GbLqnEWsgm3fwgVKzA/s1600/arbiking31.jpg
Kini, dalam beberapa minggu ke depan, tepatnya di bulan Juni nanti, PT Djarum kembali akan menggelar sebuah ajang kejuaraan bergengsi. Namanya Djarum Indonesia Open. Sebagai penggemar badminton, lagi-lagi ini membawa kebahagiaan. Tentu, karena saya dan bangsa Indonesia berharap ada angin segar di dalam dunia badminton kita lewat ajang Djarum Indonesia Open ini.

Yupp! Seluruh rakyat Indonesia pasti ingin, ajang Djarum Indonesia Open ini menjadi sebuah milestone atau batu loncatan yang mampu menyiapkan para atlet badminton kita untuk bisa bangkit dan berprestasi lagi. Sehingga kejayaan dan kebanggan akan badminton kita di masa lalu, bisa kita raih lagi. Ya… ya… ya! Semoga saja, Djarum Indonesia Open memberikan peluang dan menorehkan sejarah gemilang itu lagi. Selamat datang Djarum Indonesia Open, selamat datang kejayaan badminton Indonesia!

1 komentar:

  1. Mantap isinya. Sangat menginspirasi sekali. Badminton adalah nasionalisme, badminton adalah karakter bangsa, badminton adalah kejayaan, badminton adalah kebanggaan, badminton adalah budaya, badminton adalah warisan, badminton adalah masa lalu

    Sangat dan menguncang diri kita untuk turut bangga dengan badminton dan prestasi yang ditorehkan pendekar badminton yang Nia Haryanto sebutkan

    Dan tentu saja, Djarum Indonesia Open merupakan yang terdepan dalam masalah pembinaan Badminton berkualitas dan terbaik. Jalan terus untuk membina pejuang-pejuang badminton baru di masa mendatang.

    Mukhofas Al-Fikri

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)