13.9.14

Atlet Muda, Generasi Pengguncang Dunia

Masih ingat dengan gegap gempita yang terjadi saat timnas U-19 menjuarai perhelatan piala AFF 2013 lalu? Pastinya! Sebab untuk pertama kalinya, skuad yang dikapteni Evan Dimas ini mempersembahkan piala di ajang tersebut untuk negara Indonesia tercinta. Tak hanya itu saja, majunya tim Garuda Muda ke kualifikasi piala Asia 2014, membuat tim besutan Indra Sjafri menjadi primadona di sepanjang tahun 2013. Sehingga tak heran, jika pada akhirnya mereka dijuluki sebagai tim generasi emas.

Timnas U-19 (Sumber di sini)

Setali 3 uang dengan sepak bola, begitu juga dengan bulu tangkis. Prestasi atlet kita, terutama di ajang All England yang selama 33 tahun ‘berpuasa’ mendapat piala, akhirnya pecah oleh kemenangan pasangan Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir di partai ganda campuran. Tak tanggung-tanggung, prestasi nan prestisius ini didapat selama 3 kali berturut-turut, yakni di tahun 2012, 2013, dan 2014.

Tontowi & Liliyana (Sumber di sini)

Bagaimana dengan cabang olahraga lainnya? Adakah anak bangsa yang prestasinya cemerlang? Tentu! Sebut saja Rio Haryanto dan Alexandra Asmasoebrata di cabang olahraga balap mobil; Sri Wahyuni dan Sarah Anggraini di cabang angkat besi; dan masih banyak lagi yang lainnya yang punya potensi berprestasi di berbagai cabang olahraga.

31.8.14

Air, Kehidupan, dan Indonesia yang Lebih Sehat

Beberapa tahun silam, sebuah artikel yang saya baca di internet membuat kening saya berkerut. Di sana tertulis dengan jelas, bahwa katanya, para ilmuwan dunia, saat itu sedang senang tiada tara. Penyebabnya sederhana saja, mereka menemukan bukti adanya air di planet Mars. Meski hanya baru bisa dibuktikan dengan gambar dari satelit, fakta itu membuat hipotesis yang sudah ada sejak puluhan tahun tentang hadirnya air di sana, menjadi tak hanya sekadar isapan jempol belaka. Ya, memang sudah sejak lama, para ilmuwan menduga jika di Mars itu ada air. Dan baru saat itulah, bukti gambar adanya air bisa didapat.

Hal yang membuat kening saya berkerut bukanlah penemuan adanya air tersebut. Saya justru baru tahu jika sebelumnya, orang-orang menganggap bahwa di Mars itu tidak ada air. Saya kira, air itu ada di mana-mana, termasuk di Mars atau planet lainnya. Bukan tanpa sebab, anggapan saya akan adanya air di mana-mana tentu karena memang di lingkungan saya, di mana pun itu, rasanya air begitu mudah dijumpai. Dan begitu juga pikir saya di planet lain. Air bisa ditemui dengan mudahnya seperti di bumi.

Tak sampai di situ saja, penjelasan para ilmuwan mengenai air di Mars juga membuka mata saya. Menurut mereka, adanya air tersebut memungkinkan terdapatnya bentuk kehidupan di Mars yang selama ini diklaim sebagai planet tanpa kehidupan. Meskipun bentuk kehidupan tersebut mungkin hanya berupa koloni bakteri yang paling sederhana saja. 


Gambar air yang tampak di planet Mars (Sumber: di sini)

13.7.14

Patahkan Stigma dan Diskriminasi Terhadap Penderita Tuberkulosis!

Dulu, saat pertama kali tahu bahwa dirinya menderita penyakit tuberkulosis, adik saya sangatlah terpukul. Pukulan terberat yang dirasakannya, bukanlah bayangan kematian akibat penyakit tuberkulosisnya atau pun berat dan lamanya masa pengobatan penyakit tersebut. Dia sangat takut dengan stigma dan diskriminasi masyarakat akan penderita penyakit itu.

Ya, sebagaimana kita tahu, di masyarakat, penyakit tuberkulosis itu seperti sebuah penyakit kutukan. Penyakit turunan, menular, dan sangat mematikan, sehingga penderitanya harus dijauhi dan diasingkan. Sungguh, dengan stigma negatif seperti itu, adik saya benar-benar merasakan keterpurukan yang luar biasa. Dia sangat takut jika teman-teman, keluarga, dan sahabat-sahabat karibnya akan menjauhi dirinya bila tahu dia menderita penyakit tersebut.