28.1.13

Evolusi Penemuan Contact Lens


Di zaman seperti sekarang ini, berbagai informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi begitu mudah didapat. Dari televisi, radio, internet, buku, majalah, koran ada dimana-mana. Tak heran kebutuhan akan santapan pikiran itu, kini menjadi kebutuhan primer bagi setiap orang.
            Dalam merespon informasi, mata adalah indera pertama kita yang berfungsi sebagai penerima. Tak sedikit dari kita mempunyai gangguan pada organ ini. Dan kacamata menjadi alternatif populer yang menjadi solusinya.
            Dalam perkembangannya, kacamata sudah berubah fungsi. Dari sekedar alat pembantu penglihatan kini menjadi penghias guna menyempurnakan penampilan bahkan menjadi fesyen dalam berkegiatan sehari-hari. Apalagi sejak ditemukannya contact lens atau lensa kontak.

27.1.13

Antonie van Leeuwenhoek, Penyingkap Tabir Dunia Renik



Kuman dan bakteri adalah makhluk yang membuat kita ngeri dan waspada, karena kita tahu banyak diantaranya yang menjadi penyebab berbagai penyakit. Namun sebagian besar dari kita bahkan belum pernah melihat bagaimana sebenarnya bentuk kuman dan bakteri tersebut. Padahal lebih dari 300 tahun yang lalu dengan kemauannya yang keras dan alat yang sederhana, seseorang telah berhasil menggambarkan makhluk yang ukurannya kira-kira sejutaan kali lebih kecil dari manusia itu, dialah Antonie van Leeuwenhoek.
            Secara skeptis mungkin kita bisa berdalih bahwa dia adalah seorang ilmuwan professional yang pintar dan tugasnya memang meneliti hal-hal semacam itu, tapi ternyata tidak. Antonie van Leeuwenhoek sama sekali bukan ilmuwan. Ia adalah seorang pedagang kain dari Delft, sebuah daerah di Belanda. Ia juga berasal dari keluarga pedagang, tanpa harta yang berlimpah, tanpa pendidikan yang ‘wah’, tanpa gelar kesarjanaan, dan tidak menguasai bahasa lain selain bahasa Belanda tulen yang ia gunakan sehari-hari. Namun berkat keterampilan, ketekunan, keingintahuan yang tanpa batas, serta pikirannya yang terbuka dan terbebas dari dogma-dogma keilmuan pada masa itu, Leeuwenhoek berhasil mencatatkan dirinya sebagai orang yang merancang beberapa penemuan terpenting dalam sejarah biologi. Hasil-hasil penemuannya membuat kita sekarang ini sadar bahwa dunia kita ini dikerumuni oleh monster kecil dalam jumlah yang tak terhingga namun tidak kentara dengan mata telanjang.

Waspadai Bahaya Formalin



Akhir-akhir ini masyarakat diharuskan lebih waspada dalam mengkonsumsi makanan. Banyak dijumpai makanan pokok dan jajanan yang mengandung bahan beracun seperti formalin, boraks serta bahan pewarna lainnya. Tahu contohnya, sebagai makanan yang diketahui kaya akan protein dan digemari banyak kalangan, telah lama disinyalir mengandung pengawet sejenis formalin. Tujuh puluh persen tahu yang beredar diduga mengandung pengawet ini.
Penggunaan formalin sebagai pengawet tahu sebenarnya sudah sejak lama terjadi, ini terlihat dari data hasil survey tahun 1993 yang lalu menunjukkan bahwa di DKI Jakarta, 2 dari 7 pasar swalayan (29%) dan 8 dari 14 pedagang di pasar tradisional (57%) menjual tahu berformalin dengan kadar 1,25 sampai dengan 3,86 miligram per 100 gram tahu.
Formalin memang terbukti mampu memperpanjang umur simpan tahu, seperti hasil penelitian Winarno (1978) yang menyatakan bahwa perendaman tahu pada larutan formalin 2 % selama 3 menit saja, terbukti mampu memperpanjang umur simpan tahu sampai 4-5 hari, sedangkan tahu yang hanya direndam air hanya mampu bertahan selama 1-2 hari. Selain itu formalin juga sangat membantu dalam mengenyalkan tahu. Contoh lain dari makanan yang diawetkan memakai formalin adalah ikan laut segar, ikan asin, mie, baso, hingga ayam potong.