Tampilkan postingan dengan label #TropicaPeduli. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label #TropicaPeduli. Tampilkan semua postingan

16.9.16

#TropicaPeduli, Berdonasi Tanpa ‘Rasa Donasi’


Teman-teman, masih inget dengan cerita saya tentang #TropicaPeduli di bulan Mei lalu? Pasti masih inget dong, ya. Itu tuh, cerita soal program yang dibuat Kedai Martabak Tropica yang menyisihkan uang seribu rupiah dari tiap loyang yang terjual. Uang ini kemudian didonasikan kepada mereka yang membutuhkan. Bulan Mei 2016 lalu, donasi ini diberikan kepada anak-anak penderita kanker dari Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia Bandung (YKAKI Bandung). Kalo udah lupa dan mau inget lagi seperti apa program donasi ini, yuk baca lagi semuanya di LINK INI.

Nah, seperti yang saya bilang di tulisan tersebut, program kepedulian Kedai Martabak Tropica ini tidak hanya dilakukan sekali itu saja. Tetapi memang dibuat sebagai program yang akan berkelanjutan. Kedai Martabak Tropica berkomitmen untuk terus menyisihkan uang sebesar seribu rupiah dari tiap loyang yang terjual. Dan bukan meminta sumbangan dari pembelinya melalui uang kembalian, lho. Tapi murni, memotong dari tiap loyang yang terjual. Martabak jenis apa saja. Semakin banyak martabak yang terjual, semakin banyak pula donasi yang terkumpul.

27.5.16

#TropicaPeduli, Berdonasi Tanpa Menunggu Nanti


Manusia diciptakan Tuhan dalam keadaan yang berbeda-beda. Ada yang kaya, ada yang miskin. Ada yang mampu, ada yang tidak mampu. Ada yang sehat, dan ada pula yang sakit. Selalu, keadaan yang lebih baik dipasangkan dengan keadaan yang kurang baik. Sejak dunia diciptakan hingga mungkin sampai kehidupan berakhir. Tujuannya tentu bukan untuk membuat kehidupan tidak adil bagi mereka yang kurang beruntung. Tetapi justru untuk membuat si orang-orang beruntung, peduli dan mengasihi mereka yang kurang beruntung. Sehingga terciptalah hidup yang harmonis di antara perbedaan-perbedaan itu.

Iya, kita mungkin sering beranggapan bahwa kita bukanlah orang kaya. Sehingga banyak dari kita merasa belum 'terpanggil' untuk menolong sesama. Padahal jika dilihat, sekurang-kurangnya kita, pasti ada orang lain yang lebih kurang dari kita. Jika demikian adanya, timbullah pertanyaan, “pernahkah kita membantu orang lain yang kurang beruntung tersebut?” Tak perlu menjawabnya. Saya yakin, semua dari kita, bahkan yang merasa masih sangat kurang pun pasti pernah menolong orang yang membutuhkan. Sekecil apa pun itu. Baik secara moril maupun materil. Dan kita pasti tahu rasanya, membantu orang yang membutuhkan itu sangat melegakan.