Tampilkan postingan dengan label Kisah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah. Tampilkan semua postingan

30.6.15

Kue Keju dan Elegi Cinta Pertama


Seperti itulah bapak di hati saya. Cinta pertama yang menyentuh dan mengisi hidup saya. Meski tanpa banyak kata-kata, segala apa yang dilakukannya penuh dengan cinta dan kasih sayang.

Masih saya ingat dengan jelas, saat-saat bapak menemani saya, di hampir di setiap tempat yang asing bagi saya untuk pertama kalinya. Saat menginjakkan kaki pertama kali di sekolah dasar. Saat menginjakkan kaki pertama kali di sekolah menengah pertama. Saat menginjakkan kaki pertama kali di sekolah menengah atas. Saat menginjakkan kaki pertama kali di kampus perkuliahan. Bahkan hingga saat menginjakkan kaki pertama kali di kehidupan pernikahan. Tak berhenti di situ saja, di saat anak-anak saya lahir, bapak pun selalu hadir. Sungguh, dia benar-benar menjadi pria pertama yang mendukung, di setiap tahap dan langkah hidup saya.

Tapi, hari ini, 127 hari sudah bapak ‘hilang’ dari hidup saya. Senyumnya, perhatiannya, dukungannya, dan cinta kasihnya itu absen di keseharian saya. Bapak telah pergi untuk selama-lamanya. Ya, hari itu, Selasa, 24 Februari 2015 lalu, bapak dipanggil-Nya. Dan saya, kehilangan cinta pertama saya, untuk selama-lamanya.

1.5.14

Hari Ini, 12 Tahun yang Lalu...


Hari ini, 12 tahun yang lalu, adalah hari yang tak bisa aku lupakan. Hari saat di mana untuk pertama kalinya aku menjadi ibu. Ya, di hari ini, 12 tahun yang lalu, putri pertamaku, Reihana Azzahra, lahir. Rabu, 1 Mei 2002 pukul 10 malam.


*

Malam itu, tanggal 30 April 2002 adalah USG terakhir di kehamilan pertamaku. Karena sudah melebihi HPL yang diprediksikan dokter, minggu itu, aku pun mengajak adikku untuk menginap. Tujuanku tentu agar saat perutku mengalami kontraksi atau terjadi ini-itu, aku ada yang nemenin. Tahu sendirilah seperti apa rasanya aku yang saat itu masih tinggal di rumah mertua. Meski mereka sangat baik, aku yang baru dekat dengan mereka setahun terakhir, masih sangat kagok untuk ngomong dan minta bantuan. Adapun suamiku, saat itu masih kerja di PT. Freeport, di Papua. Dan beliau baru akan pulang di bulan Juni berikutnya.

Ya, setelah menikah, aku memang tinggal di rumah mertua. Saat itu, kuliahku belum selesai. Aku sedang tugas akhir. Perut yang semakin membesar, jauh dari dokter kandungan yang biasa menanganiku, dan juga jauh dari kampus, menjadi alasanku untuk tinggal di rumah mertua. Sekali pun, anak mertua (baca: suamiku) tidak ada di sana.