11.7.14

Here Maps dan Here Drive, Aplikasi Nokia Lumia Agar Tak Macet di Jalan Raya

Kemacetan kini sepertinya bukan hanya biasa terjadi di Kota Jakarta saja. Di Bandung, meski tak separah Jakarta, juga mulai akrab dengan kata macet. Dari pagi hingga sore. Bahkan kadang-kadang, malam pun bisa juga terjadi macet. Yang terpengaruh bukan hanya para pengendara kendaraan beroda empat, pengguna sepeda motor pun, kini juga harus ikut berparade ria di dalam barisan kendaraan yang terkena macet.

Seperti di hari itu. Ketika saya dan suami menuju suatu tempat. Agar tidak terkena macet, kami pun sepakat menggunakan sepeda motor. Alangkah terkejutnya kami, ketika sudah masuk pusat kota, jalanan yang kami kira akan lengang, atau setidaknya memberi celah pada sepeda motor kami untuk lewat, ternyata tertutup sama sekali. Sehingga pada akhirnya, kami terjebak di antara puluhan, atau mungkin ratusan kendaraan bermotor.

Nokia Lumia, Ponsel Unik yang Tak Sekadar Asyik

Di zaman seperti sekarang, hampir semua orang sepertinya membutuhkan ponsel pintar. Bukan hanya sekadar untuk gaya-gayaan, kebutuhan akan eksis, narsis, dan mungkin juga pekerjaan, menuntut kita menjadikan ponsel pintar ini sebagai kebutuhan utama.

Pun demikian juga dengan saya. Ponsel pintar yang saya miliki bukan cuma digunakan untuk kebutuhan ‘bergaul’ di dunia nyata dan maya saja. Pekerjaan saya pun kini membutuhkannya. Sebab walaupun saya hanya seorang freelancer yang banyak bekerja di rumah, waktu saya yang banyak tersita dalam mengurus anak-anak, membuat saya jarang sekali bekerja dengan cara duduk manis di depan laptop. Ada kalanya saya harus menulis artikel di ruang tunggu sekolah. Dan lain waktu, saya harus bisa mengedit naskah ketika anak-anak bermain di time zone. Jika saya harus menunggu waktu senggang untuk mengerjakan semuanya di depan laptop, dijamin, tak akan ada waktu untuk itu. Jadi di mana pun dan kapan pun, saya membutuhkan gadget yang bisa mengerjakan semua pekerjaan saya itu.

Nokia Lumia, Tempatku Mengurus 'Bintang Peliharaan'

Dulu, sewaktu kecil, ketika usiaku sekitar 6 atau 7 tahun, aku pernah memelihara seekor kucing. Kucing lucu yang entah datang dari mana itu, tiba-tiba saja betah di rumahku. Setelah mendapat izin dari mama, aku pun ‘resmi’ memelihara kucing itu. Dan tentu saja, aku senang dibuatnya.

Tapi rupanya, aku bukan tipe anak yang telaten. Meski sangat menyukai binatang, terlebih kucing, aku seringkali lupa dalam memberinya makan, memandikannya, hingga memelihara kesehatannya. Hingga suatu hari, aku mendapatkan kucingku sakit. Dan lagi-lagi, karena ketidaktahuan, aku memberi kucingku obat demam untuk manusia.  Sampai akhirnya, dua hari kemudian, kucing itu mati.

Sejak saat itu, mama tak pernah lagi mengizinkanku untuk memelihara binatang. Dan ya, meskipun aku sangat ingin, aku juga sekuat hati menahan diri untuk tidak memelihara binatang lagi. Aku takut ketidaktelatenanku dan kecerobohanku, binatang yang aku pelihara, mati sia-sia.