31.7.15

Cari Musik yang Tak Cuma Asyik? Ya di LangitMusik

Suatu malam, saat lagi begadang tapi gak tahu mau ngapain, seperti biasa, aku tedampar di TL Twitter. Cuitan demi cuitan dari akun yang aku follow, berlalu begitu saja di depan mata bak arus sungai yang mengalir. Tapi, yang satu itu lain. Dengan cepatnya, sebuah tweet ‘unik’ tiba-tiba tertangkap dan nyangkut di ekor mataku. Kira-kira isinya seperti ini:

“Horeeee…. Aku berhasil download lagu-lagu baru si artis X sealbum. Hanya 30 menit saja. Makasih internet!”

Menurutmu, ada yang salah dengan tweet itu? Tweet-nya ga salah, dan sepintas tweet itu biasa-biasa aja. Iya, semua memang biasa, tapi kalo kamu tahu bahwa beberapa bulan sebelumnya, si pemilik akun Twitter itu pernah ikut mencak-mencak saat tulisan beberapa blogger di-copas blogger lain, kamu pasti bakal heran sepertiku. Lha iya, bagaimana bisa dia se-happy itu ketika ‘nyuri’ barang ilegal, sementara beberapa waktu ke belakang, dia ikutan heboh dengan haramnya tulisan hasil copas. Sebuah kontradiksi yang aneh, bukan?

25.7.15

Resolusi Lebaranku untuk Revolusi Keuanganku

“Mi, udah dua minggu puasa, kok kita gak pernah makan di luar?!” ucap si sulung Reihana.
“Iya, ngirit,” jawabku.
“Ah Umi. Kangen pizza, nih!” ucap dia lagi.
"Tar kalo punya voucher gratisan," jawabku sambil nyengir.

Seperti itu kira-kira percakapan antara aku anakku, Reihana, di hari ke-14 Ramadan yang lalu. Seperti yang ditulis di atas, hingga hari itu, bahkan hingga sebulan penuh, aku dan suami gak pernah sekali pun ngajak anak-anak makan di luar. 

Iya, Ramadan tahun ini memang gak biasa. Gak seperti tahun-tahun sebelumnya. Sejak hari pertama, aku dan suami mengubah banyak ‘ritual’ di bulan puasa. Alasannya? Mengikuti tantangan Lomba #ResolusiLebaranku dari Cermati

Sumber gambar: www.pinterest.com via Cermati

15.7.15

Masjid AL DUKA


Anak ketiga saya, De Zaudan (3 tahun), sangat suka sekali dengan masjid. Iya, gegara sering dibawa ke masjid sama bapaknya, ke mana pun dia pergi, yang ditanyain selalu saja masjid. Buat dia, selain untuk shalat, masjid itu menjadi semacam tempat untuk mengadem. Kok bisa? Kayak musafir aja, ya? Hehehehe...

Begini, De Zaudan itu anaknya pemalu. Mirip A Radit waktu kecil: Jago Kandang. Jadi tiap dibawa ke mana aja, daripada diem di tempat baru yang bikin dia merasa gak nyaman, dia lebih suka dibawa ke masjid. Termasuk kalau main ke rumah kakek-neneknya. Daripada berlama-lama diem di rumah kakek-neneknya, dia lebih nyaman diem di masjid. Dan kebetulan, rumah kakek-neneknya sebelahan sama masjid.

Saking sukanya sama masjid, kalau bapaknya lagi libur, dia pasti ngajak bapaknya sholat di masjid. Mending kalau masjid yang deket rumah. Dia mintanya di mesjid yang beda-beda. Shalat Zuhur di mesjid ini, shalat Asarnya di mesjid lain. Begitu terus. Jadilah waktu libur bapaknya itu sebagai ajang piknik dari masjid ke masjid. Sekarang, De Zaudan hafal dengan benar nama-nama masjid di sekitar rumah, bahkan di seputar Soreang.