Tampilkan postingan dengan label Kisahku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisahku. Tampilkan semua postingan

4.1.17

Balada Menyapih


Temen-temen, Januari 2017 udah tanggal 4 aja nih. Udah pada ngapain? Waduh… saya kok belom ngapa-ngapain nih. Masih kebawa suasana liburan anak-anak. Jadi malu deh sama salah satu resolusi yang saya tulis sendiri: produktif nulis di blog. Sampe tanggal 4, apdetan blog terbaru masih bulan Desember 2016. Huhuhuhu… terlalu!

30.12.16

Hipertensi dan Diabetes


Hari Rabu lalu, saat saya sedang asyik milih-milih baju anak di Pasar Baru, tiba-tiba saya mendengar seorang pengamen menyanyikan lagu ‘AYAH’. Sontak saya berhenti. Tangan yang tadinya sibuk pegang ini pegang itu, langsung terdiam. Saya pun menoleh ke arah lagu itu berasal. Saya terkejut lagi ketika tahu bahwa yang menyanyi adalah seorang tunanetra. Suaranya bagus dan nyanyiannya pun merdu. Gak terasa, saya dengerin lagu itu hingga selesai. Dan selama lagu dinyanyikan, hati saya bergetar. Ya, saya teringat almarhum bapak.

28.12.16

Sering Bete Karena Macet? Pake uberMOTOR!


Temen-temen, kalo lagi libur panjang kayak sekarang, temen-temen biasanya pada liburan atau di rumah saja? Saya sih, pasti selalu di rumah. Pengennya, saya juga liburan kayak temen-temen semua. Ke mana gitu. Gak perlu ke luar kota. Bisa jalan-jalan di dalem kota aja, rasanya udah bikin seneng. Tapi… niat itu saya tahan. Bukan apa-apa, tahu sendirilah ya, kalo libur panjang kayak gini, di mana-mana pasti penuh orang. Ya, orang-orang dalam kota mau pun orang-orang dari luar kota. Dan jalanan pun macet. Jangankan bisa ke luar kota, ke mall yang jaraknya cuma sepelemparan sandal aja, duh… jalanan maceeeet. So, bukannya bikin hepi, yang ada malah bete di jalan. Uh, capek bingit!

24.12.16

Beware What You Wish For!


Beberapa waktu lalu, saat lagi nyantei, iseng-iseng saya buka grup alumni perkualiahan di Facebook. Sebagai salah satu membernya yang udah lama gabung, saya heran dan cukup terkejut liat postingan-postingan di sana. Gak nyangka banget, postingan-postingan di sana bagus-bagus. Dan inspiratif. Iyalah saya gak tahu, selama ini kan, kalo buka grup FB, tempat mampir cuma grup-grup blogger aja. Baik itu untuk share postingan, cari link buat bw, atau nyari job. Jelas, grup alumni kuliah, lewat dari pemantauan.

21.12.16

Apa Kabar Resolusi?


Teman-teman, udah tanggal 20-an Desember nih? Cuma dalam hitungan hari, tahun 2017 segera tiba. Gimana tahun 2016-nya? Sudah bikin karya apa? Sudah jadi orang yang lebih baik? Waduh… kok saya masih begini-begini aja, ya? Huhuhu… Apa kabar Resolusi Tahun 2016? Cuma jadi tulisan belaka kayak resolusi di tahun-tahun lalu. Menyedihkan!

20.12.16

Cerita Baik Bersama JNE Itu Bernama "Berbagi Kebahagiaan"


"Mama… paket!” Anak ketiga saya lari sambil nyodorin kardus bekas sepatu. Tak lama, adiknya menyusul.
“Paket… paket!” Ujar mulut mungilnya.
“Wah, asyik!” Ucap saya.
“Ini apa, sayang?” Tanya saya.
“Ini paket, Ma. De Dudan sama De Rayyan lagi main-main jadi Mamang JNE.” Jawab anak ketiga saya. Adiknya pun mengangguk.
“Oh….”

14.11.16

Liburan (Segera) Tiba!


Teman-teman, sebentar lagi tahun 2016 akan segera berakhir. Itu artinya, liburan panjang akhir tahun juga akan segera tiba. Sudah pada punya rencana ngabisin liburannya di mana dan ngapain? Saya sih belom. Selain karena bingung, juga karena budget yang belom keliatan. Wkwkwk... maklumlah ya, freelancer mah susah diprediksi. Ada kalanya sebulan job numpuk, ada kalanya juga sebulan job sepi. *Alesan gak bisa nabung* Tapi yang jelas, meskipun pilihan belom ditentukan, bayangan akhir tahun mau ngapain, sudah tergambar di bayangan saya. Apa saja tuh pilihannya? Kira-kira seperti ini deh.

Liburan di rumah sanak saudara
Kakak kedua dan adik bungsu saya tinggalnya lumayan jauh dari saya. Di Bekasi dan juga di Sukabumi. Begitu juga dengan mertua saya. Meski masih di Bandung, tapi lumayan jauh juga dari rumah saya. Menghabiskan liburan akhir tahun di rumah mereka adalah Plan A buat saya, suami, dan anak-anak. Selain untuk bersilaturahmi karena jarang ketemu, faktor irit juga menjadi hal yang kami utamakan. Gak perlu ada anggaran hotel dan penginapan juga. Hanya perlu ongkos bensin dan bekal kami selama di sana. Dan tentunya, berkunjung ke tempat wisata dan mall yang ada di sana sudah menjadi agenda kami sekeluarga.

7.11.16

Curhatan Gamers Lemot


"Mi, lagi ngapain, sih?" Tanya A Radit penasaran.
"Maen games," jawab saya anteng mainin hape.
"Hah, games apa? Tanyanya lagi semakin heran.
"Bubble Shooter."

Seperti itulah kayaknya percakapan saya dengan A Radit, anak saya yang kedua. Dia langsung ketawa ngakak begitu tahu emaknya main games. Bubble Shooter pula. Jelas begitu sebab dia tukang main games Berbagai macam games dalam waktu sekejap, pasti bisa dia kuasai. Ya mungkin demikianlah anak-anak zaman sekarang. Games atau apa saja yang berhubungan dengan gadget dan teknologi, begitu mudah dimainkan. Dan sebaliknya. Generasi X macam saya, begitu susah untuk menaklukkan hal-hal baru. Entah karena susah move on atau memang males untuk belajar. Yang jelas, kengakakan A Radit waktu itu, tentu karena tahu, emaknya memang pemain Bubble Shooter sejak zaman firaun. Tepatnya sejak zaman kuliahan di akhir tahun 90-an. *Duh, ketahuan umur* Saya pernah cerita soal itu kepadanya.

23.10.16

Beda Warna Spons, Beda Fungsinya


Beberapa hari lalu, saat sedang nonton tv, tiba-tiba sebuah tayangan mengingatkan saya ke rumah almarhum nenek. Lebih tepatnya ke dapur nenek. Dandang-dandang penanak nasi (se'eng) yang disimpan di atas bangku kayu, tempat-tempat nasi (boboko) yang digantung di dinding dapur, dan juga tungku api (hawu) lengkap dengan kayu-kayu bakarnya. Sungguh, pemandangan dapur di pedesaan yang saya lupa namanya itu, membuat saya kangen masa kecil. Masa kecil ketika liburan di rumah nenek.

Nenek, Orang yang Sangat Keras
Ya, nenek saya adalah orang yang keras. Tak cuma terhadap anak-anaknya, yakni mama dan kedua adiknya, tetapi juga kepada kami cucu-cucunya. Termasuk kepada saya. Jadi walau pun liburan, setiap hari, saya pasti kebagian membantu pekerjaan rumah. Dan tugas saya adalah menyapu rumah serta mencuci piring.

19.10.16

Hidup Sehat dengan Pola Makan yang Sehat


Sejak hamil anak ketiga, hingga menyusui anak keempat sekarang, saya naik berat badan sebesar 15 kg. Selain karena nafsu makan yang naik drastis, hal ini juga karena mindset saya tentang nutrisi dan energi yang salah. Iya, saya orang yang termasuk menganggap bahwa selama hamil, melahirkan, dan menyusui, seorang ibu memerlukan energi dua kali lipat dari semula. Ya untuk si ibu, ya untuk si anak. Padahal kan tidak demikian.

Iya memang, energi yang dibutuhkan lebih banyak, tapi gak sampai dua kali lipat juga. Dan makanan yang masuk pun tak harus dua kali lipatnya juga. Porsi semula namun lebih sering, sebenernya masih bisa memenuhi energi yang dibutuhkan. Namun apa daya, nasi sudah jadi bubur, dan makanan berlebih itu sudah jadi timbunan lemak di perut, meski kini saya mulai menguranginya, jika tanpa usaha yang keras, misalnya diet dan olahraga yang serius, saya tak bisa kurus lagi seperti semula dengan mudah dan dengan cepat.

18.10.16

5 Tips Enjoy Ala Saya


Sebagai ibu rumah tangga full time, dengan 4 anak dan tanpa asisten, aktivitas saya tentu sangatlah banyak. Masak, mencuci, menyetrika, beres-beres, mandiin dua bocah yang masih balita, mengajak mereka main, mengurus keperluan suami, serta masih tetap mengerjakan PR menulis dari klien dan juga ngeblog, adalah rutinitas yang saya lakukan setiap hari. Meski repot, saya enjoy melakukannya. Inilah saya. Inilah dunia saya.

Melihat saya yang terlihat begitu 'kerepotan', padahal sebenernya biasa aja karena sudah terbiasa, beberapa teman dan beberapa sanak saudara heran. Tak sedikit dari mereka, bertanya ini dan itu kepada saya.

12.10.16

Hamil Oh Hamil


Baca postin​​gan temen-temen tentang hamil, kok jadi keingetan masa-masa hamil, ya. Hehehe.. iyalah, 4 kali hamil dan melahirkan masa gak inget dan gak berkesan. Setiap hamil rasanya beda-beda. Dan jelas, tiap kali hamil, itu selalu berkesan.

29.8.16

Lagu Anak, Pembentukan Karakter, dan Nursery Rhymes


Jumat malam lalu, di sebuah stasiun televisi swasta, saya anteng nonton acara The Voice Kid Indonesia. Keajaiban suara anak-anak yang berusia di bawah 13 tahun itu benar-benar menyihir saya. Iyalah, di usia yang sebegitu mudanya, anak-anak itu begitu mahir menyanyikan lagu, yang bahkan tingkat kesulitannya sangat tinggi. Jangankan saya, Agnes Monica, Bebi Romeo, dan Tulus yang jadi jurinya pun begitu terpesona.

Saya Dilemma
Ya, saya merasa dilemma. Di balik rasa kagum akan suara-suara emas itu, diam-diam di hati saya terbersit rasa miris. Tentu saja bukan pada suara mereka, tapi pada pilihan lagu-lagunya. Coba saja teman-teman lihat dan dengar sendiri Jumat malam nanti di salah satu televisi swasta itu. Atau tonton dan dengarkan rekaman videonya di Youtube. Sebagian besarnya, bahkan hampir semuanya memilih lagu orang-orang dewasa. Yang bertema cinta, perselingkuhan, pacaran, dan konflik-konflik semacamnya.

17.8.16

Bu, Jaga Kecantikan Kulit Wajah, Yuk!


Beberapa waktu yang lalu, setelah jemur pakaian, tiba-tiba mama merhatiin muka saya dengan saksama. Karena cukup lama, saya pun heran dan bertanya.

"Kenapa, Ma? Merhatiin muka kok segitunya?"

Memerlukan waktu sekitar 5 menit buat mama untuk merhatiin wajah saya. Sampai akhirnya, mama pun jawab.

"Kamu itu umurnya masih 30-an. Tapi wajahmu, kok kaya udah 40-an."

Dek! Ucapan mama seperti petir yang menggelegar di siang bolong. *Lebay* Iyalah, perempuan mana sih yang bisa santai saat denger kalo mukanya tampak tua? Hal seperti itu, sama saja artinya dengan kita dicap jelek. Tanpa tedeng aling-aling. Saking galaunya, saya pun mencoba menjawab demi menenangkan diri.

"Ah, ini kan gara-gara keringetan dan kepanasan aja. Mana belom mandi dan belom dandan lagi."

Tanpa diduga, ucapan mama berikutnya malah semakin bikin saya galau.

"Yang namanya cewek cantik itu justru yang alami. Yang wajahnya bersih walau pun tanpa make up. Sekali pun belom mandi dan keringetan. Kalo dibiarin, bintik-bintik hitam di muka kamu jadi tambah banyak. Nanti kokoloteun, lho!"

"Duh, mama. Kok nakutin banget sih ucapannya. Enggaklah, gak bakalan kokoloteun. Iya sih, ada bintik-bintik hitam," saya menimpali.

"Gak bakalan gimana, dirawat aja gak pernah." Mama mengakhiri percakapan.

Kalimat mama yang terakhir laksana kartu troof yang membuat saya kalah dalam permainan. Ya, saya memang jarang, bahkan gak pernah merawat muka saya. Bukan karena gak punya rangkaian perawatannya. Dari mulai pelembap wajah, foundation, cleansing lotion, tonic, hingga ke berbagai macam bedak, saya punya. Saya tidak menggunakannya karena alasan saya tidak ke mana-mana.

10.8.16

Apa, Mau Nikah Muda?


Teman-teman sudah pada nonton video di bawah ini, kan? Pasti dong,ya! Ini kan berita yang sedang hot-hotnya dibahas di media sosial. Lagi-lagi, sepeti halnya berita hot lainnya, yang satu ini juga tak kalah menuai pro dan kontra. 


Eh btw, apa sih kesan pertama teman-teman saat lihat video tersebut? Kaget, takjub, heran, kagum, atau malah sedih? Saya sih, malah jadi inget diri saya sendiri. Iya, sebab di keluarga dan sejumlah teman, saya termasuk orang yang nikah muda. Menikah di usia 21 tahun. Eh, masa nikah di usia 21 tahun disebut nikah muda? Nikah muda mah kalo nikah di usia yang belom 20 tahun, ya? Hihihi… gak tahu deh. Pokoknya dulu, saya di antara keluarga dan teman-teman, saya dibilang nikah muda. Mungkin karena lebih dulu dibanding mereka kali ya. :D

17.6.16

In Harmony Clinic, Mencegah Selalu Lebih Baik daripada Mengobati


Orang bilang, semakin banyak anak dan semakin bertambah lama usia menjadi orang tua, seseorang akan semakin tenang di dalam menyikapi keadaan anak. Terutama di saat anak sakit. Tapi tidak demikian halnya dengan saya. Iya, saya ini orang yang panikan. Setiap kali anak saya sakit, pasti aja panik. Sakit apa pun itu. Gak cuma saat anak pertama saja. Bahkan sampai sekarang hingga anak keempat, kejadian itu selalu berulang. Anak sakit, saya pasti panik.

Saya tahu, sebagai ibu dengan anak yang banyak, saya seharusnya gak panikan seperti itu. Pengalaman mengurus mereka selama 14 tahun, apalagi ketika mereka sakit, seharusnya mampu membuat saya tenang. Tapi ya gimana, mungkin seperti itulah sifat saya. Sekuat tenaga saya berniat dan mencoba menghilangkannya, begitu kejadian, panik itu pasti selalu muncul.

9.4.16

Kangen Baju Gamis


Jika ditanya baju apa yang menjadi favorit saya di rumah, dengan bangga, saya akan menjawab daster. Hehehe… Rasanya gak cuma saya saja deh yang demikian. Jika disurvey, saya yakin, kebanyakan perempuan, saat di rumah pasti sangat suka memakai daster. Iyalah, ukurannya yang longgar, modelnya yang sederhana, dan kainnya yang adem, jelas membuat daster begitu nyaman dipakai sehari-hari. Mau itu siang atau pun malam, jika ingin santai, daster sudah pasti akan menjadi pilihan.

Inginnya sih, saking favoritnya dengan daster, setiap hari, ke mana-mana saya menggunakan baju tersebut. Tapi apa boleh buat, kesan daster yang sangat santai membuat baju yang kebanyakan berbahan baku batik ini dipandang tidak formal, bahkan cenderung tidak sopan jika digunakan ke ruang-ruang publik.

28.1.16

Si 'Pangais' yang Nasionalis


Si pangais yang nasionalis. ​Teman-teman tahu arti k​​ata 'pangais'? Dalam artian kata yang sebenernya, pangais (bahasa sunda) berarti jarik atau kain penggendong. Nah untuk judul postingan ini, pangais mengacu pada anak sebelum anak bungsu. Dan anak saya, yang menjadi pangais, atau lengkapnya anak saya yang pangais bungsu adalah Zaudan. Anak ketiga yang gak jadi anak bungsu karena punya adik, yaitu De Rayyan.

Yupp, sesuai judul postingan ini, Zaudan memang sangat nasionalis. Sejak beberapa bulan ke belakang, benda yang dia favoritkan itu adalah bendera merah putih beserta tiangnya. Bendera yang memang khusus dibeli karena keinginan dia sendiri. Dan tentu saja, Indonesia Raya menjadi lagu yang paling sering dia nyanyikan. Kalo dihitung, mungkin sehari bisa dia nyanyikan lebih dari ratusan kali. Atau kalau pun bukan lagu kebangsaan Indonesia Raya, lagu yang dinyanyikannya saat memegang bendera, itu pasti adalah lagu Bendera Merah Putih.

Kalo teman-teman mau lihat, coba deh tengok akun Instagram saya di www.instagram.com/niaharyanto. Di sana, teman-teman bakal lihat beberapa foto anak saya, Zaudan, sedang pegang bendera merah putih. Bukan saat itu saja lho dia bawa bendera merah putih. Setiap hari, setiap jam, bahkan tidur pun harus bawa bendera merah putih. Tak hanya dia saja, kalau sedang bawa bendera merah putih, kita yang ada di dekatnya juga seringkali harus ikut nyanyi dan hormat. Mending kalo cuma sekali, hal ini bisa dilakukan berkali-kali sampai kita nyerah dan pegel. Hehehe.... Nih salah satu foto Zaudan yang membawa bendera merah putih lengkap dengan tiangnya.

Zaudan dengan bendera merah putih kesayangannya

25.1.16

Berkarya Melalui Blog


“Ikatlah ilmu dengan menulis." ~ Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib

Tahun 2012 sepertinya merupakan tahun yang menjadi titik belok di dalam hidup saya. Berhenti total dari menulis buku karena memiliki bayi, dan beralih menulis di blog. Meskipun bagi banyak orang, terutama orang-orang di sekitar saya, apa yang saya lakukan dianggap ‘tak berguna’, sebab tidak menghasilkan uang, menulis di blog ternyata memberi perubahan yang sangat besar bagi hidup saya. 

Ya, dari ngebloglah kemampuan menulis saya yang awalnya saya anggap sudah bagus menjadi lebih baik. Dari ngebloglah saya mendapat banyak teman maya namun terasa nyata dekatnya. Dari ngebloglah saya ternyata bisa mendapat rezeki yang bahkan lebih besar dari menulis buku. Dan dari ngeblog pulalah, saya mendapatkan pengalaman dan ilmu yang tak bisa dihargai dengan uang sebesar apa pun. Sungguh, vakumnya saya dari dunia menulis buku yang tadinya begitu saya sesalkan, pada akhirnya membawa saya kepada dunia blogging yang sekarang begitu saya cintai.

23.1.16

Kisah Pendongeng Boneka BP


Semua orang kayaknya setuju, masa kanak-kanak adalah masa yang paling indah. Begitu juga dengan saya, masa kanak-kanak itu… gak terlupakan. Ya, walopun cuma sedikit aja kenangan dari masa kecil itu yang masih bisa diinget sampe sekarang. Dan dari sekian memori indah yang masih bisa diinget, main bareng temen-temen adalah bagian paling berkesannya.

Seperti halnya anak-anak lain, saya banyak bermain permainan tradisional. Main congklak, bola bekel, galasin, petak umpet, boy-boyan, engklek (sondah), main karet, loncat tinggi, anjang-anjangan, ucing beling, ucing-ucingan, masak-masakan, main boneka, hingga orok (boneka) kertas yang kemudian disebut sebagai boneka bongkar pasang atau BP. Hampir setiap hari, masa kecil saya, sepulang sekolah, dihabisin dengan main salah satu dari permainan tersebut. Tapi kalo ditanya apa permainan masa kecil yang paling berkesan, bermain orok (boneka) kertas yang kemudian disebut sebagai boneka bongkar pasang atau BP adalah juaranya. Kenapa? Yuk… baca terus postingan ini.