27.8.13

Salon Thailand di Sebelah Rumah? Jangan Parno, Ah!

Sepertinya bukan rahasia lagi, jika selain penghasil buah-buahan berukuran besar dan berkualitas bagus, Thailand juga dikenal sebagai tempat tujuan wisata ‘permak’ tubuh. Hal ini bisa dilihat hasilnya dari makin kinclong, makin mancung, dan makin seksinya para selebritas di negeri kita pasca-berkunjung ke negara Gajah Putih ini. Meski sebagian ada yang malu-malu, bahkan menapiknya dengan keras, beberapa dari mereka yang terang-terangan, menguatkan dugaan. 

Tak hanya sebatas itu saja, terlepas dari pro dan kontranya, keahlian salon Thailand dalam mengubah jenis kelamin manusia juga terbilang sukses. Belum lagi salon penyedia pijat tradisionalnya yang cukup terkenal, semuanya memberi andil besar bagi Thailand untuk menjadi negara penyedia ‘jasa salon’ yang patut diperhitungkan.

Semakin berbondong-bondongnya pelanggan dari Indonesia yang menyengajakan diri untuk ‘nyalon’ ke Thailand, pasti membuat para pengusahanya berpikir untuk membuka usaha di Indonesia. Jika sekarang hanya beberapa saja yang ‘berani’, setelah dibentuknya Komunitas ASEAN 2015 nanti, mungkin akan terjadi ekspansi. Dan mungkin bisa sampai ke sebelah rumah. Apalagi jika menilik kesiapan negara ini dalam menghadapi Komunitas ASEAN 2015 tersebut. Pemberian kursus Bahasa Indonesia bagi para SDM-nya semakin menguatkan bukti bahwa besarnya jumlah penduduk negara kita sudah menjadi target pasar yang akan dibidiknya. Jika sudah begini, bagaimana dengan nasib salon-salon lokal?

22.8.13

Kacang Disko


Dari bungkusnya, katanya sih ini Kacang Disko Bali. Walopun lebih keras dan rasanya sedikit pedas, di Soreang mah ini namanya Kacang Bandung. Hehe... enaaaak. Bikin ga bisa brenti sebelom abis. Haduuuh... gimana kabar atuh diet? :p

Komunitas ASEAN 2015 : Sebuah Tantangan untuk ‘Naik Kelas’

library.thinkquest.org
Dalam sebuah kesempatan silaturahmi ke rumah seorang teman, mataku dibuat terpana tiada tara. Ya, di rumahnya, aku disuguhi tumpukan album foto yang isinya sangat menakjubkan. Pegunungan-pegunungan yang indah; jurang dan ngarai yang hebat; ombak-ombak pantai yang dahsyat; hingga berbagai foto aktivitas masyarakat lokal yang eksotis yang entah berada di mana. Ketika ditanya di mana dia mendokumentasikan foto-foto itu, dengan santainya dia menyebutkan nama-nama tempat yang baru pertama kalinya aku dengar. Tentu saja dia bisa begitu, sebab temanku yang satu ini sangat gemar bertualang, bahkan hingga pelosok-pelosok negeri. Sungguh, dari album-album itu aku baru tahu bahwa keindahan Indonesia itu tak hanya ada di Bali, Lombok, Bunaken, Raja Ampat, atau tempat yang selama ini menghias layar kaca saja. Lebih jauh dari itu. Indonesia adalah gudangnya tempat-tempat indah. Dan tempat-tempat ini tidak dimiliki negara-negara lain. 

Di kesempatan yang lain, saat aku sedang berselancar di dunia maya, sebuah artikel di portal berita menghenyakkanku. Di sana tertulis bagaimana negara tetangga kita begitu antusias dalam mengembangkan motif batik yang dimilikinya. Beberapa tahun ke belakang, negara tetangga tersebut sempat mendaftarkan batik sebagai budaya asli negaranya. Tapi untunglah, UNESCO segera mendeklarasikan bahwa budaya batik itu milik Indonesia. Dari sana aku jadi mikir, Negeri Jiran ini begitu hebat. Okelah mereka tidak mengantongi hak paten akan budaya batik, tapi pengembangan akan produknya sangat pesat. Belum lagi propagandanya melalui iklan di media masa seperti artikel yang saya baca itu. Sepertinya, jika dilakukan terus-menerus, dan negara kita diam saja, bukan mustahil jika suatu saat, batik mereka yang lebih dikenal dunia. Duh, rasanya hati ini tidak rela.