Tampilkan postingan dengan label lagu anak Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label lagu anak Indonesia. Tampilkan semua postingan

29.8.16

Lagu Anak, Pembentukan Karakter, dan Nursery Rhymes


Jumat malam lalu, di sebuah stasiun televisi swasta, saya anteng nonton acara The Voice Kid Indonesia. Keajaiban suara anak-anak yang berusia di bawah 13 tahun itu benar-benar menyihir saya. Iyalah, di usia yang sebegitu mudanya, anak-anak itu begitu mahir menyanyikan lagu, yang bahkan tingkat kesulitannya sangat tinggi. Jangankan saya, Agnes Monica, Bebi Romeo, dan Tulus yang jadi jurinya pun begitu terpesona.

Saya Dilemma
Ya, saya merasa dilemma. Di balik rasa kagum akan suara-suara emas itu, diam-diam di hati saya terbersit rasa miris. Tentu saja bukan pada suara mereka, tapi pada pilihan lagu-lagunya. Coba saja teman-teman lihat dan dengar sendiri Jumat malam nanti di salah satu televisi swasta itu. Atau tonton dan dengarkan rekaman videonya di Youtube. Sebagian besarnya, bahkan hampir semuanya memilih lagu orang-orang dewasa. Yang bertema cinta, perselingkuhan, pacaran, dan konflik-konflik semacamnya.

23.1.16

Lagu Anak Indonesia, Riwayatmu Kini...


“Nia, budakna si eta mah pinter pisan,” ucap mama semangat.
“Pinter kumaha?” jawab saya.
“Eta, nyanyi Sambalado si Ayu Tingting meni nepi ka tamat,” ucap mama lagi.
“Waduh!”

Seperti itulah percakapan saya dan mama siang itu. Yang bukan orang sunda pun kayaknya ngerti dengan percakapan di atas. Ya, mama memuji anak tetangga depan rumah karena kepiawaiannya dalam menamatkan lagu Ayu Tingting, Sambalado. Senada dengan hal itu, di saat yang berbeda, para ibu-ibu lain begitu senang dan bangganya melihat anak-anaknya jogged dangdut ala penyanyi dangdut panggung di sebuah pesta ulang tahun seorang anak tetangga yang lain, manakala diputar lagu Da Aku Mah Apa Atuh, yang dipopulerkan oleh Cita Citata. Saya yang mendengar dan melihat dua kejadian itu, terus terang kaget. Apa yang membanggakannya? Bukankah itu justru membuat miris?

Iya, kedua contoh kejadian di atas menurut saya tidaklah membanggakan. Dan sebaliknya, itu membuat saya miris. Di contoh pertama, tentu hal ini karena lagu Sambalado kan lagu yang isinya tentang percintaan orang-orang yang sudah dewasa. Meskipun tak ada yang bisa dibilang 'bahaya', untuk anak usia 3 tahun, rasanya tak 'sehat' untuk nyanyi seperti itu. Adapun di contoh kejadian kedua, sudahlah anak-anak joged ala penyanyi panggung yang cenderung mengeksploitasi 'bagian perut ke bawah', lagu yang diputar yang ternyata dihafal anak-anak tersebut di luar kepala, adalah jenis lagu dewasa yang muatannya negatif. Iyalah negatif, masa anak-anak kecil sudah diperkenalkan dengan kata 'selingkuhan' dan 'pacar gelap'. Haduh haduh haduh... ngeri!