Tampilkan postingan dengan label PERKEMBANGAN ANAK. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PERKEMBANGAN ANAK. Tampilkan semua postingan

28.11.14

Anak Dikekang, Kemampuannya Kurang Berkembang

Dulu, saat baru beranak satu, saya itu bisa dibilang tipe ibu yang over protektif. Mau ngelakuin apa aja atau mau pergi ke mana aja, anak saya pasti dilindungi dengan sangat ekstra. Saat itu, prinsip saya, anak-anak harus terlindungi dari berbagai macam kuman yang ada di lingkungan. Maklumlah, keseringan nongkrong di lab mikro saat kuliah dulu bikin saya jadi tahu kalo berbagai macam kuman itu ada di mana-mana.

Suka lucu kalo inget saat-saat dulu. Bayangin aja, mau ke luar rumah deket pun, misalnya ke warung, si teteh Reihana pasti saya pakein jaket, kaos kaki, kerudung/kupluk. Padahal itu jam 12 siang. Anaknya jerit-jerit kepanasan pun gak saya hiraukan. Yang penting si anak bisa terhindar dari godaan kuman yang terkutuk.

Bukan cuma soal pakaian jika ke luar rumah. Saat bermain pun, Reihana saya batasi dengan ketat. Dia gak boleh main air, main tanah, bahkan main-mainan yang bernoda seperti pulpen, spidol, dan sebangsanya. Selain alasan takut termakan/terminum, saya juga gak suka kalo tangan, baju, tembok, kursi, atau apa pun dicorat-coret Reihana. Dan ya, sesuai harapan saya, Reihana saat itu menjadi anak yang 'steril'.

12.5.14

#KidsToday : Sibuk Belajar Membuat Anak Jadi Pintar?


Video di atas mengingatkan saya pada ‘dosa-dosa lama’. Ya, beberapa tahun lalu, Reihana, putri sulung saya, bernasib sama seperti anak-anak itu. Dia bangun pagi-pagi sekali untuk sekolah. Kemudian pulang sekolah, les Matematika, IPA, atau Bahasa Inggris. Dan lalu sore harinya, mengaji di TPA dekat rumah. Jeda antar-aktivitas satu dengan yang lainnya, mungkin hanya sekitar satu jam saja. Lepas Maghrib, barulah Reihana bisa beristirahat. Itu pun kalau tidak ada PR. Jika ada, nyaris, waktu aktif Reihana tersita habis oleh kegiatan-kegiatan itu.

Awalnya, saya tidak menyuruh Reihana untuk les ini dan itu. Tapi melihat teman-temannya yang setiap hari ‘sibuk’ seperti itu, Reihana dan saya akhirnya sepakat untuk ikut les-les tersebut. Selain karena teman-temannya, harapan akan peningkatan prestasi Reihana juga menjadi alasan saya.

Sebulan dua bulan, aktivitas yang full seperti itu, menurut Reihana cukup menyenangkan. Dia jadi banyak teman dan banyak belajar. Di bulan ketiga, kebosanan itu datang. Reihana mulai membolos di pertemuan les-les itu. Karena terlalu banyak membolos, akhirnya Reihana tak mau ikut les lagi. Waktu istirahat yang cukup lama yang bisa digunakannya untuk bermain dengan teman-teman seusianya di lingkungan rumah, ternyata lebih menarik perhatian dia.

#KidsToday : Di Balik Wajah 'Bermain' Anak-anak

Siang itu, sepulang sekolah, Radit membuka pakaian seragamnya dengan terburu-buru. Setelah memakai pakaian biasa, dia melesat pergi ke luar rumah.
“Dadah, Umi!” ujarnya sambil berlari.

Saya cuma melongo. Tak keburu bertanya, saya pun akhirnya menatap Radit yang ternyata belok ke rumah temannya.
“Oooh… mau main, toh!” ucap saya dalam hati.

Satu jam kemudian, Radit pulang ke rumah. Dengan wajah yang merah padam akibat tersengat sinar matahari, keringat yang bercucuran, dan nafas terengah-engah, dia menghampiri saya. Radit pun bercerita penuh semangat.

“Mi, tadi Aa balap sepeda sama teman-teman. Dan Aa menang. Keren, kan?”
“Wah, hebat! Eh, emang Aa gak capek, abis sekolah terus balap sepeda?” tanya saya.
“Enggak, dong. Malah Aa seneng banget,” jawabnya penuh antusias.