Tampilkan postingan dengan label De Zaudan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label De Zaudan. Tampilkan semua postingan

21.2.17

Fase Anak Banyak Nanya


Bulan Mei nanti, De Zaudan, anak ketiga saya, akan genap berusia 5 tahun. Itu artinya, De Zaudan sudah harus siap-siap menginjakkan kakinya di bangku sekolah. Karena sudah dikasih tahu sejak dia berusia 3 tahun, sepertinya masuk sekolah membuat De Zaudan exciting. Tapi takut-takut juga. H2C jadinya. Harap-harap Cemas. Iya, dia sangat gak sabar sekaligus juga takut. Dia penasaran dengan belajar di sekolah bersama guru dan teman-temannya, tetapi takut akan ini itu. Entahlah, meski sudah dijelaskan untuk tidak takut, setiap kali diingatkan tentang sekolah, H2C dia pasti begitu kentara di wajah De Zaudan. 

7.11.15

Anak-anak Belajar di Youtube? Kenapa Tidak!


"Bi ay en di yo... bi ay en di yo...."

Heh! De Dudan ngomong apaan tuh? Ngacaprak kitu? Tapi kok terus. Diajarin kakak-kakaknya kah?

Itu reaksi saya saat pertama kali denger De Dudan nyanyi lagu itu. Iya, kirain saya, De Dudan (De Zaudan) ngomong ngasal. Dan ternyata, setelah investigasi yang cukup alot *halah*, dengan bantuan kakak-kakaknya karena si bocah sedikit cadel, barulah saya tahu kalo itu adalah lagu.

"Itu mamah... nani nani... neulseli laim... dina yutup."

Heh? Lagi-lagi saya gak ngerti dengan ucapan De Dudan. Untunglah kakak-kakaknya ngerti. Kata mereka, itu adalah salah satu lagu Nursery Rhymes yang ada di Youtube.

15.7.15

Masjid AL DUKA


Anak ketiga saya, De Zaudan (3 tahun), sangat suka sekali dengan masjid. Iya, gegara sering dibawa ke masjid sama bapaknya, ke mana pun dia pergi, yang ditanyain selalu saja masjid. Buat dia, selain untuk shalat, masjid itu menjadi semacam tempat untuk mengadem. Kok bisa? Kayak musafir aja, ya? Hehehehe...

Begini, De Zaudan itu anaknya pemalu. Mirip A Radit waktu kecil: Jago Kandang. Jadi tiap dibawa ke mana aja, daripada diem di tempat baru yang bikin dia merasa gak nyaman, dia lebih suka dibawa ke masjid. Termasuk kalau main ke rumah kakek-neneknya. Daripada berlama-lama diem di rumah kakek-neneknya, dia lebih nyaman diem di masjid. Dan kebetulan, rumah kakek-neneknya sebelahan sama masjid.

Saking sukanya sama masjid, kalau bapaknya lagi libur, dia pasti ngajak bapaknya sholat di masjid. Mending kalau masjid yang deket rumah. Dia mintanya di mesjid yang beda-beda. Shalat Zuhur di mesjid ini, shalat Asarnya di mesjid lain. Begitu terus. Jadilah waktu libur bapaknya itu sebagai ajang piknik dari masjid ke masjid. Sekarang, De Zaudan hafal dengan benar nama-nama masjid di sekitar rumah, bahkan di seputar Soreang.