21.4.17

Teliti Sebelum Dibodohi


Bulan lalu tetangga saya membangun rumah. Karena tak tahu ini itu mengenai bahan baku dan harga-harganya, dia menyerahkan semua kepada si penanggung jawabnya. Istilah di daerah kami sih, namanya pemborong. Jadi kerjaan membuat rumahnya, semuanya diborongkan. Si tetangga membayar semuanya. Dari mulai biaya untuk membeli bahan baku, bayaran para tukang, hingga biaya makan para tukang per harinya. Si tetangga tinggal nerima rumah yang sudah jadi saja. Kalau tidak salah, rumah sederhana dengan ukuran 5 x 10 m persegi tetangga saya itu, menelan biaya sekitar 100 juta rupiah.

Sebagai tetangganya, saya juga buta soal biaya membangun rumah. Ketika ditanya si tetangga yang membangun rumah itu mengenai pendapat saya, apakah biaya 100 juta rupiah untuk rumah sederhana dengan ukuran 5 x 10 m persegi itu mahal atau tidak, saya tak bisa menjawabnya dengan jelas. Iya sih, selintas memang mahal. Berarti 1 meter perseginya terhitung 2 juta rupiah. Menurut teman-teman, apakah harga 100 juta rupiah itu mahal? Apakah biaya 2 juta rupiah per 1 meter persegi itu kemahalan untuk rumah yang terbilang sederhana? Untuk teman-teman yang tinggal di kota, itu mungkin murah atau sedang. Tapi untuk saya yang tinggal di kampung, harga itu rasanya kemahalan. Apalagi jika melihat bahan-bahan baku yang dipakai untuk membangun rumah itu. Kata saya sih, jelek!

Apanya yang Jelek?
Ketahuan jeleknya bahan baku yang dipakai si pemborong rumah itu, gak sampai menunggu lama. Beberapa hari lalu, keramik yang dipakai untuk lantai ada yang pecah. Padahal kan, usia rumah itu baru 1 bulan. Iya, saat itu, gelas yang sedang dipegang si tetangga jatuh. Dan ternyata, yang pecah bukan hanya gelas. Dua buah keramik lantai ikut-ikutan pecah.

Selintas, keramik lantai yang berukuran 30 x 30 cm itu terlihat bagus. Desainnya bagus, kualitasnya juga kayaknya bagus. Tapi, melihat sendiri bagaimana keramik itu pecah, buyar deh bayangan kualitasnya. Sudah pasti, keramik lantai yang dipakai pemborong itu harganya murah.

Itu baru keramik yang bisa dilihat dengan kasat mata. Lalu, bagaimana dengan bahan-bahan baku lainnya yang tidak terlihat? Kayu-kayu, kusen-kusen, atau bahan lainnya? Gak salah dong yang jika akhirnya saya dan tetangga jadi suuzon sama si pemborong rumah. Walopun si pemborong bilang semuanya bahan-bahan bagus, saya dan si tetangga jadi gak percaya. Buktinya, ya seperti cerita di atas.

Ada Harga, Ada Kualitas
Iya, saya sangat percaya dengan ungkapan itu. Ada harga, ada kualitas. Nah untuk keramik lantai yang dipakai di rumah tetangga saya itu, karena kualitasnya jelek, saya berkesimpulan begitu. Keramik tersebut harganya murah. Dan yang berkualitas, sudah pasti harganya mahal. Kalau kata orang sunda mah, duit mah moal ngabobodo. Uang gak akan membodohi. Tapi manusialah yang biasanya membodohi dan dibodohi.

Berkaca dari pengalaman tetangga, saya yang Insya Allah berencana ingin membangun rumah tahun depan, jadi banyak mikir. Saya gak mau dibodohi orang yang membangun rumah saya. Setiap hal kecilnya harus saya tahu terlebih dahulu. Supaya saya puas dengan hasil akhirnya. Sekali pun misalnya budget untuk membangun rumahnya terbatas, tetapi saya ingin semuanya yang berkualitas. Toh, semua bisa dipertimbangkan terlebih dahulu. Ada yang harganya sedang, namun kualitasnya tetap bagus.

Sekarang, Semua Serba Mudah
Meskipun saya bukan ahli bangunan, andaikan sebelumnya tetangga saya bertanya kepada saya terlebih dahulu, mengenai apa pun tetek bengek harga bahan bangunan, tentu ceritanya akan lain. Iyap, sekarang kan zaman sudah semakin mudah. Segala hal bisa diketahui melalui internet. Misalnya saja dalam hal menentukan keramik yang bisa dipilih sesuai kemampuan dan keinginan, dari daftar harga keramik. Gak cuma keramik saja, apa pun jenis bahan bangunan, kini bisa dicari via internet. Pokoknya, semua harus serba teliti sebelum dibodohi.

Sejasa adalah salah satu yang menyediakan informasi mengenai harga bahan bangunan ini. Tak sampai di situ, di web-nya www.sejasa.com, kita bisa mendapatkan informasi apa saja. Dari mulai mencari penyedia jasa terpercaya dan profesional, estimasi biaya untuk berbagai pekerjaan seperti renovasi rumah, desain interior, catering, fotografi pernikahan, serta jasa-jasa lainnya.

Tampilan www.sejasa.com

Well…
Kasus tetangga sudah cukup menjadi pengetahuan buat saya. Ke depannya, mudah-mudahan keinginan saya terkabul, yaitu membangun rumah sendiri, saya ingin semuanya sesuai dengan keinginan dan kemampuan saya. Lagi-lagi, walopun budget terbatas, tapi saya mendapatkan yang berkualitas. Saya memilih sendiri semua-semuanya. Biar kalau ada apa-apa, saya gak penasaran dan menyalahkan orang lain. Toh saya sudah melihat dan membaca sendiri spesifikasinya.

Oke teman-teman, segitu dulu ya curhat saya kali ini. Teman-teman ada yang punya masalah serupa seperti masalah tetangga saya? Atau mungkin ada pengalaman, tips, dan trik yang bagus sewaktu membangun rumah? Share, yuk, buat masukan saya yang sedang berencana untuk membangun rumah di tahun depan. Siapa tahu, saya juga bisa menerapkan pengalaman, tips, dan trik yang sudah teman-teman pakai itu. Saya benar-benar membutuhkannya. Thanks in advance!

6 komentar:

  1. Wah untung ada sejasa ya mbak sekarang, cari tukang yang sreg agak susah jaman sekarang soalnya.

    BalasHapus
  2. Aku blm pernah nyoba beli online buat keramik/untuk bangun rumah karena lebih enak liat langsung :D Jadi kalau ada apa2 bisa langsung protes jg ke tokonya. Dan emang bener ada harga ada rupa, jadi kalau emang pengen punya keramik yg bagus, jangan irit2, setidaknya beli dgn harga yg ditengah2 (ngga mahal or ngga murah) :D

    BalasHapus
  3. Saya juga waktu merenovasi rumah langsung datang ke tokonya untuk membeli segala peralatan dan kebutuhan untuk merenovasi rumah. Terima kasih artikelnya bisa menjadi pelajaran untuk saya.

    BalasHapus
  4. Sejasa ini emang bantu banget ya teh, mau cari tukang aja bisa apalagi cari kamu #eh

    BalasHapus
  5. Wah, baru tau sama jasa begini, noted nih siapa tau lain kali butuh. aku juga sering nggak sreg sama yang borongan gitu mba, bukan apa-apa, kasus begini sudah lumayan sering dengernya :(
    Terus 2 juta permeter persegi itu menurut saya sungguh-ter-lalu. Maklum, saya tinggal di kampung, hehe

    BalasHapus
  6. 50m2 harga 100 juta menurutku mahal sih Teh, hehe. Adikku (lokasi di Depok) kemarin juga baru rombak rumah dengan budget ketat. Solusinya dia beli bahan semuanya sendiri, tukangnya diimpor dari kampung di Jawa yang sudah dikenal. Jadi enggak bakal ada tipu-tipu. Itu sih Teh tipsnya :) yang mungkin nanti saya juga bakalan niru cara adik saya itu :)

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)