29.8.15

Tip Menyikapi Games (yang Dimainkan Anak-anak) di Ponsel Pintar

Tip-Menyikapi-Games-yang-Dimainkan-Anak-anak-di-Ponsel-Pintar

Kemaren sore, saat mau googling di hape, saya kaget banget. Kagetnya begini, di jejak pencarian via Google tersebut, ada banyak sekali kata kunci pencarian yang asing dan tidak saya kenal. Dan jelas, itu bukan saya yang mengetikkannya. Meski bukan sesuatu yang berbau porno atau pun kekerasan, kata-kata kunci pencarian itu sangat membuat saya penasaran.

Pikiran saya langsung tertuju pada A Radit. Iya, selain dia, cuma De Zaudan yang biasa minjem hape saya. Dan cuma dia yang sudah bisa baca tulis. Jelas sekali, A Raditlah 'tersangka' yang mengetikkan kata-kata kunci pencarian itu.

Untuk tahu apa yang dicari A Radit, saya pun langsung searching setiap kata-kata pencarian yang aneh tesebut. Meskipun tak menemukan hal yang 'bahaya', saya cukup 'tersadar' dengan apa yang dicari A Radit. Benar, A Radit ternyata mencari semua hal yang berhubungan dengan games kesukaannya yang ter-install di hape saya, Minecraft dan juga Clash of Clan. Dari mulai turorial cara mainnya di Youtube hingga server yang membuat dia bisa main multiplayer.

Duh! Lagi-lagi, meski tak menemukan hal 'aneh', saya merasa 'kecolongan' dengan ketidaktahuan saya mengenai apa-apa yang ada di games tersebut. Dan, untuk mencari aman-tidaknya games tersebut, saya pun lalu searching review tiap games tersebut bagi orang tua. 

Hasilnya bermacam-macam. Ada orang tua yang bilang aman. Ada pula orang tua yang bilang bahaya. Ada pula yang bilang keduanya. Dan semua ini membuat saya sedikit khawatir. Tapi intinya sih, saya memang harus waspada pada apa pun itu.

Contoh review games Minecraft yang bisa dijadikan acuan

Untuk menghilangkan penasaran, saya pun 'menginterogasi' A Radit. Saya tanya dia macam-macam. Dari mulai jenis games-nya, apa yang dilakukan di dalam games itu, siapa teman-temannya, kenapa harus multiplayer, apa itu server, adakah orang asing di dalam games itu, dan banyak lagi. 

Jawaban A Radit cukup menenangkan. Sebagian orang tua yang memainkan games itu juga banyak yang berkomentar seperti yang diucapkan A Radit. Tapi agar saya tenang, saya pun minta dia memainkan games tersebut di depan saya.

Saat memainkannya, dia menerangkan semuanya. Dia mengenalkan teman-temannya. Dia juga menerangkan apa yang bisa dilakukan di dalam games tersebut. Misalnya saat berdialog dengan temannya di dalam games Clash of Clan. Dia lalu menenangkan saya bahwa semua teman yang ada di games tersebut adalah teman-temannya di sekolah. Dan jika ada yang tidak dikenal masuk ke wilayah games dia, dia langsung kick out orang tersebut.

Contoh review games Clash of Clan yang bisa dijadikan acuan

"Gimana Aa tahu kalo semua pemain yang ada di wilayah games Aa itu temen-temen? Gimana kalo ada yang pura-pura?" tanya saya.

"Enggaklah, Mi. Kita kan di sekolah sering ngobrolin games itu. Dan semua nama yang ada di games itu selalu bahas games tersebut bareng-bareng." jawabnya.

Baiklah, setelah 'interogasi' yang cukup lama itu, saya pun tenang. Ya, semoga saja seperti itu. Toh selama A Radit main games tersebut sampai sekarang, tak ada hal aneh atau hal yang berubah dari sifat-sifatnya. A Radit tetap belajar seperti biasa, A Radit masih mengaji, dan lain sebagainya.

Yang Harus Kita Lakukan
Melarang menggunakan hape adalah hal yang tidak mungkin bagi anak-anak di zaman sekarang, terutama bagi anak yang menjelang remaja (10 tahun ke atas), atau bagi anak yang sudah bisa baca tulis, yang memungkinkan mereka mencari sendiri games yang disukainya. Bisa saja dia tak memakai hape kita di depan kita, tapi malah gunain hape orang lain di belakang kita. Nah jadi, daripada melarang-larang yang justru akan membuat bahaya, ada baiknya kita para orang tua selalu waspada. Berikut ini tip dari saya dan rangkuman mengenai apa yang harus kita lakukan sebagai orang tua dalam menyikapi anak yang bermain game di hape dari berbagai sumber.
  1. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui games tersebut secara keseluruhan. Jika tak bisa memainkannya, membaca review games tersebut (bagi orang tua) di internet juga bisa dilakukan. Pastikan kita membaca rekomendasi dari orang tua lain di dalam review tersebut. Dari sini, kita jadi tahu apa yang dilakukan di dalam games itu, keterlibatan teman-temannya, interaksinya, hingga kemungkinan masuknya orang-orang 'berbahaya' di dalam games tersebut. Jadi dengan begitu, kita bisa memutuskan aturan bagi anak kita. Dan tentu saja, boleh-tidaknya anak kita memainkan games  tersebut.
  2. Pastikan kita tahu mengenai gratis atau berbayarnya games tersebut. Banyak cerita mengenai kagetnya orang tua yang mendapat tagihan kartu kredit sekian ratus ribu rupiah atau pulsa yang banyak berkurang karena digunakan anak untuk membeli 'barang atau hal tertentu' saat maen games. Saya sih mewanti-wanti banget agar anak-anak memilih games gratisan. Dan berhati-hati saat ada tawaran ini-itu. Dan untungnya, segala macam mengenai pembayaran di hape, tak terhubung secara langsung ke kartu kredit. Dan untuk pulsa, sejak anak-anak ikut make, pulsa di hape saya tak pernah lebih dari 10 ribu rupiah. 
  3. Waspadai games yang ada interaksi lewat dialog. Hal ini akan membuka akses anak mengobrol dengan orang asing. Kata-kata kasar, bullying, hingga hal-hal yang berbahaya, bisa berawal dari sana. Tapi jika di awal sudah ditegaskan agar tak ada orang asing yang masuk (untuk games multiplayer), misalnya hanya teman-temannya yang dia kenal yang ada di games tersebut, kita bisa tenang.
  4. Terapkan aturan mengenai berbagai hal secara tegas. Misalnya dilarang mengumbar identitas, alamat rumah atau sekolah, dan menggunakan avatar dengan foto asli mereka. Tentu saja, hal ini bertujuan untuk menjauhkan anak-anak kita untuk dikenali di dunia nyata oleh orang lain yang bukan temannya.
  5. Terapkan batasan waktu bermain games yang tegas. Selain karena games yang ada sekarang itu sangat adiktif, juga agar anak tetap ingat bahwa games itu hanya dunia maya dan dia punya kegiatan lain yang harus dilakukan di dunia nyata. Seperti sekolah, belajar, mengaji, bermain, dan berinteraksi dengan teman-temannya secara nyata.
  6. Ciptakan suasana yang nyaman antara kita dengan anak-anak juga dalam hal bermain games. Hal ini akan membuat anak-anak terbuka. Dan ini akan anak kita curhat segala hal. Misalnya tentang keseruannya, tentang hebatnya dia di dalam games itu, tentang ketidaknyamanannya, tentang teman-temannya, dan yang lainnya. Curhatan-curhatan inilah yang pada akhirnya akan membuat patokan bagi kita di dalam membuat aturan bermain games dan juga memudahkan kita untuk memberi saran.
  7. Jangan biarkan anak-anak men-download apa pun tanpa sepengetahuan kita. Selain karena bisa saja berbayar, hal itu juga memungkinkan kita tidak tahu apa yang mereka download yang mungkin saja berbahaya atau mungkin membawa virus yang akan merusak hape.
Tantangan anak-anak zaman sekarang memang beda dengan tantangan kita ketika kanak-kanak dulu. Dulu gak ada yang namanya game online. Paling-paling cuma main tetris atau Nintendo yang permainannya gak aneh-aneh. Jadi jelas, bahaya dan dan cara pengawasannya pun berbeda.

Melarang anak untuk tidak main games juga bukanlah hal yang bijak. Sebaliknya, anak justru akan penasaran dan jadinya 'curi-curi' di belakang kita. Apalagi games di hape. Anak kita bisa pake hape siapa saja. So, daripada kita tidak tahu apa yang terjadi, mendingan kita perbolehkan mereka main games tapi dengan adanya syarat. Seperti yang saya tulis di atas. 

Intinya sih, kita tahu dengan benar jenis games yang dimainkan anak kita. Itu menurut saya, menurut teman-teman gimana? Bagaimana tip menyikapi games (yang dimainkan anak-anak) di ponsel pintar menurut teman-teman? Yuk sharing, yuk.... :)

16 komentar:

  1. Makasih tipsnya, Teh.
    Saat ini sih Rasi masih kekontrol. Tapi baca cerita Teteh jadi bikin mata kebuka buat siap-siap ke depannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Eva, kita kudu waspada. Banyak yg ngeri di zaman sekarang mah...

      Hapus
  2. Makasih tipsnya teh. Alhamdhulilah nadia nurut sama aturanku..main game di tab sehari cukup 1 jam sja...buat refreshing abis pulang skolab

    BalasHapus
  3. Tengkiu tipsnya mbak, referensi nih

    BalasHapus
  4. Benerrr mbak. Harus sering2 ngobrol ma anak biar tau game yg dia mainkan. Ama anakku juga gitu

    BalasHapus
  5. Wahh makasih tips nya

    BalasHapus
  6. Kalau minecraft sama CoC, saya juga suka... hehe..

    BalasHapus
  7. Manfaat ngga logout akun google ya kita bisa tahu apa saja tg sebelumnya telah dicari di google yo, Mbak.

    Bersyukur lingkar gamesnya adalah teman sekolah. :D

    BalasHapus
  8. biasanya sih kalau games dimainkan dulu sama suamiku , maklumlah emaknya gak suka games.

    BalasHapus
  9. Bener banget, kita harus aktif mencari tau apa yg ingin diketahui anak2 supaya yg mrk dapat tetep ilmiah. Misalnya kalau mrk search bagaimana cara membuat anak, yg didapat kudu yg berhub dg pelajaran biologi. Mungkin nggak sih? Kok ragu sendiri habis nulis begitu hihihiiii

    BalasHapus
  10. jd ortu harus peduli dan aktif ya...

    BalasHapus
  11. Sejauh ini sih Ais belum suka games, tapi omnya maniak banget minecraft. Pengennya sih Ais gak usah suka main games. Soalnya ibunya gak suka games, haha

    BalasHapus
  12. Asal gak berpotensi merusak dan merusak si anak boleh aja game itu. Tapi memang kudu diawasi penggunaan internet di hp oleh si anak.

    BalasHapus
  13. setuju, saya juga selalu begitu. Supaya anak gak merasa kayak diinterogasi, biasanya saya pakai dengan cara ngobrol santai

    BalasHapus
  14. klo kita udh waspada spy anak ga download game yg berbahaya (mengandung pornografi atau.kekerasan) khawatir jg gmn klo.malah dia dpt dr temannya?? duh.. masalah game aja jadi pr kita jg ya sbg orang tua..

    BalasHapus
  15. Intinya komunikasi intens dan pengawasan terhadap anak memang perlu dilakukan. Bener g mbak...

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)