6.5.13

#CurhatAsal

Pekerjaan suami yang bergelut di sekolah ternyata banyak membawa berkah. Tak hanya untuk dia, aku dan anak-anak di rumah seringkali juga kebagian jatah. Maksudku tentu bukan gaji suamiku dari sekolah itu. Tapi lebih kepada hal lain di luar yang biasa.   

Yupp! Ini mengenai bingkisan, oleh-oleh, hingga hadiah yang diberikan para orang tua murid. Eits, jangan salah paham. Bingkisan, oleh-oleh, dan hadiah yang diterima ini tentu bukan bentuk sogokan yang haram. Sebab tak jarang, aku lihat, walau pun si orang tua terkenal rajin memberi hadiah, gak ngaruh tuh ke nilai anaknya. Nilai yang jelek mah tetep aja di raport anaknya jelek.

Keseringan dapet bingkisan, kado, dan oleh-oleh tentu membuat senang. Tanpa harus ke luar uang dan ke luar rumah, aku jadi tahu oleh-oleh khas daerah lain, bahkan negara lain. Dari mulai makanan, pakaian, hingga hasil kerajinan. Dari dodol garut, kacang bali, hingga cokelat jerman.

Kemaren, saat sedang asyik menikmati oleh-oleh, tiba-tiba kepikiran satu hal yang sebelomnya gak pernah kepikiran. "Kok aku sering dapet hadiah dan oleh-oleh, ya? Padahal, aku kan jarang banget ngasih hadiah atau oleh-oleh ke orang lain. Malah, kalo aku pergi-pergi, aku jarang belanja dengan alasan pengiritan."

JLEB!

Duh! Kok aku gitu, ya? Orang sunda bilang, aku pinter kodek alias mau enaknya sendiri. Huhuhu... aku tertampar banget. Aku jarang sedekah. Aku jarang memberi. Dan aku.... huhuhu... kacida pisan deh!

#NangisKokosehan

2 komentar:

  1. Mungkin Mbak sering memberi dari sisi dan bentuk yang lain, tapi nggak sadar. Itu balasannya, sering ketiban rejeki :)

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)