2.2.13

Hipnotis, Sebuah Tren yang Everlasting


Kita tentu sudah tak asing lagi dengan Romy Rafael atau Uya Kuya. Ya, dua pesohor negeri kita tersebut adalah pelaku dunia entertainment yang menggunakan dasar ilmu hipnotis. Berkat mereka pula, masyarakat kita mengenal hipnotis secara lebih jauh. 

Dulu, ilmu hypnosis dianggap sebagai metode supranatural atau magik. Hal ini tentu saja berkaitan dengan terbawanya suyet (pasien hypnosis) ke dalam keadaan yang disuruh sang guru hypnosis. Belum lagi suyet seringkali menjawab dan melakukan hal-hal yang mustahil dilakukan saat mereka sadar.

Akan tetapi, penemuan alat yang mampu menggambarkan gelombang otak, yaitu electroencephalogram mematahkan teori hypnosis sebagai bagian dari magic ini. Ya, gelombang otak yang dominan saat orang terhipnotis adalah Alpha dan Theta. Padahal ketika sadar normal, gelombang otak dari manusia berada pada gelombang beta. Sejak saat itulah, ilmu hypnosis diterima sebagai ilmu yang berdasarkan pada hal-hal yang ilmiah.


Manusia berpikir dan bertindak berlandaskan pikiran. Dan pikiran itu terbagi menjadi 2 jenis, yaitu pikiran sadar (Conscious Mind) dan pikiran bawah sadar (Sub-Conscious Mind). Pikiran sadar dikendalikan oleh otak kiri. Otak ini mempunyai peran dalam melakukan analisa, dan pertimbangan-pertimbangan rasional. Adapun pikiran bawah sadar dikendalikan oleh sisi otak bagian kanan. Otak bagian ini mempunyai peran dalam mengakumulasi berbagai pemahaman, penalaran, pengalaman, bahkan penularan (induksi dari pihak lain) sejak mulai kita lahir sampai dengan hari ini. 

Otak kanan mendominasi perasaan dan emosi. Oleh karena itu, otak kanan seringkali tidak mengenal baik dan buruk ataupun salah dan benar. Jadi apapun sugesti yang diberikan, otak kanan akan menyimpannya sebagai memori tanpa memilah-milah. Berbeda dengan otak kiri yang selalu berpijak kepada kerasionalan dan penuh pertimbangan.

Apa itu hipnotis?
Hipnotis mempunyai arti yang beranekaragam. Salah satunya, hipnotis bisa diartikan sebagai interaksi kooperatif antara seorang penghipnotis dengan pasiennya. Interaksi terjadi setelah adanya inisiasi suara, pandangan, benda, atau musik dari ahli hipnotis kepada pasiennya. Dalam kondisi terhipnotis, orang dapat menjawab pertanyaan yang diajukan serta menerima sugesti dengan tanpa perlawanan. Pada kondisi terhipnotis juga, orang bisa mempunyai tingkat sugestibilitas (daya terima saran) yang sangat tinggi.

Ketika mendengar kata hipnotis, apa yang sebenarnya kita bayangkan? Kebanyakan dari kita pasti langsung teringat pada kasus-kasus penipuan, perkosaan, hingga perampokan. Hal ini tentu saja demikian, karena selama ini banyak sekali para ahli hipnotis yang menggunakan ilmunya untuk hal-hal yang tidak baik.
Menurut John Kihlstrom (1987), para ahli hipnotis tidaklah menghipnotis secara individual. Lebih dari itu, para ahli hipnotis bisa menjadi tutor yang mampu membuat seseorang terhipnotis. Itu sebabnya hipnotis lebih tepat didefinisikan sebagai keadaan yang dicirikan dengan adanya perhatian yang terfokus, tingkat sugestibilitas serta daya fantasi yang sangat tinggi.

 Efek yang dihasilkan dari hipnotis bisa beraneka ragam. Semua tergantung kepada tiap-tiap individu. Beberapa orang yang pernah terhipnotis dan dihipnotis mengatakan bahwa mereka merasakan sensasi bebas dan brelaksasi yang ekstrem selama dalam fase hipnotis. Sementara sebagian yang lain merasakan kehilangan kesadaran hingga mampu berbuat dan berkata apapun sesuai dengan perintah orang yang menghipnotis. 

Percobaan yang dilakukan Ernest Hilgard (1977) menunjukan bagaimana hipnotis bisa digunakan secara dramatis. Prosesnya sederhana, setelah dia menghipnotis pasiennya, dia lalu menginstruksikan sang pasien untuk memasukkan tangannya ke dalam air dingin (air es) selama beberapa saat. Dalam keadaan terhipnotis, sang pasien tidaklah merasakan kesakitan. Berbeda jauh jika pasien tersebut tidak dihipnotis terlebih dahulu.

Contoh penggunaan hipnotis
Di zaman yang serba canggih seperti sekarang ini, ternyata hipnotis masih menjadi favorit. Bahkan, ilmu hipnotis banyak dipakai dalam berbagai macam aplikasi, terutama terapi dalam bidang kesehatan. Misalnya saja sebagai salah satu bagian terapi penyakit kronis (misalnya rheumatoid arthritis); alternatif cara dalam proses melahirkan (agar tidak terlalu sakit); terapi pengurangan gejala demensia (pikun); terapi dalam penyembuhan gejala penyakit ADHD (Attension Deficit Hyperactivity Dissorder); terapi pengurangan gejala-gejala mual dan muntah pasien kanker pasca kemoterapi; mengontrol rasa sakit saat melakukan proses pencabutan/perlakuan terhadap gigi; serta berbagai macam terapi lainnya.  

Siapa saja yang bisa dihipnotis?
Banyak orang merasa yakin bahwa dirinya tidak bisa dihipnotis. Padahal menurut para peneliti dinyatakan bahwa sebagian besar orang yang ada di dunia ini bisa dihipnotis melebihi keyakinan mereka masing-masing. Hasil yang didapat para peneliti itu adalah 15% orang sangat mudah dihipnotis; anak-anak lebih mudah lagi untuk dihipnotis; rata-rata 10% dari orang dewasa agak susah dihipnotis; dan sisanya adalah orang-orang yang sangat mudah menerima fantasi dan ini tentu saja sangat mudah untuk dihpnotis. Jika Anda ingin dihipnotis, bukalah pikiran Anda. Para peneliti mengatakan juga bahwa orang yang berpikiran positif tentang hipnotis akan terhipnotis secara baik daripada orang-orang yang skeptis dan berpikiran negatif terhadap hipnotis.

Mitos-mitos seputar hipnotis
Dalam dunia hipnotis banyak sekali mitos-mitos beredar dan banyak dipercaya. Di antaranya adalah mitos mengenai keadaan yang tidak diingatnya kejadian saat dihipnotis manakala pasien sudah sadar dari pengaruh hipnotis. Mitos ini tidak sepenuhnya benar. Walaupun pasien melakukan berbagai hal saat dihipnotis dalam keadaan tidak sadar dan memberikan efek yang besar, dia masih bisa mengingatnya. Di sini, hipnotis berbeda dengan amnesia. 

Mitos-mitos hipnotis berikutnya adalah bahwa hipnotis bisa membuat orang yang ditipu melalu hipnotis mampu mengingat pelaku. Hal ini tidaklah benar karena menurut penelitian ternyata hipnotis bisa menggiring pada daya ingat yang tidak akurat (palsu). 

Hipnotis juga dipercaya mampu membuat sesorang menjadi sangat luar biasa. Mitos ini juga tidak sepenuhnya benar. Misalnya saja seorang atlet yang ingin menambah kemampuannya kemudian berlatih dengan menggunakan hipnotis. Usaha ini tidak akan banyak berhasil jika tanpa diiringi dengan latihan. Meskipun ada perubahan, hipnotis tidak akan bisa membuat seseorang berubah secara drastis.

Dimuat di HU Pikiran Rakyat, Juli 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)