30.1.13

Hans Berger, Penemu Electroencephalogram (EEG) yang Disia-siakan


Hans Berger adalah seorang professor psikiater dan direktur Klinik Universitas Psikiater Jena dari tahun 1919 sampai dengan tahun 1938. Akan tetapi, dia terkenal bukan karena hal itu. Dia menjadi tokoh dunia akibat kontribusinya yang besar dalam penelitian aktivitas dan kesadaran otak manusia. Penelitian ini bahkan membawanya pada penemuan sebuah alat yang mengubah khasanah ilmu kedokteran. Namanya adalah Electroencephalogram (EEG).
Electroencephalogram adalah sebuah alat yang mampu memvisualisasikan gelombang otak manusia ke dalam bentuk grafik. Gelombang otak ini diukur berdasarkan beda pontensial yang terjadi secara berulang-ulang di antara elektroda yang dihubungkan ke kepala manusia.
Pada awalnya, Berger membuat EEG hanya sebagai alat untuk mengukur gelombang otak saja. Akan tetapi ternyata, lama kelamaan, EEG dijadikan sebagai alat yang mampu mendiagnosis dan mengobati penyakit tertentu, seperti epilepsy dan tumor otak. Dan hal ini sangat tidak ternilai harganya.
Karir Hans Berger
Hans Berger lahir pada tanggal 21 Mei 1873. Dia merupakan pria berkebangsaan Jerman, tepatnya berasal dari kota kecil sebelah Utara Bavaria Neuses dekat Coburg. Berger adalah anak seorang dokter, Paul Friedrich Berger. Ibunya, Anna Rückert merupakan anak dari seorang penyair Jerman yang dikenal karena studinya dalam bidang filosofi oriental. Dalam kehidupannya, Berger sangat dipengaruhi oleh kedua orangtuanya. Itu sebabnya, Hans Berger  banyak disebut sebagai seorang ilmuwan-filsafat.
Hans Berger lulus dengan kehormatan dari Gymnasium di Coburg. Kemudian dia mendaftar di Universitas Berlin sebagai mahasiswa Astronomi pada tahun 1892. Tahun berikutnya, dia menjadi relawan untuk tentara Jerman.
Keputusannya untuk menjadi relawan militer hampir membuatnya mendapat kecelakaan fatal. Akan tetapi saudara perempuannya memberi tahu sang ayah akan hal ini. Ayahnya yang cemas segera mengirim telegram untuk memastikan hal itu. Dan untunglah, Berger selamat. Kejadian yang dilakukan saudara perempuannya membuat Berger bingung. Mengapa bisa saudara perempuannya itu tahu bahwa Berger akan mendapat kecelakaan? Padahal mereka berjauhan dan tak pernah berkomunikasi. Berger akhirnya sadar bahwa di antara dia dan saudaranya ada ikatan telepati yang tak bisa dibuktikan dengan akal sehat.
Selepas menjadi relawan militer di tahun 1893, Berger memulai pendidikan kedokterannya. Dan akhirnya di tahun 1897, dia mendapat gelar dokter dan menjadi staf junior dari klinik psikiater yang kelak menjadikannya direktur.
Di tahun 1901, Berger menjadi dosen. Dan di tahun itu pula, dia mempubilkasikan investigasi dan penelitiannya mengenai fungsi otak manusia dan catatan ukurannya berdasarkan modifikasi peredaran darah. Dia menyelesaikan semuanya dengan mempelajari denyut otak di dalam tengkorak pasien yang sudah cacat akibat bedah operasi. Dan sejak itu, banyak pasien yang menawarkan diri untuk ditelitinya. Tentu saja Berger tak menyia-nyiakan hal tersebut. Berkat mereka, Berger mampu meneliti berbagai hal mengenai otak, baik dari segi keadaan, penyakit, pengukuran, hingga tingkat kesadaran. Dia juga meneliti pengaruh berbagai objek seperti cafein, morfin, campor, dan kokain terhadap otak manusia.
Di awal tahun 1902, dia menjadi terkenal. Hal ini karena dia mencatatkan penelitiannya mengenai aktivitas cerebral korteks (otak) anjing. Akan tetapi pada tahun 1910, dia merasa putus asa akan hasilnya yang tak begitu berarti. Tak hanya itu, Berger juga mendapat jalan buntu akan penelitiannya mengenai energi fisika yang mempengaruhi otak
Pada saat perang dunia pertama, Berger ikut menjadi relawan di rumah sakit militer di Rethel, Perancis. Hal ini karena dia ikut aliansi barat (Western Front). Sesudah itu, dia kembali ke Jerman dan terpilih menjadi direktur klinik universitas psikiater di Jena.
Dalam beberapa tahun pertamanya sebagai direktur, Berger melakukan penelitian mengenai hubungan antara otak dan jiwa. Akan tetapi dalam keadaan senggang dia melakukan penelitian pribadi mengenai aktivitas elektrik di dalam otak. Dalam kurun waktu ini, Berger dikenal sebagai orang yang disiplin. Waktunya banyak tersita dalam penelitian.
Perang dunia yang menyebabkan banyak korban rusak tengkoraknya mempermudah Berger melakukan penelitian tentang aktivitas otak. Tentu saja karena lapisan pelindung otak para pasien ini menjadi tipis. Stimulasi elektroda terhadap otak mereka, terutama bagian korteks motorik pun dilakukan. Dan dia mendapat kesimpulan bahwa di dalam otak manusia terdapat gelombang otak.
Peralatan yang digunakan Berger sangatlah kasar. Dia menggunakan galvanometer cincin Edelmann sebagai alat pencatatnya. Namun karena kepintaran dan kecerdasannya, Berger akhirnya mampu menemukan suatu alat yang dapat mencatat gelombang otak ini. Namanya adalah electroencephalogram (EEG) yang ditemukannya pada tanggal 6 Juli tahun 1924. Nama pasien yang membuatnya berhasil ini adalah seorang anak muda bernama Zedel.
Berger meneruskan penelitiannya selama 5 tahun sebelum akhirnya mempublikasikan alat ini kepada umum. Pasiennya tak hanya orang yang mengalami gangguan kepala saja tetapi juga orang yang normal. Dalam melakukan penelitian, dia menaruh elektroda di bagian depan kepala dan dibagian belakang kepala.
Akhirnya, saat yang ditunggu-tunggu pun tiba. Di tahun 1929, Berger mempublikasikan hasil penelitiannya dalam suatu forum prestisius Archiv für Psychiatrie und Nervenkrankheiten. Dan judul Über das Elektrenkephalogramm des Menschen menjadi artikel pertama dari keempatbelas tulisannya mengenai EEG yang dipublikasikan dalam kurun waktu 1929-1938. Dan artikel ketiganya mampu membuktikan adanya gelombang otak.
Akhir Hidup yang Tragis
Kehidupan pribadi Hans Berger sangat membahagiakan. Dia menikah di tahun 1911 dengan seorang asisten teknis kliniknya yang bernama Baroness Ursula von Bulow. Mereka mempunyai empat orang anak, yaitu Klaus, Ruth, Ilse dan Rosemarie.
Meskipun di dunia internasional Berger sangat berjasa atas semua penemuannya, di Negara asalnya, Jerman, Berger tak banyak dipedulikan. Alasannya adalah karena paham Nazi yang berkuasa di Jerman dan ketidakpercayaan pemerintah Jerman terhadapnya yang pernah ikut ke dalam western front.
Di tahun 1938, saat mengikuti kongres psikologi di Paris, Berger mendapatkan penghinaan dari rakyat Jerman sendiri. Dia dipaksa untuk berhenti. Laboratoriumnya dibongkar dan dia dipindahkan ke kota kecil bernama Bad Blankenburg di Thuringia.
Di tempat itu, Berger tak bisa meneruskan penelitiannya. Dia pun mengalami depresi yang berkepanjangan. Dan pada tanggal 1 Juni 1941, dia mengakhiri hidupnya dengan jalan menggantung diri. Sungguh akhir hidup yang sangat tragis bagi seorang ilmuwan berjasa seperti Hans Berger. Dia tak pernah tahu bahwa penemuannya kini sangat berguna bagi kehidupan manusia. Terutama dalam hal diagnosis penyakit yang berhubungan dengan otak.

Dimuat di HU Pikiran Rakyat, April 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di blog saya. Maaf, karena semakin banyak SPAM, saya moderasi dulu komentarnya. Insya Allah, saya akan berkunjung balik ke blog teman-teman juga. Hatur tengkyu. :)